surat

1059 Words
“Hari ini kamu pulang jam berapa?” Ratu menatap Raja, suaminya dengan tatapan dingin penuh tanda tRatu. Sudah satu tahun terakhir, pria itu hampir tak pernah terlihat di rumah sebelum pukul dua belas malam, entah kemana perginya, padahal kantor sudah bubar pukul lima sore, namun Raja tak pernah memberi alasan pasti kepada Ratu kemana ia setelah pukul lima itu. alasannya kadang berganti-ganti, terkadang bertemu dengan client, bermain golf, bilyard, atau apapun itu yang tak bisa Ratu bantah. “Belum tahu.” Balas Raja yang tak kalah dingin. Mereka berdua memang menikah karena cinta, bahkan sebelum itu mereka sempat berpacaran selama dua belas tahun sebelum akhirnya memutuskan untuk menikah, namun hal itu tidak menjamin bahwa kehidupan rumah tangga mereka akan mulus-mulus saja. “You have too take a rest, kalau gak gitu program itu gak bakal berhasil.” “Yang bermasalah itu kamu Nya, bukan aku.” Balas Raja kesal. Sudah tujuh tahun menikah namun mereka belum juga di karuniai keturunan, sudah berbagai macam cara mereka lakukan namun tak satu pun cara yang berhasil, pernah berhasil di awal-awal pernikahan mereka, namun kandungan Ratu gugur di bulan ketiga karena suatu kecelakaan yang membuat janinnya tak bisa di selamatkan. “I know but…” “Aku udah telat, aku duluan.” Raja berdiri, menyambar jas kerja dan juga kunci mobilnya, berjalan meninggalkan Ratu sendirian yang masih duduk di ruang makan dengan segelas teh hangat favoritenya, sesekali Ratu melirik ke segala penjuru ruangan, hati nya sakit setiap kali menatap ruangan-ruangan di rumahnya yang tak lagi terasa sama, rumah yang seharusnya terasa hangat, kini terasa dingin dan menusuk bak sebuah tempat yang di penuhi ribuan bongkahan es raksasa. “I miss the old you Gem… can we turn back time?” Desis Ratu, pelan. Ratu menarik napas dalam-dalam kemudian menghembuskannya pelan. Pagi nya selalu seperti ini, tidak pernah menyenangkan seperti dulu, tidak ada kehangatan dari kecupan dan pelukan Raja, tidak ada candaan konyol yang selalu pria itu lontarkan setiap kali mereka tengah sarapan bersama, Ratu tersenyum masam ketika mengingat bahwa mereka pernah sebahagia itu dulu. “Non Ratu mau kemana pagi-pagi? Sudah mau ke gudang kah?” Langkah Ratu terhenti ketika namRatu di sebut oleh seseorang, Ratu menengok kepada Bi Saras, wanita sepuh yang sudah bekerja dengan keluargRatu sejak ia masih duduk di bangku sekolah dasar. Gudang yang di maksud oleh Bi Saras adalah gudang barang-barang kosmetik dan juga berbagai macam skincare milik Ratu, delapan tahun ia menjalankan bisnisnya tersebut, dengan segala macam upaya ia bisa mempertahankan hasil kerja kerasnya dengan baik, hingga berhasil memiliki ratusan toko di seluruh penjuru Negeri. “Aku mau ke tempat Aruna dulu baru ke gudang bi, aku jalan ya.” Jawab Ratu. Aruna, berbicara tentang gadis itu, gadis itulah yang menjadi tumpuan Ratu selama masa-masa sulitnya beberapa tahun terakhir ini. Sahabat yang sudah di anggap seperti saudara oleh Ratu, gadis yang di temui oleh Ratu semasa SMA, yang selalu ada untuk Ratu dalam suka maupun duka, yang selalu membuat Ratu tenang setiap kali Ratu sedih akan urusan rumah tangga nya. Di tengah perjalanannya, Ratu mampir sebentar ke salah satu toko kue langganannya, toko kue favorite Aruna yang menjual salah satu cookies kesukaan sahabatnya itu, setiap kali datang ke Aruna, Ratu tak pernah absen untuk membawa cookies kesukaan sahabatnya itu. “Aruna udah bangun mbak?” TRatu Ratu kepada Arista, kakak Aruna. ketika ia berhasil menginjakan kakinya di rumah sahabatnya itu, rumah yang sudah ia anggap seperti rumah kedua, rumah yang lebih sering ia kunjungi di banding dengan rumah kedua orang tua nya sendiri. “Hai Nya, gak tahu, naik aja cek sendiri, aku belum denger suara dia sih daritadi.” Balas Arista yang tengah sibuk mengurusi anaknya yang baru berusia dua bulan. “Oke, aku ke atas dulu.” Aruna berjalan santai menuju kamar sahabatnya, satu hal yang ia suka dari rumah Aruna adalah, rumah yang selalu terasa hangat karena orang-orang di rumah itu yang nampak selalu akrab satu sama lain, sangat berbeda dengan keadaan di rumah nya sendiri. Tok tok tok “MASUK AJA GAK DI KUNCI.” Ratu bergeridik ngeri mendengar teriakan dari Aruna, walau sudah sering mendengar hal-hal yang seperti itu. “Gila apa, suara lo udah ngalahin speaker, santai kali.” Ratu masuk ke dalam kamar Aruna, meletakan cookies yang tadi ia beli di atas meja rias Aruna. “Nya… gimana ya bilangnya? Ini tuh masih jam delapan, dan lo udah mejeng aja di kamar gue. Apa gak kecepetan? Kita kan janjinya makan siang, bukan sarapan bareng.” Ucap Aruna frustasi, bagaimana mungkin Ratu bisa selalu datang tepat waktu, atau bahkan lebih cepat, sementara wanita itu bekerja dan Aruna yang selalu terlambat padahal ia tidak melakukan apa-apa. “Nggak. Gua gak datang buat jemput lo kok, gua cuma pengen nenangin diri sambil cerita sama lo, lo tau kan kalau lo itu tempat healing terbaik buat gue?” Aruna mengangguk, ia bangun dari kasur kemudian mendekat ke Ratu dan mengelus bahu sahabatnya itu pelan-pelan. “Cerai aja Nya… lo udah capek banget pasti sama dia.” Balas Aruna, saran yang tak pernah berubah dari gadis itu sejak kali pertama Ratu menceritakan bagaimana rumit nya hubungannya dengan Raja belakangan ini. “Nggak… I love him more than I love my self, dunia gua ada sama Raja. Dia Cuma capek, dia cuma kecewa, dia cuma- bosan, dia bakal balik jadi Raja yang dulu kok. Jangan minta gua buat ceraiin dia. Na… lo tau kan, kalau dia itu separuh dari gua? Gak bakal bisa.” Aruna bahkan sampai hampir menghapal setiap kata yang di ucapkan oleh Ratu setiap kali ia datang mengadu pada dirinya. “Tapi lo udah tersiksa banget dengan kehidupan yang seperti ini, mau sampai kapan? Orang kalau berubah gak bakal balik lagi nya seperti dulu. Ikhlasin dia, oke?” “Nggak bisa. Mau gua ikhlasin kayak gimana? Dia gak meninggal, dia cuma bosan aja ke gua, mungkin kalau gua bisa hamil lagi dia bakal balik lagi Na kayak dulu. Gue cuma pengen di support aja, lagian Raja gak selingkuh kok, dia cuma nyibukin diri aja, mungkin dengan cara itu dia bisa lepasin bosannya di rumah.” Aruna mengangguk “Tapi Nya… pernikahan itu gak melulu tentang anak, tapi yaudah, apapun keputusan lo. Jawaban gua dari dulu sampai detik ini sama, lakuin aja apapun yang lo suka, dan suatu saat kalau semisal lo udah capek banget, yaudah berhenti aja, lo deserve someone better kok.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD