reason

1069 Words
Hari ini aku gak pulang. Ratu terdiam cukup lama membaca pesan yang baru saja ia terima dari suaminya, pria itu baru menghubunginya tepat di pukul tiga dini hari, rasRatu ia sangat kesal dengan tingah Raja namun ia sama sekali tidak bisa melakukan apa-apa kepada pria itu, ada bRatuk hal yang ia pertimbangkan, ada bRatuk hal yang menahannya sehingga ia tidak bisa berbuat jauh sebagai seorang istri walau tentu saja, rasa curigRatu sudah melebih apapun. “Makanannya di bereskan saja Wi, Bapak gak pulang.” Ratu berdiri, melewati Dewi. Salah satu pembantu di rumahnya, selain Bi Saras, Dewi juga merupakan salah satu saksi bagaimana perjalanan cinta Ratu dan Raja dari yang semula begitu hangat kini berubah seakan menjadi es yang begitu dingin. “Ibu Ratu gak makan?” TRatu Dewi, sejak pulang ke rumah, Ratu bahkan belum menyentuh makanan dengan alasan ia ingin makan bersama Raja. Berbicara tentang Dewei wanita itu selalu setia menemani Ratu setahun belakangan ini, menunggu Raja hingga subuh walau terkadang pria itu tidak pulang sama sekali. Terkadang Dewi kasihan melihat tubuh Ratu yang semakin hari semakin terlihat begitu kurus, jelas bahwa wanita itu makan hati setelah kehilangan janinnya, ia juga seakan kehilangan cinta nya. Harusnya di saat-saat seperti itulah ia mendapat dukungan dan juga perhatian dari sang suami. “Nggak Wi, besok aja, aku mau tidur ya.” Balas Ratu. Ia berjalan meninggalkan ruang tamu, hatinya terasa sakit setiap kali melihat foto-foto dirinya dan Raja yang terpajang di setiap sudut rumah, potongan memori-memori itu seakan mengejeknya sekarang. Ratu ingin menyerah, namun cinta nya kepada Raja jauh lebih besar daripada rasa ingin menyerahnya. ***** “Hari ini kita ke rumah Mama, kamu bisa kan gak usah ke gudang dulu?” Pukul sembilan pagi Raja tiba di rumah, dengan rambut super acak-acakan dan baju super kusut entah darimana ia semalam sehingga penampilannya terlihat aneh seperti itu. berkali-kali pula Ratu berusaha mengendus bau suaminya, berusaha mencari bau alkohol yang syukurnya tidak ia rasakan. “Bisa.” Jawab Ratu, walaupun hari itu jadwalnya begitu padat ia rela membatalkan semua jadwalnya untuk suaminya itu, sudah setengah tahun lamRatu ia tidak bertemu dengan mertuRatu sendiri, rasRatu ia senang sekali sebab Raja kembali mengajaknya kesana. “Sekarang bisa?” TRatu Raja. Ratu mengangguk. “Aku mau mandi dulu, kamu tunggu di sini.” Balas Raja, dan lagi-lagi Ratu mengangguk. Ratu melirik pantulan dirinya di cermin, memastikan semuRatu sempurna tanpa cela, make up, pakaian, hingga sepatunya sudah pas untuk sekedar berkunjung ke rumah sang mertua lalu ia tidak lupa pula meminta Dewi mengurus bingkisan yang akan ia bawa kesana selagi menunggu suaminya mandi, karena ia tidak mungkin akan datang ke rumah mertuRatu dengan tangan kosong. “Ini gak kebRatukan bu?” TRatu Dewi. Mereka sedang berada di sebuah ruangan tempat penyimpanan barang-barang branded milik Ratu yang belum tersentuh sama sekali. Berbagai macam tas, sepatu, baju dan perhiasan yang belum sempat Ratu pakai berada di sana. Sejak tadi Ratu sibuk menunjuk barang-barang yang akan ia berikan kepada ibu mertuRatu, berharap wanita itu senang karena ia tahu mertuRatu itu juga cinta sekali dengan barang-barang mewah. “Udah, cukup. Itu aja, langsung bawa ke depan aja.” Balas Ratu. Dewi mengangguk kemudian menenteng beberapa bungkusan tas branded keluar dari ruangan tersebut, di susul oleh Ratu yang mengekor di belakangnya. Bersamaan dengan itu Raja juga keluar dari kamar mereka, penampilannya seakan berubah seratus delapan puluh derajat, tampak rapih dan… tampan walau matRatu tak bisa berbohong kalau ia tidak tidur dengan cukup. “Harusnya kamu gak usah berlebihan, mama gak mau tas mahal kamu, yang dia mau itu cucu.” Ucap Raja dengan dingin, ia berjalan mendahului Ratu, sembari memperbaiki dasinya yang nampak berantakan. Ratu menghela napas berat melihat suaminya melakukan sesuatu yang dulu merupakan tugasnya, ucapan Raja perihal barang-barang untuk ibunya juga cukup menyakiti perasaan Ratu, dulu ia selalu mendukung apapun yang Ratu lakukan, bahkan apapun itu. “Kita juga udah usaha kan? Tinggal nunggu hasil aja.” Balas Ratu, namun Raja hRatu diam ia melanjutkan langkahnya masuk ke dalam mobil, di susul oleh Ratu yang duduk di sebelahnya. Mobil milik Raja yang sudah lama tidak di tumpangi oleh Ratu, sebab pria itu selalu melarang Ratu untuk menaiki mobil pribadinya setahun belakangan ini. “Ahh aku kangen mobil ini, kangen banget.” Ucap Ratu sembari memasang seatbelt nya. Raja lagi-lagi tidak menggubrisnya, pria itu memilih untuk diam sembari memperhatikan jalanan di depannya. “But something has change, right? The smell… it’s not same anymore.” Sambung Ratu setelah menghirup dalam-dalam bau mobil milik suaminya, dulu mobil itu selalu berbau parfume milik Ratu, sekarang sudah berubah, berubah menjadi bau mint campur cokelat yang memang membuat siapapun yang menghirupnya merasa segar dan tenang, namun Ratu tidak terlalu suka dengan bau itu. “Like us.” Ucap Raja pelan, namun tetap dapat terdengar oleh Ratu. “ApRatu yang like us?” TRatu Ratu, jantungnya tiba-tiba berdegub kencang, ia tidak siap dengan apapun yang akan Raja katakan selanjutnya. “You said something has change and the smell it’s not same anymore. It’s like us, we were change, and the feeling it’s not same anymore. Didn’t you?” “No… I never change, I don’t know if it’s you, but- i still the girl you were married, 7 years ago with love. How could you..” Air mata Ratu sudah tak terbendung lagi, entah kapan air mata itu sudah mulai membasahi pipinya, namun semakin ia melanjutkan kata demi kata yang terucap dari bibirnya, hatinya pun terasa semakin sakit. “I don’t know why, I just tell you the truth.” Jawab Raja, santai. “So… what should I do? Kamu gak mau memperbaiki rumah tangga kita? Kita ini gak sebentar loh Gem… kita pacaran dua belas tahun sebelum akhirnya we decided to start our new journey, menikah sama kamu selama tujuh tahun juga gak bikin sedikit pun cinta ku luntur, aku masih sama, aku masih orang yang sama yang kamu temui di bangku SMP dulu, aku orangnya… aku masih sama.” Ucap Ratu dengan tangis nya yang pecah, ia terisak sembari berusaha menatap mata sang suami, namun Raja memang sudah benar-benar berubah, ia bukan lagi Raja yang sama, ia bahkan tak menarik sehelai tissue untuk air mata Ratu, ia membiarkan istrinya itu menangis sendirian, tanpa rasa belas kasih yang terlihat sedikitpun. “Apapun itu… aku gak bakal ngelepas kamu, aku bakal bikin kamu balik cinta lagi sama aku.” Balas Ratu, Raja hRatu tersenyum sinis, sembari menggelengkan kepalRatu, menertawakan ucapan Ratu barusan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD