Hari ini aku gak pulang. Ratu terdiam cukup lama membaca pesan yang baru saja ia terima dari suaminya, pria itu baru menghubunginya tepat di pukul tiga dini hari, rasRatu ia sangat kesal dengan tingah Raja namun ia sama sekali tidak bisa melakukan apa-apa kepada pria itu, ada bRatuk hal yang ia pertimbangkan, ada bRatuk hal yang menahannya sehingga ia tidak bisa berbuat jauh sebagai seorang istri walau tentu saja, rasa curigRatu sudah melebih apapun.
“Makanannya di
bereskan saja Wi, Bapak gak pulang.” Ratu berdiri, melewati Dewi. Salah satu
pembantu di rumahnya, selain Bi Saras, Dewi juga merupakan salah satu saksi
bagaimana perjalanan cinta Ratu dan Raja dari yang semula begitu hangat kini
berubah seakan menjadi es yang begitu dingin.
“Ibu Ratu gak
makan?” TRatu Dewi, sejak pulang ke rumah, Ratu bahkan belum menyentuh makanan
dengan alasan ia ingin makan bersama Raja. Berbicara tentang Dewei wanita itu
selalu setia menemani Ratu setahun belakangan ini, menunggu Raja hingga subuh
walau terkadang pria itu tidak pulang sama sekali. Terkadang Dewi kasihan
melihat tubuh Ratu yang semakin hari semakin terlihat begitu kurus, jelas bahwa
wanita itu makan hati setelah kehilangan janinnya, ia juga seakan kehilangan
cinta nya. Harusnya di saat-saat seperti itulah ia mendapat dukungan dan juga
perhatian dari sang suami.
“Nggak Wi, besok
aja, aku mau tidur ya.” Balas Ratu. Ia berjalan meninggalkan ruang tamu,
hatinya terasa sakit setiap kali melihat foto-foto dirinya dan Raja yang
terpajang di setiap sudut rumah, potongan memori-memori itu seakan mengejeknya
sekarang. Ratu ingin menyerah, namun cinta nya kepada Raja jauh lebih besar
daripada rasa ingin menyerahnya.
*****
“Hari ini kita ke rumah Mama, kamu bisa kan gak usah ke gudang dulu?” Pukul
sembilan pagi Raja tiba di rumah, dengan rambut super acak-acakan dan baju
super kusut entah darimana ia semalam sehingga penampilannya terlihat aneh
seperti itu. berkali-kali pula Ratu berusaha mengendus bau suaminya, berusaha
mencari bau alkohol yang syukurnya tidak ia rasakan.
“Bisa.” Jawab Ratu, walaupun hari itu jadwalnya begitu padat ia rela
membatalkan semua jadwalnya untuk suaminya itu, sudah setengah tahun lamRatu ia
tidak bertemu dengan mertuRatu sendiri, rasRatu ia senang sekali sebab Raja
kembali mengajaknya kesana.
“Sekarang bisa?” TRatu Raja.
Ratu
mengangguk.
“Aku mau mandi dulu, kamu tunggu di sini.” Balas Raja, dan lagi-lagi Ratu
mengangguk. Ratu melirik pantulan dirinya di cermin, memastikan semuRatu
sempurna tanpa cela, make up, pakaian, hingga sepatunya sudah pas untuk sekedar
berkunjung ke rumah sang mertua lalu ia tidak lupa pula meminta Dewi mengurus
bingkisan yang akan ia bawa kesana selagi menunggu suaminya mandi, karena ia
tidak mungkin akan datang ke rumah mertuRatu dengan tangan kosong.
“Ini gak kebRatukan bu?” TRatu Dewi. Mereka sedang berada di sebuah ruangan
tempat penyimpanan barang-barang branded milik Ratu yang belum tersentuh sama
sekali. Berbagai macam tas, sepatu, baju dan perhiasan yang belum sempat Ratu
pakai berada di sana. Sejak tadi Ratu sibuk menunjuk barang-barang yang akan ia
berikan kepada ibu mertuRatu, berharap wanita itu senang karena ia tahu mertuRatu
itu juga cinta sekali dengan barang-barang mewah.
“Udah, cukup. Itu aja, langsung bawa ke depan aja.” Balas Ratu. Dewi mengangguk
kemudian menenteng beberapa bungkusan tas branded keluar dari ruangan tersebut,
di susul oleh Ratu yang mengekor di belakangnya. Bersamaan dengan itu Raja juga
keluar dari kamar mereka, penampilannya seakan berubah seratus delapan puluh
derajat, tampak rapih dan… tampan walau matRatu tak bisa berbohong kalau ia
tidak tidur dengan cukup.
“Harusnya kamu gak usah berlebihan, mama gak mau tas mahal kamu, yang dia mau
itu cucu.” Ucap Raja dengan dingin, ia berjalan mendahului Ratu, sembari
memperbaiki dasinya yang nampak berantakan. Ratu menghela napas berat melihat
suaminya melakukan sesuatu yang dulu merupakan tugasnya, ucapan Raja perihal
barang-barang untuk ibunya juga cukup menyakiti perasaan Ratu, dulu ia selalu
mendukung apapun yang Ratu lakukan, bahkan apapun itu.
“Kita juga udah usaha kan? Tinggal nunggu hasil aja.” Balas Ratu, namun Raja hRatu
diam ia melanjutkan langkahnya masuk ke dalam mobil, di susul oleh Ratu yang
duduk di sebelahnya. Mobil milik Raja yang sudah lama tidak di tumpangi oleh Ratu,
sebab pria itu selalu melarang Ratu untuk menaiki mobil pribadinya setahun
belakangan ini.
“Ahh aku kangen mobil ini, kangen banget.” Ucap Ratu sembari memasang seatbelt
nya. Raja lagi-lagi tidak menggubrisnya, pria itu memilih untuk diam sembari
memperhatikan jalanan di depannya.
“But something has change, right? The smell… it’s not same anymore.” Sambung Ratu
setelah menghirup dalam-dalam bau mobil milik suaminya, dulu mobil itu selalu
berbau parfume milik Ratu, sekarang sudah berubah, berubah menjadi bau mint
campur cokelat yang memang membuat siapapun yang menghirupnya merasa segar dan
tenang, namun Ratu tidak terlalu suka dengan bau itu.
“Like us.” Ucap Raja pelan, namun tetap dapat terdengar oleh Ratu.
“ApRatu yang like us?” TRatu Ratu,
jantungnya tiba-tiba berdegub kencang, ia tidak siap dengan apapun yang akan Raja
katakan selanjutnya.
“You said something has change and the smell it’s not same anymore. It’s like
us, we were change, and the feeling it’s not same anymore. Didn’t you?”
“No… I never change, I don’t know if it’s you, but- i still the girl you were
married, 7 years ago with love. How could you..” Air mata Ratu sudah tak
terbendung lagi, entah kapan air mata itu sudah mulai membasahi pipinya, namun
semakin ia melanjutkan kata demi kata yang terucap dari bibirnya, hatinya pun
terasa semakin sakit.
“I don’t know why, I just tell you the truth.” Jawab Raja, santai.
“So… what should I do? Kamu gak mau memperbaiki rumah tangga kita? Kita ini gak
sebentar loh Gem… kita pacaran dua belas tahun sebelum akhirnya we decided to
start our new journey, menikah sama kamu selama tujuh tahun juga gak bikin
sedikit pun cinta ku luntur, aku masih sama, aku masih orang yang sama yang
kamu temui di bangku SMP dulu, aku orangnya… aku masih sama.” Ucap Ratu dengan
tangis nya yang pecah, ia terisak sembari berusaha menatap mata sang suami,
namun Raja memang sudah benar-benar berubah, ia bukan lagi Raja yang sama, ia
bahkan tak menarik sehelai tissue untuk air mata Ratu, ia membiarkan istrinya
itu menangis sendirian, tanpa rasa belas kasih yang terlihat sedikitpun.
“Apapun itu… aku gak bakal ngelepas
kamu, aku bakal bikin kamu balik cinta lagi sama aku.” Balas Ratu, Raja hRatu
tersenyum sinis, sembari menggelengkan kepalRatu, menertawakan ucapan Ratu
barusan.