First time

1333 Words
                “Ratu seberani itu?” Tanya Raja tak percaya. Setahunya, Ratu adalah manusia paling profesional yang pernah ia kenal, yang Raja tahu Ratu benar-benar tidak mau mencampuri urusan pribadinya dan urusan pekerjaan, yang Raja tahu, Ratu yang ia kenal sangat berbeda dengan apa yang dibicarakan oleh Anna.                 “Kondisinya memang seperti itu pak.” Balas Anna. Sebagai salah satu orang terdekat Ratu, Anna tentu saja khawatir akan wanita itu, apa lagi Ratu meluapkan kesedihannya dengan cara meminum alkohol sebanyak mungkin hingga akhirnya berakhir dengan hangover seperti sekarang ini.                 “Saya bisa bantu.” Ucap Raja, spontan.                 “Tapi tidak dengan hutang-hutang karena Rio.” Sambungnya. Anna diam cukup lama, entah apa yang ia pikirkan, namun melihat Raja yang nampak tulus kepada Ratu membuatnya merasa iba, bagaimana mungkin wanita itu menyianyiakan pria seperti Raja hanya demi pria seperti Rio yang seakan tak tahu malu? Hidup seperti benalu, bergantung pada Ratu dan hidup semaunya seakan-akan Ratu bisa mencetak uang tanpa harus bekerja.                 “Saya akan bicara dengan Ratu setelah ini, tolong urus Ratu, kirim data laporan keuangannya ke asisten saya, kontaknya nanti saya kirimkan.” Raja beranjak dari sana, tanpa bertemu dengan Ratu terlebih dahulu, pantas saja Ratu belakangan ini nampak seperti orang aneh, ternyata ia sedang memikul beban yang teramat berat, bagaimana mungkin ia menyimpan beban itu sendirian?                 Raja kembali ke kantornya, sudah hampir sore, jam istirahat pun sudah terlewat. Sepanjang perjalanan menuju ruangannya ia di sapa oleh orang-orang di kantornya, sesekali ia tersenyum walau pikirannya kini sedang kacau karena memikirkan apa yang terjadi kepada Ratu. Sesekali ia menertawakan dirinya sendiri, mempertanyakan hal besar yang ada pada dirinya, kenapa ia setulus itu kepada Ratu? Perasaan apa yang selama ini ia rasakan kepada wanita itu.                 “Pak…” Raja tersadar dari lamunannya begitu pintu lift di hadapannya terbuka. Di samping Raja terdapat Raina yang berdiri, berjejer dengannya.                 “Raina.” Ucap Raja dengan senyum mengembang di wajahnya. Gadis itu mengangguk, ia ikut naik ke lift yang sama dengan Raja.                 “Kamu darimana mau kemana?” Tanya Raja.                 “Saya habis dari kantin, mau naik ke ruangan pak, ini mampir beli kopi, bapak mau? Ini belum saya minum loh.” Raina menyodorkan segelas kopi americano yang ia baru saja ia beli, senyumnya mengembang sempurna begitu melihat Raja juga ikut tersenyum melihatnya.                 “Tidak usah Raina, saya belum makan siang, saya juga tidak terbiasa minum kopi. Kamu, selamat minum, jangan keseringan minum kopi yang terlalu pahit kasihan lambung kamu.” Raja mengacak pelan rambut Raina, bersamaan dengan pintu lift yang terbuka. Raina menahan napasnya, sepersekian detik sebelum ia tersadar bahwa ia harus keluar dari lift itu.                 “Nanti sore kita makan bareng.” Ucap Raja sebelum pintu lift nya tertutup. Bagaikan sihir, Raina terdiam di depan pintu lift dengan wajah memerah bak tomat, ia mematung di sana cukup lama, sesekali ia memegang pipinya sendiri, bagaimana ia bisa dengan mudah terbawa perasaan hanya karena perlakuan kecil seperti tadi? Tetapi memang tidak bisa di pungkiri bahwa Raja memang semenarik itu di mata perempuan, tubuhnya tinggi tegap, kulitnya bersih, hidung mancung serta memiliki alis tebal, tipikal pria yang menjadi incaran banyak perempuan di luar sana, pantas saja jika Raina dengan cepat terbawa perasaan oleh pria itu.                 “Kamu mau sampai kapan berdiri di sana?” Seseorang menegur Raina, membuat Raina segera kabur ke tempatnya sendiri. Raina begitu tidak tenang menunggu jam pulang, sesekali ia mengecek ponselnya berharap ia mendapat jawaban dari Kaisar, iya, Raina memberitahu Kaisar bahwa mengajaknya untuk makan bersama. Abang lo ngajakin gua makan bareng, gimana? Gak gimana-gimana, gas aja. Banyak duit tuh dia, beli aja yang mahal.                                                 Emang gapapa? Santai.                                                 Gak ada yang marah kalau gua makan sama abang lo? Enggak. Wish you luck. Kaisar tidak sepenuhnya berbohong, ia tahu betul bagaimana Ratu, jika ditanya, apakah ada yang marah jika Raja makan bersama perempuan lain, sudah pasti jawabannya tidak, karena Ratu memang tidak pernah marah, bahkan tidak peduli sama sekali dengan Raja. Setelah menunggu beberapa jam, akhirnya waktu yang di tunggu oleh Raina pun tiba, namun Raina sedikit bingung sebab Raja sama sekali tidak menunjukan tanda-tandanya, Raina bahkan sudah menunggu di depan lobby berharap pria itu akan segera muncul di hadapannya. “Apa gak jadi ya?” Gumam Raina, ia menatap sepatunya yang nampak begitu lusuh. Ia lah yang paling menyedihkan di sana, bahkan anak magang yang lain, memakai barang yang jauh lebih layak, pakaian dan sepatu yang lebih layak di pandang. Berada di sana membuat Raina sedikit malu, terlebih lagi tidak ada satupun orang yang bersedia menjadi temannya, mungkin mereka juga dapat melihat status sosial dari cara berpakaian mereka. “Raina.” Seseorang memanggilnya, seorang pria bertubuh tegap dengan pakaian serba hitam, badannya kekar, di banding satpam, ia lebih layak di sebut sebagai tukang pukul. “Ya? Kenapa pak?” Tanya Raina. ia melepas earphone di telinganya, memasukan benda itu ke dalam tas sembari berbicara dengan pria itu. “Mari ikut saya.” Ucap pria itu. “Maaf pak, kemana?” Tanya Raina. “Tuan Raja meminta saya untuk membawa anda ke restaurant, beliau sudah menunggu di sana. Mari.” Raina cukup terkejut dengan apa yang ia dengar barusan, pengawal itu adalah orang suruhan Raja, apa Raja sekaya itu? apa semua pimpinan perusahaan sekaya Raja? Kenapa tidak berangkat bersama saja? Apa memang kehidupan orang kaya se tertutup ini? apa drama-drama korea itu memang cerita nyata dari para konglomerat?. Kini Raina duduk di dalam sebuah mobil yang bahkan baru pertama kali Raina lihat, Raina yakin, mobil yang sedang ia tumpangi ini adalah mobil mewah dari interiornya saja sudah terlihat jelas. “Pak…” Ucap Raina, kepada dua orang di depannya. Ya Raina duduk sendirian di kursi tengah bak seorang putri yang ditemani dua orang pengawalnya. “Kenapa?” Balas pria yang tadi menjemputnya. “Ini mobilnya bapak?” Tanya Raina penasaran. Ia memberanikan dirinya untuk bertanya, daripada ia penasaran dan bertanya langsung kepada Raja, bisa-bisa image nya langsung rusak di mata pria itu. “Iya, ini mobil pribadinya, bukan mobil perusahaan.” Balas pria tadi. Raina melongo, ia tentu saja terkejut, ia memang tahu bahwa keluarga Kaisar adalah kalangan orang kaya, namun ia tidak pernah menyangka bahwa mereka se kaya ini. mobil Bentley Continental itu memasuki sebuah area restaurant private, Raina sampai kebingungan sendiri melihat bagaimana besarnya restaurant itu, restaurant yang di depannya hanya terparkir beberapa mobil, Raina sudah bisa membayangkan bagaimana mahalnya makanan di sana, sebab mobil-mobil yang terparkir pun sudah menunjukan kelasnya sendiri. “Mari ikut saya.” Raina mengangguk, ia mengekor di belakang pria yang menjemputnya tadi, mereka memasuki restaurant, begitu mereka masuk mereka di sambut hangat oleh belasan pelayan yang berbaris menyambut mereka seperti menyambut seorang tamu penting, Raina tidak terbiasa, Raina tidak pernah di perlakukan seperti itu sebelumnya. “Silahkan.” Pria yang mengantarnya tadi berhenti beberapa meter dari Raja, Raina di persilahkan untuk mendekat ke arah Raja, dengan canggung gadis itu mendekati pria yang mengajaknya makan bersama itu. “Pak maaf sa-” “Can you call me with Mas? Kita lagi gak di kantor loh Rain…” Ucap Raja, ia tersenyum menatap Raina yang begitu canggung. Raina tersenyum dan mengangguk “Maaf mas aku lama, tadi aku nungguin mas di lobby taunya mas udah duluan, kirain mau berangkat bareng.”                 “Saya tadi sempat keluar lagi, ketemu sama client, sudah tidak sempat kembali ke kantor makanya saya minta orang tadi buat jemput kamu, oh iya, mau makan apa? pesan sesukamu ya.” Bukannya memesan makanan, Raina malah celingak celinguk menatap sekelilingnya dengan heran, sebab tempat itu begitu luas namun pengunjungnya hanya ada mereka berdua.                 “Emang tempat makan orang kaya, selalu sepi begini ya mas?” Tanya Raina dengan polos. Raja terkekeh pelan “Tidak selalu, Cuma kali ini saya sengaja menyewa tempat ini untuk beberapa jam kedepan.” Balas Raja. Raina spontan melongo, ada berapa banyak uang yang raja miliki sehingga ia dengan mudah menyewa tempat mewah seperti itu?                 “Tidak usah kaget, bukannya first time itu harus selalu menyenangkan ya?” Raina mengangguk “Tapi ini berlebihan mas.”                 “Ini tidak tidak ada apa-apa nya Rain.”                                  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD