hangover

1173 Words
                Dari pertemuan mereka, Raina jadi paham bagaimana Raja, pria itu bermulut manis, tatapannya tajam seolah mengintimidasi, uangnya banyak, bahkan lucunya Raina menyebut bahwa Raja bahkan bisa membeli harga dirinya kalau mau. Di pertemuan mereka tadi, bahkan Raja sudah terang-terangan memberi sesuatu kepada Raina, sebuah handphone terbaru dengan harga puluhan juta, baju dan sepatu dari brand ternama, serta uang jajan yang bahkan membuat Raina harus bekerja selama tiga puluh ribu jam untuk mendapatkan uang tersebut, tanpa harus makan dan membayar ini itu, jumlah yang cukup fantastis. Raina pulang ke kontrakannya dan tentu saja di sambut dengan tatapan penasaran dari para warga di sekitar sana, malu sekaligus bangga, Raina tidak pernah mendapat perhatian seperti ini sebelumnya.                 “Lo di anterin sama siapa? Lo balik naik apa itu? mobilnya siapa?”                 “Ran! Jawab elah!”                 “Ran, itu mobil temen apa boss lu?”                 “Ran lo di jajanin?”                 “Lo jadi g***n Ran?!” Pertanyaan-pertanyaan itu terus terlontar dari mulut teman-temannya hingga ia bahkan tiba di depan kamarnya. Raina menarik napas lalu duduk di kursi teras kontrakannya, di susul oleh teman-temannya yang juga turut penasaran dengan apa yang mereka lihat.                 “Itu di anterin sama orang suruhan boss gua. Mobilnya juga mobil punya boss, gua gak jadi g***n elah, orang boss gua masih lajang.” Jelas Raina, senyum bangga mengembang di wajahnya, senyum yang sejak tadi tak pernah lepas dari wajahnya, hari itu ia benar-benar bahagia, ia tidak bisa menahan dirinya untuk tidak tersenyum, kepalanya sudah penuh dengan Raja, bisa dibilan bahwa ia sudah jatuh cinta kepada Raja dalam kurun waktu yang singkat.                 “Kok boss lu mau sih sama lu? Emang di sana gak ada cewek lain yang lebih cakep apa? gua tau lo cakep tapi di kantor kede kayak gitu, pasti ada yang lebih cakep, lebih wah, lebih segalanya deh dari lo gini.” Raina lagi-lagi tersenyum “Dia tuh kakak dari temen gua, sebelum magang di tempatnya gua sama dia udah ketemu duluan di rumah mereka.” Balas Raina. percakapan mereka terus berlanjut, Raina terlalu jatuh akan pesona Raja, ia bersikap seolah-olah Raja juga sudah jatuh hati kepadanya, padahal kurang dari itu, ia belum mengenal Raja jauh lebih dalam lagi. *****                 Ratu terbangun dari tidur lelapnya, kepalanya begitu berat hingga ia sama sekali tidak mampu untuk duduk lebih lama. Ratu menatap sekelilingnya, ia sudah berada di kamarnya sendiri, hal terakhir yang ia ingat adalah ia menenggak habis sebotol captain morgan hingga berakhir dengan tak sadarkan diri, baju yang ia kenakan masih baju yang sama dengan baju yang ia kenakan tadi, mungkin Anna yang nekat membawanya pulang. Ratu melirik jam di dinding kamarnya itu, sudah pukul sebelas malam yang berarti ia tidak sadarkan diri selama kurang lebih dua belas jam lamanya, Ratu jadi panik sendiri sebab hari ini ia sama sekali tidak menjenguk papa nya, ia berusaha bangun dari tidurnya, mencari ponselnya yang entah di mana, sejenak setelah mendapatkan ponsel tersebut Ratu melihat sejumlah panggilan tak terjawab dari Bennedict dan juga Erika, sejenak jantung Ratu berdegub tidak karuan, namun setelah membaca pesan dari Bennedict ia jadi bisa sedikit bernapas lega, setidaknya kondisi papa nya tidak memburuk.                 “Ratu.” “Ratu? You okay?” “Ratu, can you hear me?” Suara Raja dari arah luar sukses menyadarkan Ratu. Untuk sesaat Ratu mengabaikan panggilan-panggilan dari pria itu, namun semakin lama suara Raja semakin mengganggu di telinganya, jadi mau tidak mau Ratu harus berdiri untuk menemui pria itu. “What?! What are you looking for? Why you alwas call me?!” Ucap Ratu dengan rasa kesal. Mendengar suara Raja saja sudah mampu membuatnya naik pitam apalagi melihat pria itu secara langsung. “sorry I'm just worried because you haven't woken up since earlier. Karena kamu udah bangun, yaudah. Sorry.” Ucap Raja, ia membalikan badan untuk beranjak dari sana, namun Ratu sudah terlanjur kesal kepadanya, Ratu dengan cepat melemparkan sendal yang ia kenakan agar mengenai Raja. “Aku gak suka cara kamu ngebangunin aku kayak gitu, kamu pikir aku apaan?” Ucap Ratu. Raja menggeleng, ia sudah tidak mampu lagi meladeni Ratu di tengah malam seperti ini. “Sorry.” “Heh?” Ratu tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar, pria itu, maksudnya suaminya mengucapkan kata maaf hingga berulang kali, ada apa dengan Raja?. Ratu diam sejenak kemudian ia kembali ke dalam kamarnya, berusaha tidak peduli pada pria itu, terserah lah apapun yang mau Raja lakukan, sesampainya ia di kamar ia menenggak sebotol minuman pereda nyeri sakit kepala, walau sudah hampir sepenuhnya sadar namun sakit kepalanya belum hilang, bahkan ia juga masih enggan membuka mata karena kepalanya masih terlalu sakit. Sebelum kembali tidur, Ratu kembali mengecek ponselnya, sudah beberapa hari ia tidak berhubungan dengan Rio, sama sekali tidak, bahkan pesan terakhirnya pun tak di balas oleh pria itu, terakhir kali ia mendengar suara Rio ketika pria itu meminta uang kepada Ratu untuk biaya operasi mama nya, setelahnya tidak ada komunikasi lagi di antara mereka, padahal di saat-saat seperti ini lah Ratu begitu membutuhkan sosok Rio, ia butuh Rio berada di sampingnya. Keesokan harinya Ratu bangun terlambat, entah sudah jam berapa, namun matahari sudah masuk ke celah-celah jendela kamarnya pertanda hari sudah semakin siang, Ratu bangun dengan keadaan yang jauh lebih baik dibanding semalam, ia juga sudah tidak pusing lagi, penglihatannya sudah benar-benar normal. Ratu menyambar blazer nya sebelum keluar dari kamar, perutnya tentu saja keroncongan sebab tak makan selama belasan jam, untung saja begitu ia bangun meja makannya sudah penuh dengan berbagai macam makanan yang di buat khusus oleh koki yang bekerja di rumah mereka. “Mau minum apa nyonya?” Tanya seorang pelayan yang menghampiri Ratu. “Apa ya? Banana and milk, shake it, tapi jangan sampai hancur.” Pelayan itu mengangguk begitu mendengar perintah Ratu. Ratu sesekali melirik ke arah garasi mobil tempat dimana mobilnya dan mobil Raja terparkir rapih di sana, mobil yang terparkir masih lengkap dan berarti Raja juga belum berangkat untuk bekerja. “Finally you wake up.” Suara Raja membuat Ratu cukup terkejut, sebab ia muncul secara tiba-tiba. “Ghost.” Desis Ratu. “I was talk with Anna.” Mendengar hal itu raut wajah Ratu berubah drastis “What do you mean?!”                 “Aku udah dengar semua dari Anna, aku bisa bantu.” Sambung Raja. Mata Ratu membelak, kaget. Bagaimana mungkin Anna dengan ceroboh membocorkan hal seperti itu kepada Raja, tidak, Ratu tidak mau terlihat menyedihka di hadapan Raja sesulit apapun keadaannya, Ratu tidak akan menjatuhkan harga dirinya hanya karena perihal ia sedang kesulitan ekonomi.                 “Gak butuh.” Jawab nya ketus. Raja terkekeh pelan, di saat sesuah itu pun, Ratu masih berusaha mempertahankan harga dirinya, Ratu masih orang yang sama yang tidak berubah sekalipun dalam masa sulitnya. Raja melempar secarik kertas berisi dua tanda tangan di atasnya “Your dad… I mean, papa. Bikin hitam di atas putih dan dia mau aku yang menolong kamu langsung, I know how hard this time for you, turunkan ego mu atau mahkota mu akan jatuh.” Kata-kata Raja barusan seakan menampar Ratu, entah bagaimana, namun Ratu tidak bisa berkutik akan ucapan Raja barusan.      
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD