Gara-gara Rio

1193 Words
                Selama menikah dengan Ratu, tadi adalah kali pertama Ratu berbicara banyak kepada Raja, pertama kalinya ia memberitahu Raja alasan mengapa ia bertingkah kurang ajar. Ratu memang salah, perbuatan Ratu tidak ada yang Raja benarkan sama sekali, namun dari sorot matanya ketika memberitahu Raja alasannya tadi, membuat Raja merasa iba. Entah apa lagi yang wanita itu sembunyikan, entah apa lagi yang wanita itu simpan sendiri, bukannya marah, Raja malah jadi kasihan kepada Ratu.                 “Yasudah, kalau papa tidak mau. You know kalau dia gak suka di paksa kan?”                 “Sebaiknya Nona Ratu yang bicara pada tuan.”                 “Apa? mau ngomong sama papa juga papa gak bakal dengerin apa yang saya suruh.”                 “Kalau begitu saya usahakan yang terbaik.”                 “Oke.” Ratu menyimpan ponselnya dalam tas, satu jam setelah percakapannya dengan Raja ia sudah tampil rapih, sudah sedikit terlambat untuk bekerja. Sementara Raja masih di tempatnya menatap para pelayan yang sedang membereskan gelas delapan belas juta Ratu yang ia lempar pagi tadi, semudah itu ia membuang uang belasan jutanya. Entah sudah berapa banyak barang-barang mewah yang sengaja Ratu rusak ketika sedang emosi, bahkan jika di hitung pasti sudah bernilai ratusan juta sendiri.                 “Kenapa gak libur aja? Kamu sudah terlambat.” Ucap Raja, Ratu menghiraukannya. Wanita itu fokus sekali dengan ipad di tangannya, membaca laporan keuangan perusahaannya yang semakin kacau setelah melunasi tagihan kartu kreditnya yang menggila.  Raja mengintip sedikit, ia juga sama terkejutnya dengan Ratu begitu melihat selisih di ujung laporan itu, sekarang ia paham kenapa Ratu semakin uring-uringan.                 “We talk later Ratu.” Raja mengacak pelan rambut Ratu begitu ia beranjak dari tempatnya, membuat Ratu merasa risih, tanpa sengaja ipad di tangannya ia lemparkan dan untung saja tidak mengenai Raja, pria yang hampir saja terkena lemparan Ratu itu hanya tersenyum melihat Ratu semarah itu.                 “STUPID!” Teriak Ratu. Benda yang senilai dua puluh juta itu kini hancur tak bersisa, tak masalah bagi Ratu, hal seperti itu bukanlah sesuatu yang harus ia pikirkan, saat ini juga ia bisa membeli sepuluh atau dua puluh benda yang sama, jadi tidak ada yang perlu yang ia khawatirkan, yang jelas ia sudah meluapkan emosinya sendiri. *****                   “Permisi pak…” Suara itu membuat Raja tersadar dari lamunannya, seorang wanita dengan rambut sebahu dengan lanyard orange muncul dari balik pintu. Raina, sedang apa di sini?                 “Raina? kamu magang di sini?” Ucap Raja. Ia spontan berdiri, menyambut kedatangan Raina.                 “Iya pak, saya magang di sini. Kaisar bilang kalau sudah masuk, saya harus menyapa bapak.” Balas Raina. gadis cantik itu menunjukan raut wajah yang begitu bahagia, sementara Raja masih sibuk dengan pertanyaan-pertanyaan di kepalanya.                 “Selamat bekerja ya? Saya tunggu kontribusi kamu di perusahaan ini, kalau kinerja kamu bagus saya bisa saja jadiin kamu karyawan tetap.” Balas Raja. Raina tersenyum “Siap pak.”                 “Pak? Bukannya waktu itu kamu memanggil saya dengan sebutan mas?” Tanya Raja.                 “Tidak profesional itu mas, namanya. Eh pak.”                 “Tapi dari profesional bisa tidak ya jadi personal?” Pertanyaan Raja barusan sukses membuat pipi Raina memerah, pria tampan di hadapannya itu sejak awal mereka bertemu sudah menarik perhatian Raina, terlebih lagi Raja selalu bersikap baik setiap kali bertemu dengannya, membuat Raina selalu merasa tertarik setiap kali melihat Raja.                 “Kalau gitu saya permisi dulu pak.” Ucapnya malu-malu, gadis itu keluar dari ruang kerja Raja dengan wajah berseri-seri, entah kenapa ia jadi sesenang itu.                 Entah bagaimana perasaan Raja saat ini, ia bingung dengan perasaannya sendiri setelah melihat Raina. ia bingung kenapa ia jadi sesenang itu setelah melihat Raina di kantornya, ia tersenyum senang begitu tahu gadis itu di sana, dengan cepat Raja menghubungi Kaisar, ia ingin tahu bagaimana Kaisar mengatur segalanya padahal adiknya itu juga belum meminta pertimbangan apa-apa kepada dirinya sebelum membuat Raina bekerja di sana.                 “Udah ketemu ya?”                 Bisa gak usah berulah?                 “Lo seneng kan bang? Dari suara lo aja udah ketahuan.”                 Kok bisa kepikiran sampai situ?                 “Lagian gua bingung, lo lambat banget kayak kura-kura.”                 Thanks.                 “Yaudah, baik-baik deh ya. Selamat pdkt.”                 Kaisar mematikan lebih dulu sambungan teleponnya, sementara itu Raja masih di ruangannya, berkutat dengan seribu satu macam dokumen di hadapannya. Melihat banyaknya jumlah dokumen di hadapannya saat itu membuat Raja yakin bahwa malam ini ia tidak akan pulang ke rumah, sesekali ia menerima telepon dari para orang penting atau sesekali meminta asistennya untuk membawa beberapa cemilan untuknya. Di tengah-tengah kesibukannya, tiba-tiba Raja menerima telepon dari nomor pribadi yang tak ia kenal, sekali hingga dua kali Raja sama sekali tak merespon, namun setelah membaca pesan dari orang itu Raja langsung berubah pikiran.                 “Dia dimana?” tanya Raja. Lucunya, ia merasa panik begitu mendapat kabar bahwa Ratu tengah hangover.                 “Di kantor pak, ibu tidak mau di bawa pulang.” Tanpa basa-basi Raja langsung berangkat menuju tempat Ratu, di tengah-tengah perjalanannya Raja sempat terpikirkan mengapa ia masih se khawatir itu kepada Ratu, padahal akhir-akhir ini ia memang sudah berniat untuk melepas wanita itu, sesaat juga Raja berpikir apakah ia harus melanjutkan perjalanannya atau tidak usah, ketika Ratu tahu bahwa Raja datang pun pasti Ratu hanya marah. Namun Raja tetap melanjutkan perjalanannya, tidak peduli dengan bagaimana reaksi Ratu nanti. Begitu ia sampai di kantor Ratu, banyak pasang mata yang tertuju kepadanya. Bagaimana tidak, selama ini, seterkenal-terkenalnya Raja sebagai suami Ratu, mereka hampir tidak pernah saling mengunjungi satu sama lain dan ini adalah kali pertama Raja mengunjungi kantor Ratu secara langsung. Raja hanya bisa melemparkan senyumnya kepada orang-orang sembari menunggu lift terbuka.                 “Ratu dimana?” Tanya Raja begitu melihat Anna. Anna sudah menunggu Raja di depan lift, sejak tadi ia menunggu pria itu di sana.                 “Ada di ruangannya pak, mari saya antar.” Balas Anna. Raja mengekor di belakang Anna, berjalan ke sebuah ruangan yang letaknya berada di paling ujung lantai itu, begitu Raja masuk, di sana sudah ada Ratu yang tengah terkapar akibat minum minuman keras di sampingnya, tentu saja bau alkohol menyeruak begitu Raja masuk ke dalam ruang kerja Ratu, tak main-main wanita itu menenggak habis tiga botol minuman keras dalam waktu singkat.                 “Sudah saya beri pereda mabuk pak, tapi ibu tidak mau pulang.” Ucap Anna. Raja mengangguk “Tidak usah di paksa, nanti dia marah. Tapi kenapa dia sampai hangover di jam kerja begini? Dia tidak sibuk kah? Atau ada yang mengganggunya?” Setau Raja, Ratu tidak akan memaksa dirinya untuk mabuk begini kalau tidak ada yang terjadi pada dirinya.                 “Kita bicara di luar pak.” Ucap Anna.                 “Jadi kenapa?” Tanya Raja.                 “Perusahaan ini sebenarnya sedang kacau pak, kami berada di masa sulit kami, keuangan sedang kacau karena ibu memberi kartu kredit perusahaan kepada bapak Rio dan dibelanjakan hingga limitnya, jadi mau tidak mau perusahaan merugi gara-gara itu pak, jumlahnya juga tidak main-main dari kartu kredit perusahaan saja hampir satu Milyar pak, belum dari kartu kredit pribadinya ibu, angkanya lumayan. Ibu jadi kepikiran belakangan ini, di tambah masalah keluarganya, masalah aset ibu nya yang nyaris mangkrak karena ibu tirinya di tipu, itu juga jumlahnya besar sekali pak bahkan sampai trilyunan. Di tambah Tuan Hartawan sakit jadi ibu belakangan ini susah mengendalikan dirinya.”                 “Separah itu kah?” Anna mengangguk.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD