Alasan Ratu

1349 Words
                Tidak terdengar apa-apa dari dalam kamar Ratu, hening, sunyi, senyap. Raja yakin bahwa Ratu sengaja meminta semua orang yang ada di rumah ini diam, ia pasti sedang tidak ingin di ganggu, namun hal itu semakin membuat Raja khawatir. Ratu tipikal orang yang meledak-meledak ketika marah, dan yang terjadi saat ini bukan cirikhas dari Ratu.                 “Dia bilang apa ke kalian tadi?” Pada akhirnya Raja memilih untuk bertanya pada orang-orang yang bekerja di rumahnya, menunggu Ratu keluar dari kamar ketika Ratu sedih adalah hal yang paling mustahil.                 “Nyonya tidak bilang apa-apa tuan.” Balas salah satu dari mereka. Raja mengangguk, ia tidak ingin berbicara panjang lebar kepada siapa-siapa saat ini. Semalaman penuh, Raja hampir tak bisa tidur hanya karena penasaran apa yang terjadi pada Ratu, wanita yang biasanya selalu mencari gara-gara kepada Raja bahkan ketika Raja tidak melakukan sesuatu pun justru tiba-tiba diam semalaman, entah apa yang ia lakukan, namun Raja selalu penasaran. Raja tidak bisa tidur, perutnya keroncongan dan ia memilih untuk keluar kamar, setidaknya untuk mencari makanan di meja makan, pasti masih ada, para pelayan di rumah mereka tidak pernah mengosongkan meja itu. di saat yang sama Ratu juga keluar dari kamarnya, entah mau kemana. Namun ia terlihat begitu kacau, rambutnya acak-acakan, ia bahkan keluar dari kamarnya hanya dengan celana super pendek dan baju kaos oversize yang menutupi sebagian paha nya.                 “Why are you staring at me?!” Ratu menatap Raja dengan tatapan tidak suka. Padahal Raja tidak menatapnya sama sekali, hanya karena kebetulan mata mereka berdua bertemu selama beberapa detik tidak berari bahwa Raja menatapnya.                 “Ah? Maksud kamu?” Tanya Raja, spontan.                 “Kamu ngeliatin badan aku sampai segitunya. Iya kan? Kamu kenapa sih? kamu gak pernah lihat badan cewek apa? aku sengaja pakai baju oversize gini Cuma buat ngehindarin tatapan-tatapan kayak kamu gini. You are so annoying tau gak!”  Raja memilih untuk diam daripada harus ribut di tengah malam buta seperti ini, bahkan jam masih menunjukan pukul setengah tiga dini hari, belum sempat tidur karena mengkhawatirkan Ratu, namun wanita itu berulah begitu mata mereka berdua bertemu, Raja bahkan tak habis pikir sebenarnya apa yang ada di dalam pikiran Ratu.                 “Ratu, I think you better sleep.” Ucap Raja malas, ia berjalan melewati Ratu dengan perasaan kesal, bagaimana mungkin ia tidak kesal di saat semalaman ia mencemaskan wanita itu, hanya perkara mata mereka tak sengaja saling tatap Ratu malah menuduhnya yang tidak-tidak.                 Raja benar-benar tidak tahu apa yang terjadi pada Ratu serta keluarganya, yang jelas, pagi-pagi buta ketika ia bangun tiba-tiba Melinda sudah datang dengan keadaan mata yang sembab, memohon-mohon pada Ratu untuk memberinya belas kasihan. Raja hampir saja tertawa, bagaimana mungkin Melinda memintahal itu kepada Ratu yang bahkan sama sekali tidak punya rasa belas kasih kepada orang-orang? Manusia yang bahkan sudah egois sejak lahir tidak mau mengerti tentang perasaan orang lain, seharusnya Melinda malu melakukan itu. Ratu yang saat itu juga baru bangun tidur hanya menatap kosong ke arah Melinda yang kini menangis di hadapannya, teh panas di depannya sudah habis tak bersisa, sama sekali tak bersisa.                 “Saya gak tau harus bilang apa lagi ke kamu, tolong jangan di tarik fasilitas saya. Kamu tidak tahu kan apa yang saya harus lalui kalau saja fasilitas-fasilitas itu kamu tarik semua? Apa kata teman-teman saya? Setidaknya beri saya satu yang saya inginkan.” Ucap Melinda di sela-sela tangisnya. Ratu hanya diam tak berekspresi, wajahnya terlihat begitu tenang, sementara Raja yang duduk di sampingnya hanya diam, Raja memang selalu tidak mau turut campur dalam urusan keluarga Ratu.                 “Leave him and i’ll give you a car.” Ucap Ratu. Melinda melotot “Saya gak bisa ninggalin papa kamu.”                 Mendengar hal itu, Ratu lantas tersenyum “Kurang? I’ll give you some money, anggap saja kompensasi. Lagi pula, ada atau tidak adanya kamu di samping papa rasanya sama saja, tidak membantu dan yang ada kamu hanya membebani papa saya. saya heran sama papa, kenapa dia memilih punya wanita simpanan modelan kamu begini padahal dia bisa menyewa PSK di luar sana yang pastinya lebih bagus, atau mungkin gara-gara pelet? Leave my dad, cari konglomerat lain yang mau sama jalang bekasan kayak kamu.”                 “Tapi memangnya ada orang lain yang mau sama kamu? Modelan jalang kayak kamu gini di luaran sana juga banyak, Cuma gak pakai susuk kayak kamu.”                 “Apa? mau marah karena saya panggil jalang? Bagus dong, kan memang benar. You suck a d**k to get what you want, benar kan? Tidak usah banyak gaya, memaksakan diri untuk bergaul dengan ibu-ibu konglomerat dengan pendidikan super tinggi itu bukan ranah kamu, mau sampai kapan juga tidak akan bisa, orang rendahan macam kamu ini bisa apa sih selain ngangkang dan jual diri?” Melinda diam seribu bahasa mendengar cacian dari anak tirinya itu, yang bisa ia lakukan hanya menangis tersedu-sedu di hadapan Raja dan Ratu. Manusia berhati batu di hadapannya itu hanya diam setelah memaki wanita di hadapannya, benar-benar egois dan keras.                 “Saya tidak akan meninggalkan papa kamu, apapun yang terjadi tidak akan. Kami berdua punya anak, dan Erika juga masih anak papa kamu. Kami punya hak yang sama seperti kamu!” Mendengar hal itu tentu saja Ratu semakin naik pitam, jelas sekali dari sorot matanya yang tiba-tiba berubah, menatap tajam ibu tirinya itu.                 “Siapa yang bisa jamin kalau Erika adalah anak kandung papa? Selama ini kita semua tidak pernah tes DNA, atau setelah ini kita harus tes DNA? Jaminannya, kalau DNA Erika tidak sesuai, kalian harus mengganti rugi atas semua pengeluaran kalian selama menjadi benalu di keluarga kami. Bagaimana? p*****r seperti kamu yang jelas-jelas bisa tidur sama siapa saja, tidak bisa di percaya sama sekali, entah sudah seberapa banyak laki-laki yang kamu tiduri sebelum menjebak papa saya, tidak ada yang tahu.”                 “Ratu…” Raja ingin menegur Ratu namun sepertinya Raja tidak bisa, melihat emosi Ratu yang meluap-luap saat ini membuat Raja mengurungkan niatnya, wajah Ratu bahkan sampai memerah menahan emosinya sendiri.                 “Pergi.” Ucap Ratu, lagi.                 “Pergi sekarang juga atau saya patahkan kaki kamu.” Ucap Ratu. Ucapannya benar-benar serius, ia tidak bercanda jika menyangkut Melinda, rasa bencinya terhadap wanita itu sudah meluap-luap, bahkan jika bisa di urutkan, Melinda ada di daftar hitam Ratu, bahkan menduduki peringkat satu. Melinda berdiri, ia berjalan pelan meninggalkan rumah itu, sementara itu Ratu tidak bisa membendung lagi emosinya, gelas mahal seharga ribuan dollar di hadapannya, ia lempar hingga pecah dan nyaris melukai ibu tirinya itu, merasa tidak aman, Melinda buru-buru pergi dari sana sebelum Ratu semakin menggila. Tidak ada yang bisa menghalangi Ratu dan segala kelakuannya, Ratu sudah lama hidup seperti itu, dan tidak ada yang bisa merubahnya.                 “Kamu sadar kalau kamu itu jahat?” Tanya Raja pelan.                 “Dia lebih dulu jahatin aku jadi aku pantas buat balas kejahatan dia. Kamu gak tau apa yang pernah dia lakukan sama aku, kamu gak tahu bagaimana jahatnya dia, I was 15 ibu sama papa bertengkar hebat, di hari dimana ibu bahagia karena ulang tahunnya dia datang mengacau, dia permainkan perasaan ibu, dia terus datang mengganggu sampai akhirnya ibu give up, sejak saat itu ibu sakit karena kepikiran tentang Melinda dan anak yang katanya anak papa, sejak saat itu juga ibu benar-benar tidak jadi ibu sampai dia meninggal, ibu kerja keras siang malam, memaksakan dirinya karena tidak mau pulang ke rumah, komunikasi aku dan ibu juga kacau karena Melinda, bahkan sampai ibu meninggal, padahal sebelumnya ibu adalah manusia paling hangat, ibu baik, tapi karena Melinda ibu berubah, ibu tidak menjadi dirinya sendiri bahkan sampai beliau meninggal, aku kehilangan hati ibu di umur lima belas, dan aku juga kehilangan raga ibu di umur delapan belas, aku besar dengan dendam yang terus bertambah setiap harinya apa lagi ketika papa memutuskan untuk menikahi Melinda, rasa sakitnya semakin menjadi. jadi kalau cuma lemparan gelas atau bahkan pukulan stik golf dikepalanya tidak akan pernah sebanding sama perbuatan yang pernah dia lakukan.”                 “Ratu…”                 “Hah, udahlah I just told you supaya kamu gak ngerasa bingung lagi. aku gak suka di kasihani, kamu tau itu kan? Udahlah.” Ratu berdiri, meninggalkan Raja yang kini diam di tempatnya dengan perasaan campur aduk setelah mendengar ucapan Ratu barusan.                 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD