Bab 13. Selma Membuat Prilly Kesal

1362 Words
Happy Reading. "Kalau kamu nggak suka, silahkan keluar. Saya juga nggak butuh keberadaan mu di sini!" Hati Prilly begitu sakit saat mendapat penolakan keras dari Nico. Sementara Selma tersenyum bahagia ketika sang suami kembali tegas pada sekretarisnya. "Aduh, Sayang. Kamu ishh, nakal banget, sih." Suara tawa yang terdengar sangat renyah itu berhasil meremukkan perasaan Prilly. Dia tidak menyangka bahwa hari ini merupakan hari tersial baginya untuk melihat pemandangan indah bagaikan mimpi buruk. "Pergilah, saya mau bersenang-senang! Ingat, jangan masuk tanpa saya suruh, cepat!" Suara bentakan terdengar jelas dari bibir Nico hingga kehancuran hati Prilly semakin mendalam. Tatapan penuh dendam menyorot jelas ke arah Selma. Dia tidak terima atas permainan ini, tetapi wanita itu tidak sanggup melakukan apa-apa jika sang atasan sudah mengusirnya. Seandainya Prilly melawan, sudah dipastikan kehadiran dia di kantor akan semakin sulit. Tanpa basa-basi Prilly langsung bangkir dari kursi, lalu melengos pergi begitu saja. Tak lupa pandangan mata terus menatap Selma dan Nico yang sedang saling mengagumi satu sama lain. "Cihh, dasar suami-istri gak tahu diri! Sudah tahu ini kantor malah dipakai buat m***m, nggak sekalian aja setiap karyawan suruh pada bawa istrinya ke kantor. Main dah, tuh, rame-rame!" ucap Prilly di dalam hati. Selepas pintu tertutup bersamaan dengan perginya Prilly, tiba-tiba saja Selma berdiri dan menjauhkan tubuhnya pada Nico, tetapi Nico menahan dan menariknya kembali. "Hyaakk … Lepasin, Mas, lepas!" pekik Selma, mendorong Nico yang masih duduk dalam keadaan terkejut. "Apa sih, Sayang? Kenapa kamu dorong aku? bukannya tadi kamu yang bilang kita bakalan main setelah Prilly keluar, terus kenapa sekarang kamu malah menolak ku lagi?" tanya Nico dengan tatapan bingung. Pertanyaan itu keluar begitu saja dari bibir Nico sambil menunjukkan wajah polos tak bersalah. Seolah-olah semua hukuman yang Selma peringatkan tadi hilang entah ke mana. Namun, sikapnya berhasil menunjukkan kejanggalan yang tidak masuk akal. Perubahan sang istri yang sekilas itu, membuat pria tersebut benar-benar tidak mengerti. "Apa kamu lupa, beberapa saat lalu aku sudah menghukummu. Jadi, hukuman itu akan tetap berlaku selama kamu masih mempertahankan ular itu di kantor. Selamat tinggal, Mas!" Selma langsung pergi begitu saja meninggalkan Nico yang terlihat bingung. Akan tetapi, Nico berusaha mengejar sang istri dan menahannya di dekat pintu keluar. "Stop, Sayang! Jelasin sama aku apa alasan kamu bersikap seperti tadi di depan Prilly? Kamu bilang kamu menghukum ku, terus kenapa pas Prilly masuk kamu berubah drastis menjadi sangat romantis? Namun, setelah dia keluar kamu kembali marah padaku. Apa maksud semua ini? Aku benar-benar bingung," ucap Nico dengan segala pertanyaan membuat Selma tersenyum kecil. "Suka-suka akulah, lagian juga ini balasan untuk dia karena sudah bermain denganku. Dan, berlaku untukmu. Sekali lagi kamu ketahuan seperti itu, jangan salahkan aku jika hukumannya akan tambah lama." Nico terdiam mematung di dekat pintu, sedangkan Selma terkekeh kecil sambil keluar ruangan membuat Prilly yang duduk dalam keadaan kesal langsung melihatnya. "Kenapa ketawa? Senang habis main? Udah puas ya? Kok cuma bentar?" batin Prilly. Selma menatap Prilly dengan tatapan tidak suka. Entah kenapa dia sama sekali tidak menyukai mantan kekasih suami itu. Mungkin karena beberapa hari yang lalu pada saat Selma bertemu dengan Amelia, dia tidak sengaja melihat keberadaan Prilly dengan Aurel. Padahal jelas-jelas Aurel itu sangat membencinya, Selma takut mereka berdua berencana untuk membuat rumah tangganya hancur. Selma akan bermain-main sebentar saja. Wanita itu melipatkan kedua tangan di depan lalu sedikit membungkukkan badannya berlagak seperti orang yang sedang meledek lawannya untuk memancing emosi. "Aku nggak tau apa yang ada di otakmu, yang jelas aku nggak akan tinggal diam dengan apa yang sudah kamu lakukan kepada suami saya!" Prilly menatap wajah Selma dengan sedikit menyeringai. "Tenang saja, Bu. Kalau memang pak Nico setia pasti Ibu tidak akan seperti ini, seharusnya ibu baik-baik saja." Jelas terlihat sekali jika Prilly tengah mengintimidasinya. "Oh, apakah kamu bisa baik-baik saja saat dengan jelas ada orang yang mau merusak rumah tangga kita? Sebenarnya apa niat kamu? Karena uang? Karena tahta yang sudah tidak bisa kamu raih? Apakah kamu benar-benar butuh banyak uang sehingga ingin menjerat suamiku? Dasar jalang!" Kali ini sindiran Selma benar-benar tidak bisa dibiarkan. Dia berhasil mengobrak-abrik isi hati sekretaris suaminya sampai meledak-ledak. Prilly yang sudah tidak sanggup menahannya, langsung berjalan mendekati istri sang atasan yang sedang menertawakan. Sampai akhirnya tangan Prilly melambung tinggi bersamaan dengan tangan Selma yang refleks menahan hingga menatapnya begitu tajam. "Jangan pernah sekali-kali mengangkat tanganmu kepadaku, ingat! Aku ini istri atasanmu, bukan pegawaimu. Jadi, jangan bersikap seolah-olah kamu yang berkuasa di sini. Bawahan tetap akan menjadi bawahan dan gak akan pernah menjadi atasan!" Selma menghempaskan tangan Prilly dengan keras hingga tubuhnya berputar dan jatuh menabrak meja kerjanya. Sementara wanita itu pergi dengan anggun meninggalkan sekretaris sang suami setelah meninggalkan tanda tangan yang cukup menusuk di hati. "Aarrghhh … Sial! Gue gak terima semua ini, lu liat aja nanti kalau gue sampai berhasil menaklukan Nico, jangan harap gue akan membuat hidup lu dan anak-anak lu tenang. Pokoknya gue bakalan balas semua penghinaan ini, Selma!" Teriakan di dalam hati Prilly berhasil membuat dia memukul meja hingga menimbulkan bunyi yang cukup keras. Namun, beberapa saat dia kembali duduk di kursinya sambil mengerjakan tugas dalam keadaan kesal, tiba-tiba Nico keluar dari ruangan dan langsung menatap datar. "Mulai detik ini, hari ini juga jangan pernah masuk ke dalam ruangan saya. Batasanmu antara meja kerja dan pintu ruangan saya. Jika ada berkas penting yang harus saya tanda tangani, kirim melalui Galih. Jika sampai kamu melewati batasan itu, detik itu juga saya akan memecat mu secara tidak terhormat!" Sumpah, hari ini Prilly seperti ditimpa kesialan yang bertubi-tubi. Kesialan yang berlarut terus menguras energi hingga kejadian ini sudah tidak bisa diterimanya. Ancaman yang paling sakit dan membuat hatinya hancur tidak berbentuk kembali adalah perkataan ini. Penolakan yang Nico lakukan seperti menghancurkan setengah dunianya. Prilly tidak tahu harus menjawab apa. Dia hanya melihat Nico berjalan pergi meninggalkan dirinya dan menutup keras pintu ruangan sampai berhasil mengejutkan jantungnya. "Aarrghh … Galih! Ini semua gara-gara lu, gue jadi sial! Gue gak terima, gue gak terima!" teriak Prilly langsung bergegas melangkahkan kaki dengan cepat memasuki ruangan Galih tanpa mengetuk. "Eh, nyomot!" ucap Galih spontan akibat terkejut ketika mendengar suara pintu yang dibuka persis seperti didobrak. "Hei, sekretaris Prilly! Kau bisa 'kan, buka pintu pelan-pelan nggak perlu—" Tubuh Galih terperanjat akibat terkejut saat Prilly berjalan cepat dan menggebrak meja dengan kedua tangan sambil sedikit membungkukkan tubuhnya. Buah semangka kembar berhasil sedikit menarik perhatian Galih, tetapi dia langsung fokus pada sorot mata Prilly yang menatap penuh dendam. "Ini semua gara-gara lu! Apa yang udah gue rencanakan matang-matang menjadi berantakan. Pokoknya gue gak akan pernah terima semua ini dan gue akan balas perbuatan lu. Jika gue hancur, maka lu juga harus hancur, Galih!" Ancaman yang keluar dari bibir Prilly sedikit membuat bulu kuduk Galih berdiri. Akan tetapi, dia berusaha tenang dan kembali berdiri mengikuti gaya Prilly hingga kedua mata mereka saling memancarkan kebencian satu sama lain. "Gue gak pernah takut sama ancaman lu ini, jadi gak usah sok nakut-nakutin gue. Makanya jadi cewek yang bener, jangan suka merebut suami orang. Kalau lu hancur itu karena ulah lu sendiri, bukan karena gue! Lu bisa ngancem gue, begitu juga gue yang bisa melakukan apa pun untuk menghancurkan lu, paham! Mending sekarang lu keluar dari ruangan gue, sebelum gue bertindak kasar. Pergi!" Bentakan yang sangat keras diiringi gebrakan meja berhasil membuat Prilly kaget. Dia kira Galih akan takut dengan ancamannya, tetapi semua itu salah. Galih malah berkali-kali lipat mengancamnya. Rasa kesal, marah, juga dendam semakin mendalam di hati Prilly bahkan lebih dari itu. Dia pergi dan menutup keras pintu ruangan Galih dalam keadaan tidak terima. "Lu lihat aja nanti, gue akan buat hidup lu hancur sehancur-hancurnya bahkan sampai lu lupa bagaimana caranya bisa tersenyum. Intinya sekarang gue hanya fokus untuk membalaskan dendam ini sama lu, setelah gua berhasil buat lu hancur. Baru gue bisa tenang jalani misi untuk mendapatkan Nico!" Suara hati yang terdengar penuh dendam itu membuat pikiran Prilly terganggu. Semua pekerjaan yang ada menjadi berantakan akibat konsentrasinya buyar begitu saja. Tidak ada cara lain, Prilly harus menyingkirkan Galih terlebih dahulu, kemudian Selma, barulah dia bisa fokus mendapatkan Nico secara mudah. Dua penghalang ini jika tidak dihancurkan, maka akan selalu membuat semua rencananya menjadi gagal. Jadi, mau tidak mau misi wanita itu sedikit berubah dari apa yang sudah dipikirkan selama ini. Bersambung.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD