Part 11

1282 Words
“Kau benar-benar sudah keterlaluan, Leo!” sentak Lita begitu keduanya sudah di dalam paviliun. “Tidak bisakah kau menyelesaikan permasalahanmu dengan Olivia tanpa kekerasan.” “Dia sengaja mencari masalah.” “Itu hanya foto. Apa susahnya membiarkan dia melakukan apa pun sesukanya? Jangan membuatnya tertekan. Dia sedang hamil. Anakmu! Apa kaupikir itu tidak akan memengaruhi janin dalam kandungannya?” “Kita belum memastikan anak siapa yang ada di perutnya.” “Dia istrimu.” “Mantan,” koreksi Leo dengan tegas. Seakan itu adalah satu-satunya hal paling menjijikan yang pernah ada di hidupnya. Dan memang iya. Lita mendesah keras. “Kau harus mengandung anakku.” Pernyataan Leo begitu tiba-tiba dan suara yang kuat. “Secepatnya.” Lita tersentak kaget. Mulutnya melongo dengan permintaan di luar nalar Leo yang diucapkan dengan begitu tenang. Sudah cukup pria itu menginginkan pernikahan dengannya, apa pria itu masih tidak cukup gila. “Hubungan kita tak akan sejauh itu, Leo,” sengit Lita. “Kenapa? Kita sudah menikah.” “Aku hanya menganggapmu seperti adikku.” Leo berdecak, “Ck, lalu kaupikir untuk apa pernikahan ini terjadi?” Mata Lita berkedip cepat. “Yang jelas bukan untuk hal semacam itu,” ucapnya lalu masuk ke kamar. Leo menyusul di belakangnya. “Tapi sekarang aku adalah suamimu. Bukan adikmu.” Langkah Lita terhenti, mendesah keras sebelum berputar menghadap Leo. “Apa kaupikir kau akan hidup selamanya hanya menjadi seorang istri? Tanpa menjadi seorang ibu?” “Lalu apa? Jika aku melahirkan anakmu, apa kau akan membuang anakmu dan Olivia? Bayi kalian tidak bersalah, dan anak kalian berhak mendapatkan kasih sayangmu sebagai seorang ayah. Terlepas dari apa yang terjadi antara kau dan Olivia.” “Apa kau akan baik-baik saja dengan keberadaannya?” “Kenapa aku harus tidak baik-baik saja?” Leo bungkam. Tentu saja Lita akan baik-baik saja. Wanita itu tak pernah memandangnya sebagai seorang laki-laki. Kehadiran anak dan bahkan keberadaan Olivia jelas bukan gangguan bagi Lita. “Aku tidak merasakan apa pun,” gumam Leo lirih. Lita yang hendak berjalan ke kamar mandi terhenti. Kembali menatap Leo yang terlihat sendu. “Aku tidak merasakan apapun dengan anak yang dikandung oleh Olivia. Aku tahu seharusnya aku tidak seperti ini, tapi aku tidak bisa membohongi perasaanku.” Lita kembali dikejutkanb oleh pernyataan Leo. Tak ada kata yang keluar tapi sungguh ia sangat kecewa pada Leo, dan entah seberapa banyak lagi kekecewaan yang akan pria itu lemparkan padanya.   ***   Esok paginya, Lita sudah rapi dengan pakaian kerjanya ketika menata dokumen-dokumen di meja. Sedangkan Leo masih berdiri di depan cermin. Sudah berpakaian rapi dengan kemeja biru laut dan celana yang senada dengan jas di meja meja rias. Menyisakan dasi yang belum terpasang. Lita, yang entah kenapa merasa iba dengan keterdiaman pria itu melangkah mendekat. Mengambil dasi di tangan Leo dan menyimpulkannya untuk pria itu. Dengan raut sedatar tembok. “Apa berlebihan jika seorang suami meminta istrinya mengandung anaknya?” Gerakan tangan Lita di pangkal leher Leo sempat terhenti. Wanita itu tak mengangkat pandangannya dan kembali melanjutkan menyimpul dasi seolah Leo tak mengatakan apa pun. “Kau tak mungkin membuatku menjadi pria selibat seumur hidupku. Selama ini aku tak menyentuhmu, itu karena aku menahan diri. Aku tahu pernikahan ini terlalu mengejutkanmu. Aku hanya memberimu waktu.” “Cukup pembicaraan tentang hal ini, Leo. Kau tahu jawabannya,” peringat Lita mulai kesal. Sepagi ini dan Leo sudah merusak suasana hatinya sebelum pergi ke kantor. “Aku sudah muak menjadi bayang-bayang pertengkaranmu dan Olivia. Jangan gunakan diriku lagi untuk memprovokasinya.” “Pernikahan ini sama sekali tak ada hubungannya dengan Olivia.” “Aku harap begitu, tapi kau lebih tahu daripada diriku alasan gilamu meminta menikah denganku.” “Aku hanya ingin kembali ke rumah ini.” “Tanpa perlu meminta syarat tak masuk akal ini pada papamu.” “Kau satu-satunya wanita yang tak akan membuatku salah melangkah lagi. Setidaknya aku tidak akan meninggalkan keluargaku lagi karena kau.” Lita terdiam. Simpulnya sudah jadi tapi tangannya masih tetap melayang di pangkal leher Leo. Kemudian wajah wanita itu sedikit terangkat, memandang wajah Leo. “Aku seyakin itu ketika dulu mencoba menghentikanmu,” tandas Lita memperingatkan. “Tapi lihat kenyataannya. Kau tetap meninggalkan kami dan menikahi Olivia. Tanpa restu orang tua kita. Bahkan kau tak peduli pada Papamu yang nyaris mati di rumah sakit karena serangan jantung.” Lita menurunkan tangannya dengan kasar, memandang wajah Leo yang membeku dan memucat seketika. Ada penyesalan dan rasa bersalah yang teramat besar menyelimuti wajah pria itu, tapi semua sudah terlambat. Lita mengambil tas dan dokumen di meja, berjalan lebih dulu keluar paviliun. Berpapasan dengan Olivia di tengah perjalanan yang mengatakan mamanya menyuruh Leo mengantar ke rumah sakit untuk memeriksakan kandungan. Lita tak mengatakan apa pun meski lidanya gatal untuk mengatakan bahwa wanita itu tak perlu meminta ijin padanya dan mengatakan langsung pada Leo. “Pergilah sendiri,” jawab Leo dingin tanpa menghentikan langkahnya. Membuat Olivia yang mengekor di belakangnya sedikit kewalahan menyamai langkah pria itu. Lita sama sekali tak menoleh ke belakang, hanya menghela napas pendek dan menggeleng pelan. “Ini anakmu. Tidak bisakah kau sedikit merasa bertanggung jawab untuk memperhatikan kebutuhannya.” “Aku sibuk.” “Kau bisa menunda pekerjaanmu.” “Kau juga bisa menunda pergi ke rumah sakit. Lagipula, bukankah kau baru saja memeriksakan kandunganmu beberapa hari yang lalu? Jangan membuang waktuku, Olivia.” “Aku merasa sedikit tidak enak badan. Kau selalu membuat pikiranku tertekan dan itu berpengaruh pada kesehatan janin dalam kandunganku.”  “Begitu? Akhirnya kau memikirkan hal ini.” Leo berhenti. Dengan seringai di bibir ia menatap Olivia. “Kau bisa angkat kaki dari rumah ini sekarang juga, sehingga kita tidak perlu terus bertengkar dan membuat hati dan pikiranmu yang rapuh itu tertekan juga stres. Demi keselamatan anakmu. Juga demi kebaikan kita berdua. Masalah selesai.” Bibir Olivia menipis marah. “Kau benar-benar keterlaluan, Leo!” makinya ke arah punggung Leo yang berjalan pergi.   ***   Kata-kata Lita cukup mengena di hati Leo, dan memang seharusnya seperti itu jika sedikit saja pria itu memiliki otak. Juga naluri sebagai seorang anak. Sepanjang perjalanan menuju kantor, di dalam mobil keduanya tak mengucapkan sepatah kata pun. Dan sungguh sial, Lita terjebak di mobil Leo karena perbuatan Riana. Yang lagi-lagi mengatasnamakan tak baik sepasang suami istri pergi ke kantor secara terpisah. Memangnya pandangan siapa yang perlu mereka pedulikan? “Apa kau lihat apa yang dilakukan wanita itu di kamarmu?” serbu Riana begitu Lita muncul di ruangannya mengantarkan dokumen. “Aku sudah memperingatkanmu sebelumnya, dia tipe orang yang tak tahu terima kasih dan tidak tidak tahu malu. Bahkan ia meminta Mama untuk mengganti cat kamarmu.” Lita duduk di kursi, tak sungguh-sungguh mendengarkan. Ia sendiri tak tahu bagaimana harus menghadapi sikap Olivia. Yang ia khawatirkan hanya mamanya. “Tapi beruntung Papa bersikap tegas dan mengingatkan wanita itu bahwa dia hanyalah tamu sampai Leo membuktikan bahwa anak di perutnya benar-benar anak Leo. Wajahnya menjadi sepucat mayat menahan malu,” lanjur Riana penuh keriangan. “Sepetinya kau memang harus segera hamil. Agar wanita itu tidak merasa di atas awan. Berlagak menjadi Nyonya Sinaga, padahal dia hanya mantan istri yang tak diakui Leo.” Lita tersentak pelan. “Kau harus menjalani program kehamilan dengan Leo.” Lita membeku. Sejak Leo mengatakan menginginkan anak darinya semalam, dan ditambah Riana sekarang. Kenangan kata-kata mama Samuel bergema di telinganya. ‘Sudah setahun kalian menikah dan tidak ada tanda-tanda kau hamil. Sepertinya ada yang salah dengan tubuhmu. Minta Samuel membawamu ke rumah sakit dan memeriksakan diri.’ ‘Apa hubungan ranjang kalian baik-baik saja?’ Lita merasakan sesuatu mengaduk perutnya. Membuatnya bergerak tak nyaman di atas kursi. “Kenapa?” tanya Riana yang menyadari kepucatan terpias di wajah Lita.  Lita berdiri seraya menggelengkan kepala. “Aku ingin ke toilet dulu.” 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD