Bab 33

1804 Words
Zeline tidak pernah menyangka jika berjualan pakaian akan membuatnya sangat lelah. Bahkan kakinya sedikit nyeri jika digunakan untuk berjalan. Sepanjang hari, Zeline mendapatkan lebih dari 15 pelanggan hanya dalam waktu tiga jam. Hampir setiap Zeline memiliki waktu untuk beristirahat, ada seorang pembeli yang datang untuk menanyakan pakaian koleksi tokonya. Sepertinya promosi yang Zeline terapkan langsung berhasil mempengaruhi minat para pembeli. Menurut cerita ibunya Kinara, mereka biasanya hanya mendapatkan satu atau dua orang pembeli dalam satu hari. Bahkan sering kali mereka tidak mendapatkan satupun pembeli selama berhari-hari. Sekalipun ibunya Kinara tampak kebingungan ketika mendengarkan pertanyaan dari Zeline, ia tetap menjawab dengan sabar. Sebenarnya Zeline memahami mengapa wanita itu merasa bingung. Pada kenyataannya, Kinara adalah orang yang paling memahami keadaan toko. Lalu sekarang ia sedang menanyakan keadaan toko dengan tatapan antusias dan penuh tanda tanya. Wajar jika ibunya Kinara merasa sedikit kebingungan. Masalahnya, Kinara bukanlah Kinara, melainkan Zeline. Selama ini Zeline tidak mengenal kehidupan Kinara, jadi dia juga tidak terlalu memahami bagaimana keadaan toko dan usaha keluarga Kinara. “Bagaimana bisa tokomu dikunjungi oleh banyak orang?” Rera datang mendekati Zeline yang sedang duduk di hadapan kipas angin. Satu-satunya masalah besar yang tidak bisa Zeline hadapi adalah udara panas yang seakan berusaha membakar tubuhnya. Tidak ada pendingin ruangan di dalam toko ini sehingga Zeline hanya bisa mengandalkan angin dari kipas kecil yang diletakkan di sudut meja. Sejak pertama kali datang, Zeline sudah mandi keringat karena merasa kepanasan. Ia tidak tahu seburuk apa penampilannya saat ini karena terus berkeringat tanpa henti. “Kamu memasang pesugihan?” Tanya Rera. Zeline tertawa pelan. “Tentu saja tidak! Seharusnya kakak melihat usahaku untuk menata ulang toko ini. Aku sampai mandi keringat!” Kata Zeline sambil menunjukkan wajahnya yang tampak sangat berantakan. Sekarang Zeline baru menyadari jika bekerja keras di pemotretan terasa jauh lebih baik dari pada harus menjual pakaian di dalam toko. Zeline tidak pernah membayangkan jika Kinara harus bekerja keras sepanjang hari untuk mendapatkan pembeli. Namun jujur saja Zeline merasa sangat puas dengan usahanya. “Bagaimana mungkin pembeli merasa tertarik dengan caramu menata pakaian? Aku merasa pusing ketika melihat warna-warna di tokomu.” Rera menyentuh beberapa pakaian yang sengaja Zeline pasang di bagian toko. “Memang seperti inilah cara untuk menarik perhatian pelanggan..” Zeline tersenyum sambil menghitung hasil pemasukan tokonya selama tiga jam terakhir. Untuk sesaat Zeline merasa tercekat dengan hasilnya. Setelah menjual lebih dari 15 pasang pakaian, uang yang Zeline dapatkan kurang dari dua juta rupiah. Astaga, apakah Zeline salah menghitung? Tapi semua pakaian di sini sudah diberi label harga oleh ibunya Kinara. Zeline tidak mungkin salah menghitung karena kebanyakan dari pembeli memberikan uang pas sehingga Zeline tidak perlu memberikan kembalian. Tapi.. bagaimana bisa dia hanya mendapatkan uang kurang dari dua juta rupiah? “Kinara? Ibu dengar tokomu mendapatkan banyak pembeli hari ini.” Tiba-tiba saja ibunya Kinara datang. Zeline langsung menutup laci tempatnya menyimpan uang. Zeline merasa sangat panik, ia takut ibunya Kinara marah karena kesalahan Zeline dalam menghitung uang. “Tokonya sangat ramai hari ini. Bibi harus segera menghitung pendapatan sebelum Kinara mencurinya!” Rera mengejek Zeline lalu berjalan kembali ke arah tokonya. “Em.. tidak, aku tidak mencurinya, ibu!” Zeline memberikan tatapan ketakutan. Ibunya Kinara mengernyitkan dahinya. “Ada apa?” Tanyanya sambil mendekati Zeline. Zeline memundurkan langkahnya. Benar-benar merasa panik karena ia sangat ketakutan. Saat dia bertukar posisi dengan Kinara, Zeline sama sekali tidak membawa uang. Tidak ada uang, ponsel, ataupun kartu kredit yang bisa ia gunakan untuk mengganti uang tersebut. Masalahnya… bagaimana jika ibunya Kinara harus menanggung kerugian akibat kesalahan Zeline? “Kamu mendapatkan banyak uang?” Ibunya Kinara menatap dengan pandangan tidak percaya. Zeline menggigit bibir bawahnya. Merasa gugup untuk yang kesekian kalinya. “Berapa jumlahnya, Kinara?” Ibunya Kinara mendekati laci dan segera menghitung jumlah pemasukan mereka. “Bu..” Zeline menyentuh tangan ibunya Kinara dengan sedikit takut. “Satu juga delapan ratus ribu? Sungguh?” Wanita itu mengabaikan Zeline dan kembali fokus menghitung uang yang ada di tangannya untuk yang kedua kalinya. “Kamu sungguh menjual semua baju ini?” Kali ini ibunya Kinara menatap Zeline dengan pandangan tidak percaya. “Sepertinya aku melakukan kesalahan dalam menghitung. Jumlahnya sangat sedikit..” Air mata Zeline hampir saja mengalir ketika ia membuat pengakuan tersebut. “Sedikit? Sejak kapan uang satu juta delapan ratus rupiah berjumlah sedikit, Kinara?” Zeline mengerjapkan matanya. Apakah Zeline melakukan kesalahan? Ibunya Kinara tertawa lalu memeluk Zeline dengan wajah bahagia. Wanita itu mengecup pipi Zeline sebanyak dua kali lalu kembali memeluknya dengan erat. Tubuh Zeline melemas.. merasa sangat terkejut dengan respon yang diberikan oleh ibunya Kinara. Jadi, ia tidak salah menghitung? *** Hari pertama berjalan dengan baik. Zeline sempat mendapatkan kendala ketika berusaha menyesuaikan diri dengan kehidupan Kinara. Ada banyak sekali hal yang berbeda yang sebelumnya tidak pernah Zeline alami. Salah satu contohnya adalah proses tawar menawar yang dilakukan oleh para pembeli ketika mereka ingin membeli sebuah baju. Zeline tidak tahu apa yang harus ia lakukan ketika mereka mulai menawar kurang dari setengah harga baju tersebut. Untunglah Zeline segera berusaha untuk menguasai keadaan. Zeline mengatakan jika tokonya tidak melayani tawar menawar untuk menghindari penurunan kualitas. Zeline sadar jika ucapannya terdengar seperti bualan yang sengaja ia ucapkan untuk menarik perhatian pembeli, tapi pada kanyataannya semua orang memang harus membuat alasan untuk menjual dagangan mereka. “Hari ini Kinara mendapatkan hadiah karena berhasil menjual lebih dari 15 pakaian!” Zeline menolehkan kepalanya ketika mendengar suara ibunya Kinara. Wanita itu berjalan dari dapur sambil membawa sepiring makanan dengan aroma harum yang langsung membuat perutnya bergejolak. “Wow, kamu memasak daging?” Ayahnya Kinara berbinar ketika melihat hasil masakan istrinya. Zeline tersenyum, ikut terbawa oleh suasana antusias. Baru kali ini Zeline merasa antusias ketika melihat makanan. Biasanya Zeline sering merasa mual jika harus berhadapan dengan makanan di luar jadwal makannya. “Ini daging untuk Kinara!” Ibunya Kinara langsung menyingkirkan tangan suaminya yang mencomot hasil masakannya. Zeline tertawa pelan. Sekalipun ia bukan Kinara yang sebenarnya, tapi tetap saja Zeline merasa mendapatkan apresiasi atas kerja kerasnya sepanjang hari ini.   “Kinara, ayo cepat makan. Apa yang kamu tunggu? Kamu tidak suka masalah ibu?” “Tidak, tentu saja aku suka! Ngomong-ngomong, masakan apa itu?” Tanpa sadar Zeline mengucapkan pertanyaan yang sejak tadi berputar di kepalanya. Zeline mengerjapkan matanya. Seharusnya ia tidak menyebutkan pertanyaan aneh semacam itu. “Maksudku.. maksudku ini adalah masakan yang sangat enak!” Zeline segera meralat kalimatnya. “Ini adalah rendang, masakan kesukaanmu..” Ibunya Kinara menjawab dengan tatapan kebingungan. Zeline kembali menganggukkan kepalanya. Jadi Kinara menyukai rendang? Kira-kira seperti apa rasanya? Zeline merasa familiar dengan nama makanan tersebut, tapi ia tidak bisa mengingat apa dan kapan tepatnya ia pernah mencicipi makanan bernama rendang. “Benar! Aku memang sangat menyukai rendang!” Zeline tertawa pelan. Kedua orang tua Kinara menatapnya dengan kikuk. Tampak merasa kebingungan dengan sikap Zeline yang aneh. Astaga, biasanya bagaimana respon Kinara ketika ibunya sedang memasak makan kesukaannya? “Kinara? Apakah kamu tersinggung jika ibu bertanya sesuatu kepadamu?” Zeline menaikkan sebelah alisnya lalu ia mengelengkan kepalanya. “Tentu saja tidak. Ada apa, bu?” Tanya Zeline dengan suara yang ia buat setenang mungkin. “Apakah terjadi sesuatu denganmu? Kamu tampak sangat berbeda hari ini.” Zeline menatap ayah dan ibu Kinara secara bergantian. Lalu ia berdeham pelan sebelum memberikan jawaban. “Sebenarnya— Bu, bukankah aku sudah mengatakan kepada ibu jika aku sedang berusaha mengubah sifatku?” Zeline mengingat percakapannya dengan ibunya Kinara saat mereka sedang ada di pasar. “Ya, tapi ibu merasa kamu sangat berbeda. Tidak seperti biasanya..” Zeline menundukkan kepalanya. Apa yang harus ia katakan? Zeline belum memikirkan alasan masuk akal di balik perubahan sifat Kinara. Sebagai seorang ibu, Mutiara pasti sangat mengenal sifat putrinya. “Jangan menanyakan hal yang tidak masuk akal, Mutiara. Hari ini Kinara menjual banyak pakaian, mungkin ini adalah berkat dari Tuhan karena Kinara berubah menjadi lebih baik.” Ayahnya Kinara tersenyum lalu mengambil centong nasi dan mengisi piring Zeline dengan nasi dan lauk. “Makanlah, Kinara. Kamu sangat suka daging, bukan?” Katanya sambil tersenyum. Zeline terpaku sesaat. Seumur hidupnya, Zeline tidak pernah mendapatkan perlakuan seperti ini dari kedua orang tuanya. Jika bisa, ibunya akan selalu mengurangi porsi makan Zeline, bukannya mengisi piring Zeline dengan makanan yang ia sukai. “Ah, ya. Makanlah, Kinara. Kamu pasti sangat lapar karena bekerja sepanjang hari.” Ibunya Kinara turut tersenyum. Zeline menganggukkan kepalanya lalu mulai memotong daging yang ada di piringnya. Zeline sedikit kesulitan karena keluarga Kinara tidak terbiasa menggunakan pisau saat memakan daging. Berulang kali potongan Zeline meleset sehingga menimbulkan suara dentingan yang berasal dari sendok dan piringnya, “Maaf, itu daging yang sulit dipotong. Coba ambil yang ini..” Ibunya Kinara mengambil daging yang ada di piring Zeline dan menukarnya dengan daging yang lain. Bukan hanya itu saja, wanita itu juga memotong daging Zeline menggunakan tangan agar Zeline lebih mudah untuk memakannya. Untuk sesaat Zeline merasa tercengang. Apakah bisa memotong daging menggunakan tangan? Tapi akhirnya Zeline memutuskan untuk mengabaikan pikirannya. Sepertinya dia juga harus terbiasa dengan gaya makan keluarga Kinara. Tanpa pisau dan sesekali bisa menggunakan tangan. “Terima kasih.” Zeline tersenyum sebelum menyendokkan daging tersebut untuk masuk ke dalam mulutnya. Awalnya Zeline pikir ia harus menguyah daging yang keras karena tadi ia sempat mendapatkan potongan daging yang sulit untuk dipotong, tapi ternyata daging itu sangat lembut. Perpaduan rasa rempah-rempah langsung mamnjakan lidah Zeline, ditambah lagi dengan serat daging yang terasa langsung hancur saat ia mulai mengunyah benar-benar membuat Zeline merasa terkejut saat ia mencicipi suapan pertamanya. “Ini sangat enak!” Tanpa sadar Zeline memekik pelan. “Benarkah? Kamu menyukainya?” Zeline membuka matanya lalu ia menganggukkan kepalanya dengan cepat. Setelah mencoba potongan kedua, Zeline baru mengingat jika ia pernah mencicipi masakan ini saat sedang mengunjungi restoran nusantara bersama dengan Dareen. Ya, daging rendang adalah masakan khas dari restoran tersebut. Zeline tidak terlalu ingat dengan rasanya karena ia hanya mencicipi makanan tersebut sebanyak dua suapan. Dareen memaksanya untuk menambah suapan ketiga, tapi Zeline menolak karena ia melihat terlalu banyak minyak di piringnya. “Bu, bisakah kita makan rendang setiap hari?” Tanya Zeline. Orang tua Kinara saling berpandangan sejenak. “Kita sudah pernah membicarakan ini sebelumnya.. Jadi kali ini ayah berharap kamu akan mengerti..” Zeline menunggu kelanjutan kalimat tersebut. “Maafkan kami karena hanya bisa memasak rendang di hari ulang tahunmu. Harga daging semakin naik sehingga kami tidak bisa selalu memasak makanan kesukaanmu.” Zeline membelakkan matanya. Apakah hari ini Kinara berulang tahun? “Tapi hari ini adalah pengecualian karena kita mendapatkan banyak keuntungan dari hasil jualan di pasar. Kamu melakukan perubahan pada toko itu dan secara tiba-tiba kita mendapatkan banyak pembeli.” Ibunya Kinara berbicara sambil tersenyum. Tangan kanan wanita itu kembali mengisi piring Zeline dengan potongan daging rendang. “Tapi mungkin kita masih bisa memasak rendang untuk satu pekan ke depan karena hari ini kita mendapatkan keuntungan yang besar. Tapi setelah itu, ibu berharap kamu kembali memahami keadaan kami.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD