Bab 32

2211 Words
Ketika matanya terbuka, hal pertama yang Kinara lihat adalah Dareen dan Alina. Mereka tampak duduk di sisi kanan dan kiri Kinara. “Hei, bagaimana perasaanmu?” Dareen membantu Kinara untuk bangkit dari posisinya. Kinara memegang kepalanya, menahan rasa nyeri yang masih menyiksa setiap kali kepalanya bergerak. Dareen.. Pria itu jelas ada di sampingnya ketika ia membuka mata. Bukan, bukan di samping Kinara, tapi di samping Zeline. Rasanya sedikit menyebalkan ketika mengetahui jika Dareen datang karena Zeline pingsan di lokasi pemotretan. Dia tampak khawatir karena mengira jika gadis yang sedang duduk di hadapannya adalah Zeline, kekasihnya yang sangat ia cintai. “Kepalaku pusing..” Kata Kinara dengan suara pelan. “Haruskah aku memanggil dokter?” “Sepertinya kita harus memanggil dokter, Alina.” Kinara merasakan tangan Dareen yang mengusap kepalanya dengan lembut. Beberapa kali pria itu membisikkan kata-kata menenangkan yang membuat Kinara berhenti merasa panik. Setiap sentuhan dan setiap kata yang diucapkan oleh Dareen berpengaruh pada tubuh Kinara. “Biarkan kami melakukan pemeriksaan.” Terdengar suara dokter yang datang bersama dengan beberapa orang perawat. Kinara kembali dibaringkan di atas ranjang, dokter tersebut melakukan berbagai pemeriksaan di beberapa bagian tubuhnya untuk bisa mengetahui bagaimana keadaannya saat ini. “Kepalamu masih terasa pusing?” Tanyanya. “Sedikit..” Kinara memang sudah merasa jauh lebih baik jika dibandingkan saat sedang berada di bukit. Setidaknya sekarang napasnya sudah tidak terlalu terasa sesak. Tubuhnya juga tidak lemas seperti tadi. “Kamu membutuhkan istirahat yang cukup. Tubuhmu kelelahan dan mengalami kedinginan. Apakah pagi ini kamu sarapan dengan cukup?” Kinara masih ingat dengan jelas jika ia tidak sempat sarapan. Alina menghubunginya dan membentaknya karena menganggap Kinara sengaja datang terlambat. Saat sedang melakukan pemotretan, Alina juga menolak memberikan makanan kepada Kinara. Perempuan itu bersikap sangat kejam sehingga membuat Kinara jatuh pingsan. “Alina melarangku sarapan.” Jawab Kinara dengan singkat. “Apa? Bagaimana mungkin aku melarangmu sarapan?” Alina langsung menunjukkan protes. Kinara kembali memejamkan matanya. Mendengar suara Alina membuat kepalanya kembali terasa nyeri. “Jangan membentakknya, Alina.” Dareen berusaha menjauhkan Alina dari Kinara yang sedang meringkuk di atas ranjang. “Sepertinya malam ini kamu harus menginap di rumah sakit. Hanya perlu vitamin dan istirahat yang cukup. Setelah itu kamu bisa kembali beraktivitas dengan normal seperti biasanya.” Kinara menganggukkan kepalanya dengan pelan. Jika aktivitas normal yang dimaksud oleh dokter tersebut adalah menjalani hari yang berat di lokasi pemotretan, maka Kinara akan memilih untuk tinggal di rumah sakit selama satu bulan. Baru hari pertama menjalani pemotretan, Kinara sudah jatuh sakit. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana kelanjutan hidupnya jika harus bekerja dengan perempuan kejam bernama Alina. Dia membuat Kinara jatuh pingsan karena tidak mengizinkannya sarapan ataupun meminum air. *** Waktu berjalan dengan cepat karena dokter menyuntikkan obat tidur yang membuat Kinara tertidur sepanjang hari. Kinara baru bangun pada pukul 8 malam karena ia mendengar suara benda yang terjatuh. Setelah membuka matanya, Kinara baru tahu jika suara tersebut berasal dari ponsel Dareen terjatuh dari atas meja. “Apakah aku menganggu tidurmu?” Dareen berjalan mendekati Kinara dan mengusap wajahnya dengan lembut. Kinara merasa jika jantungnya berdetak sangat kencang ketika melihat wajah Dareen yang sangat dekat dengan wajahnya. Pria itu tampak sangat manis ketika sedang menggenakan pakaian santai. Benar-benar berbeda dengan penampilan Dareen yang selama ini Kinara lihat. Jadi begini rasanya menjadi Zeline? Perempuan itu sangat beruntung karena bisa melihat Dareen setiap hari. “Maafkan aku, Zeline.” Dareen mengcup puncak kepala Kinara dengan lembut. Kinara memejamkan matanya tanpa sadar. Hatinya berbunga-bunga setiap kali merasakan sentuhan Dareen di tubuhnya. Pria itu sangat menakjubkan, Kinara tidak pernah mengira jika ia mendapatkan kesempatan untuk bisa berada sangat dekat dengan Dareen. Seumur hidupnya, baru kali ini harapannya tercapai. “Bagaimana perasaanmu? Apakah sudah lebih baik? Atau kamu masih merasa pusing?” Dareen menarik kursi untuk bisa duduk di samping Kinara. Sejak pertama kali membuka matanya setelah tertidur dalam waktu yang sangat lama, Kinara masih belum bisa mengucapkan satu patah katapun. Jantungnya berdetak dengan sangat cepat karena ia berhadapan langsung dengan Dareen. Kinara takut mengucapkan kata yang salah karena saat ini dia sedang sangat gugup. “Aku… aku sudah baik-baik saja.” Bahkan Kinara terbata-bata hanya karena mengatakan satu kalimat pendek. Entah bagaimana cara Kinara menghadapi Dareen. Pria itu terlalu mempesona sehingga membuat Kinara gugup setengah mati. Dari semua hal yang Zeline miliki, Kinara paling iri dengan hubungan asmaranya. Dareen sangat sempurna, pria itu tampan dan kaya raya, dia juga sangat perhatian. Bagaimana mungkin Zeline bisa sangat beruntung karena berhasil memiliki Dareen? Setelah mendapatkan keluarga yang sempurna, karir yang bersinar, Zeline juga memiliki Dareen? Rasanya sangat tidak adil jika kehidupan Zeline dipenuhi dengan hal-hal indah sementara kehidupan Kinara hanya berisi dengan penderitaan karena masalah ekonomi. “Jika kamu merasa tidak sehat, seharusnya kamu menghentikan pemotretan. Kudengar hari ini kamu melakukan pemotretan di bukit yang cukup curam. Sudah berulang kali aku mengatakan kepadamu untuk meninjau ulang setiap lokasi pemotretan sebelum menerimanya.. kenapa kamu sangat sulit untuk diatur, Zeline?” Dareen terlihat marah, namun tatapan pria itu masih tetap lembut. Seakan ia tidak tega jika harus memarahi Zeline yang sedang terbaring lemah dengan jarum infus di tangan kanannya. Zeline.. ya, pria itu bersikap manis karena sedang berhadapan dengan Zeline. Seandainya saja Dareen tahu jika Zeline yang ada di hadapannya bukanlah Zeline yang sebenarnya. “Alina yang mengatur semuanya..” Jawab Kinara. Sebenarnya Kinara juga tidak yakin siapa yang mengatur kontrak pemotretan Zeline, tapi jika dilihat dari cara Alina memperlakukan Zeline, sepertinya wanita itu adalah manager yang mengurus segara jadwal dan kontrak Zeline. “Kamu berhak untuk menolak kontrak tersebut jika kamu merasa tidak mampu menanganinya. Jangan terlalu khawatir dengan Alina, dia pasti akan mendengarkanmu jika kamu benar-benar menolaknya.” Dareen mengusapkan jemarinya yang halus ke arah wajah Kinara. Ya, mungkin bisa disebut ke arah wajah Zeline yang sangat cantik dan bersinar sekalipun ia sedang sakit. Zeline memang dianugrahi wajah yang terlampau sempurna sehingga ia tidak perlu menggunakan riasan yang terlalu tebal untuk mempercantik dirinya sendiri. Zeline tetap cantik tanpa menggunakan riasan apapun. “Lain kali aku akan menolaknya.” Jawab Kinara dengan suara pelan. “Bagus. Hal seperti ini tidak boleh terulang lagi.” Dareen tersenyum. Kinara mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan perawatan yang sangat mewah. Ada ruang tamu yang terletak di bagian kini. Ruangan tersebut dilengkap dengan sofa dan lemari es, juga televisi dengan ukuran besar. Sepertinya ruang perawatan ini adalah salah satu ruangan ekslusive yang dimiliki oleh rumah sakit. Keluarga Zeline pasti memilih ruangan terbaik dan termahal di rumah sakit besar yang sangat terkenal. Wajar jika ruangan ini dilengkapi oleh fasilitas yang menakjubkan. Berbicara tentang keluarga, kira-kira dimana orang tua Zeline? Sejak tadi Kinara hanya melihat Dareen dan Alina saja. Saat di rumah, Kinara juga tidak bertemu dengan orang tua Zeline. Mengingat betapa panik orang tuanya saat mengetahui kakinya terluka membuat Kinara merasa penasaran dengan orang tua Zeline. Apakah mereka akan heboh seperti respon orang tua Kinara? Atau mereka akan langsung menuntut Alina karena membuat putri tunggal mereka jatuh sakit? “Dimana orangtuaku?” Tanya Kinara. Dareen mengernyitkan dahinya. “Kamu ingin berbicara dengan mereka?” Tanya Dareen. Kini ganti Kinara yang mengernyitkan dahinya. Bukankah saat ini tubuh Zeline sedang sakit, seharusnya wajar bukan jika Zeline menanyakan orang tuanya? Atau jangan-jangan Zeline tidak pernah menanyakan tentang orang tuanya ketika ia sedang sakit. Ah, sepertinya Kinara salah bicara. “Mereka ada di sini?” Tanya Kinara. “Tentu saja tidak. Bukankah mereka sudah kembali ke luar negeri?” Kinara menatap Dareen dengan kebingungan. Oh, jadi orang tua Zeline bekerja di luar negeri? Tapi.. benarkah mereka tidak ingin pulang ke Indonesia ketika mendengar kabar jika putrinya sakit? Untuk sesaat Kinara merasa kebingungan. Respon orang tua Zeline sangat berbeda dengan respon orang tua Kinara saat mereka mendengar Kinara sedang sakit. “Apakah aku harus menghubungi mereka?” Tanya Dareen. Sekarang rasa bingung Kinara semakin bertambah. Jadi sejak tadi Dareen masih belum menghubungi orang tua Zeline? “Aku tidak berani menghubungi mereka tanpa persetujuanmu. Seperti biasanya, kamu lebih suka merahasiakan kehidupanmu dari orangtuamu.” Kinara mengerjapkan matanya. Kehidupan macam apa yang Zeline jalani? “Ya, kamu tidak perlu memberi tahu mereka.” Jawab Kinara. “Tapi sebaiknya kamu menghubungi orang tuamu setelah pulang dari rumah sakit. Mereka berhak tahu bagaimana keadaanmu..” Dareen kembali tersenyum dan mengusap kepala Kinara. Sepertinya Kinara mulai memahami love langage Dareen. Pria itu sangat suka menyentuh tubuh Zeline, mulai dari menggenggam tangannya, mengusap kepalanya, dan mengecup keningnya. Dareen lebih suka menunjukkan perhatiannya melalui sentuhan fisik. Apakah Zeline juga selalu membalas sentuhan fisik Dareen? Jujur saja Kinara sangat payah dalam hubungan asmara. Selama ini ia terlalu sibuk dengan urusan toko dan pasar sehingga tidak pernah memiliki waktu untuk menjalin hubungan dengan lawan jenis. Saat ini Kinara sedang menjadi Zeline, ia harus melakukan hal-hal yang biasa Zeline lakukan. Kinara tidak ingin terlihat aneh, tapi ia juga tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Bagaimana kepribadian Zeline selama ini? Apakah dia tipe perempuan yang aktif membalas sentuhan pasangan atau dia justru bersifat pasif? Astaga, Kinara merasa frustasi ketika memikirkannya. Ia benar-benar tidak tahu bagaimana gaya hubungan Dareen dan Zeline. Tapi jika mengingat bahwa Zeline tinggal bersama dengan Dareen, sepertinya hubungan mereka bersifat seperti hubungan dewasa. “Zeline?” Dareen menggerakkan tangannya di depan mata Kinara. “Ya?” “Ada apa? Kamu tampak sangat berbeda. Apakah ada sesuatu yang kamu sembunyikan?” Kinara merasa panik ketika mendengar tebakan Dareen. Apakah sikapnya terlihat aneh? Astaga, bagaimana mungkin Dareen bisa mengetahui perubahan sikap Zeline secepat ini? Zeline dan Kinara memang dua orang yang berbeda, tapi Kinara tidak mengira jika Dareen sangat teliti saat memahami perbedaan mereka. Biasanya Zeline melakukan apa saat sedang bersama dengan Dareen? Kinara sama sekali tidak tahu. Mereka baru saling mengenal selama beberapa hari, Kinara jelas belum megetahui bagaimana sifat Zeline yang sebenarnya. “Aku.. hanya sedikit merasa pusing.” Kinara menjawab dengan gugup. “Apakah kamu ingin aku memanggilkan dokter?” “Tidak, tidak perlu. Kurasa aku hanya butuh istirahat. Besok pagi kepalaku akan membaik.” Kinara mencoba tersenyum sekalipun ia sadar jika senyumannya akan terlihat aneh. “Baiklah jika kamu memang membutuhkan istirahat. Apakah tidak masalah jika aku tidur bersamamu malam ini?” Tanya Dareen. Jantung Kinara kembali berdetak dengan kencang. Mungkin besok pagi sakit kepalanya akan membaik, tapi ia akan terserang penyakit jantung. Dareen terlalu manis.. Kinara tidak bisa lagi menahan dirinya. “Tentu.” “Baiklah, kamu bisa tidur sekarang. Aku akan menunggumu di sini sampai kamu tertidur.” Dareen tersenyum dan kembali mengusap kepala Kinara. Bagaimana mana mungkin Kinara bisa memejamkan matanya ketika sedang berdapan dengan seorang paeran tampan? Tidak, Kinara tidak mungkin bisa tidur jika Dareen menatapnya seperi ini! Kinara takut membuat suara-suara aneh saat ia tertidur, Kinara juga takut ekspresi wajahnya akan membuat Dareen merasa ilfil. Astaga.. bagaimana ini? Mana mungkin Kinara bisa memejamkan matanya? “Dimana kamu akan tidur?” Tanya Kinara. “Di sofa.” Jawab Dareen sambil menatap sofa yang ada di ujung ruangan. “Sudahlah, jangan mengkhawatirkan aku. Sebaiknya kamu segera tidur agar keadaanmu segera membaik.” “Dareen.. sebaiknya kamu tidak perlu menungguku di sini. Kamu bisa segera tidur.. ak—aku masih belum terlalu mengantuk.” “Kamu masih belum mengantuk? Baiklah, bagaimana jika aku menemanimu hingga kamu mengantuk?” Kinara ingin berteriak keras karena merasa frustasi. Ketika melihat Dareen mencurahkan seluruh perhatiannya kepada Zeline, Kinara selalu merasa iri. Tapi ketika ia merasakan sendiri bagaimana cara Dareen memberikan perhatian, entah kenapa Kinara merasa sangat frustasi. Ada perasaan bahagia, tapi juga ada rasa tidak nyaman yang mengganggu pikirannya. Entah kenapa Kinara merasa bersalah ketika ia menatap mata Dareen yang terlihat begitu tulus. Mata Kinara terpejam untuk sesaat. Ia berusaha menenangkan pikirannya sendiri.   Tidak ada yang salah dengan apa yang ia lakukan. Mereka memang bertukar tubuh, dan kedekatan Kinara dengan Dareen adalah hal yang wajar. Saat ini Kinara sedang menjadi Zeline, yang artinya dia adalah kekasih Dareen. Jadi apa yang salah? Apa yang harus ia khawatirkan? “Ada apa Zeline?” Tanya Dareen. Kinara menggelengkan kepalanya dengan pelan. “Tidak.. Ak—aku ingin sendirian saat ini. Bisakah kamu meninggalkan aku?” Dareen mengernyitkan dahinya. “Jangan gugup seperti itu. Kalau kamu membutuhkan waktu untuk sendirian, aku akan keluar sebentar untuk membeli makanan. Kamu tidak keberatan jika aku meninggalkanmu?” Tanya Dareen sambil tersenyum manis. Setelah Dareen keluar dari kamarnya, tangisan Kinara mulai meluruh. Ia tidak sanggup menahan rasa sesak di dadanya ketika menyadari jika perhatian dan sentuhan yang Dareen berikan terasa sangat salah. Kinara memang menyukai Dareen, mungkin belum dalam taraf yang terlalu parah seperti mencintai atau semacamnya, tapi Kinara yakin jika ia tertarik dengan Dareen. Namun, mengapa Kinara merasa bersalah ketika berada di dekat pria itu? Kinara tidak sedang menghianati siapapun. Zeline sedang berada di posisinya dan dia sedang berada di posisi Zeline. Tidak ada yang bisa disalahkan atas keadaan tersebut. Ini adalah konsekuensi atas sebuah perjanjian yang ia buat dengan wanita asing bernama Argiolera. Wanita itu mengatakan jika kesepakatan mereka baru bisa dilakukan jika kedua belah pihak menginginkan hal yang sama. Jika Zeline tidak menyetujui kesepakatan tersebut, maka Kinara tidak mungkin berada di dalam tubuhnya. Itu artinya Zeline juga ingin menukar hidupnya dengan Kinara, sama seperti yang Kinara rasakan. Jadi, seharusnya Kinara tidak perlu merasa tidak nyaman ataupun merasa bersalah bukan? Dareen dan semua hal yang dimiliki oleh Zeline turut menjadi bagian dari kesepakatan tersebut. Jika Zeline memutuskan menukar hidupnya, maka perempuan itu harus siap kehilangan hal-hal yang selama ini ia miliki. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD