Bab 31

2201 Words
Zeline menatap kerumuman orang yang ada di depannya dengan pandangan kebingungan. Jadi.. Kinara benar-benar bekerja di pasar? “Kinara, kamu sungguh bisa melakukan semuanya sendiri?” Tanya ibunya. Zeline berdalih mengatakan jika ia ingin datang ke pasar bersama dengan ibunya Kinara hanya untuk mengetahui apa yang akan dia lakukan selama berada di pasar. Jujur saja Zeline sama sekali tidak tahu apa pekerjaan Kinara. “Bu, bisakah ibu membantuku? Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan.” Zeline menggenggam tangan ibunya Kinara dengan erat. Ia juga menatap wanita itu dengan pandangan memohon. Zeline tidak ingin melakukan kesalahan, tapi ia juga tidak ingin terlihat aneh karena tiba-tiba tidak mau bekerja. Bagaimanapun juga, Zeline sedang berada di tubuh Kinara. Dia akan melakukan hal-hal yang biasa dilakukan oleh Kinara. “Ada apa denganmu? Tentu saja ibu mau membantumu. Apa yang tidak ibu lakukan untukmu, Kinara?” Ibunya tersenyum dan mengusap kepala Zeline dengan lembut. “Apalagi sejak pagi kamu bersikap sangat manis.” Zeline menundukkan kepalanya, merasa sangat senang karena mendapatkan pujian untuk hal sepele. Hanya karena bersikap manis Zeline diberikan apresiasi dan kepalanya diusap dengan lembut? “Kinara? Kamu sudah kembali berjualan?” Seorang perempuan datang mendekati Kinara sambil menatapnya dengan terkejut. “Dia memaksa untuk datang ke toko. Sepertinya dia sudah rindu dengan suasana pasar. Sejak malam Kinara memaksakan diri untuk datang ke sini..” Ibunya Kinara menjawab sambil membuka pintu toko yang berada tepat di hadapan toko seorang perempuan yang baru saja menyapanya. “Tumben sekali dia semangat berjualan? Biasanya dia selalu mengomel setiap kali datang ke toko.” Kata perempuan itu sambil menepuk bahu Zeline. Zeline tertawa kikuk. Dia sama sekali tidak mengerti apa yang sedang dibicarakan oleh perempuan tersebut. “Kinara? Kenapa kamu diam saja? Masih marah kepadaku?” Tanya perempuan itu sambil menatap Zeline. “Tid—tidak! Aku sama sekali tidak marah.” Zeline segera memberikan jawaban agar tidak terjadi kesalahpahaman. Perempuan itu tampak mengernyitkan dahinya karena mendengar suara Zeline yang terlihat sangat panik. “Ada apa denganmu?” Zeline menghembuskan napasnya dengan pelan. Ternyata menjadi Kinara tidak semudah yang ia bayangkan. Mungkin akan lebih mudah jika Zeline sudah mengetahui seluk beluk kehidupan Kinara dengan baik. Saat ini Zeline merasa kikuk karena ia tidak tahu harus melakukan apa. Bahkan ia tidak tahu siapa perempuan asing yang terus mengikuti langkahnya sambil memberikan tatapan penasaran. “Jangan menggoda Kinara, hari ini suasana hatinya sedang baik.” Tiba-tiba ibunya Kinara memutar tubuhnya, menatap Zeline dan perempuan asing tersebut sambil tersenyum. “Bibi, bagaimana bisa Kinara memiliki suasana hati yang baik? Lihat saja, satu menit lagi dia akan mulai mengeluh karena melihat tokonya yang sangat kacau..” Begitu toko tersebut dibuka, Zeline menatap seluruh isi toko dengan antusias. Ada banyak tumpukan baju yang ditata dengan tidak rapi, beberapa warna yang diambil juga kurang padu sehingga terkesan saling bertabrakan satu sama lain. “Toko ini milik kita?” Tanya Zeline sambil melangkahkan kakinya dengan pelan. “Kinara?” Ibunya Kinara memberikan tatapan kebingungan. Zeline segera mengerjapkan matanya lalu menggelengkan kepala dengan pelan. Pertanyaannya sangat tidak masuk akal, wajar jika ibunya Kinara merasa kebingungan. “Aku merasa senang karena bisa kembali ke toko ini..” Kata Zeline sambil tersenyum. “Sepertinya kepalamu terbentur sesuatu. Sejak kapan kamu senang berjualan di pasar?” Tanya perempuan asing yang masih mengikuti langkah Zeline hingga ke dalam toko. Sebenarnya Zeline ingin bertanya siapa nama perempuan itu agar dia bisa lebih mudah untuk memanggilnya, untunglah Zeline sadar dan langsung mengurungkan niatnya. Akan terlihat sangat aneh jika Zeline menanyakan nama perempuan itu, apalagi sekarang dia sedang berada di tubuh Kinara. “Aku hanya merasa senang karena akhirnya bisa kembali melakukan aktivitas.” Zeline menjawab dengan jawaban netral. “Jawaban yang menarik..” “Rera, jangan mengganggu Kinara. Dia sedang merasa senang karena bisa kembali ke toko baju. Jangan membuatnya merasa kesal.” Zeline menatap Rera dengan antusias. Wow, jadi namanya adalah Rera? Bagaimana cara Zeline memanggilnya? Kak Rera atau hanya Rera saja? “Maafkan aku, bibi. Tapi hari ini Kinara terlihat sangat sangat aneh. Dia diam saja sejak aku menyapanya. Apakah dia masih sakit?” Tanya Rera. “Tidak, aku baik-baik saja. Senang sekali karena bisa kembali bertemu denganmu, kak..” Zeline merasa jika Rera jauh lebih tua darinya, akan sangat tidak sopan jika Zeline langsung memanggil namanya. “Kamu senang bertemu denganku?” Dari caranya merespon, sepertinya tidak salah jika Zeline memanggilnya dengan sebutan kakak. “Haruskah aku marah karena bertemu denganmu?” Zeline tertawa pelan. “Lebih wajar jika seperti itu.” Kata Rera. “Sudahlah, ada pelanggan di tokoku. Aku harus kembali..” Rera segera melangkahkan kakinya menuju ke toko miliknya. Ada dua orang pembeli yang datang ke toko perempuan itu. Zeline menarik napasnya dengan pelan. Kapan ia akan mendapatkan pelanggan pertamanya? Sejak kecil Zeline sangat suka datang ke butik ibunya. Di tempat itu ada banyak sekali pakaian bagus yang membuat mata Zeline dimanjakan. Namun ibunya tidak terlalu suka jika Zeline ikut ke butik miliknya. Ketertarikan Zeline di bidang desainer juga kurang direstui oleh ibunya. Wanita itu lebih suka jika Zeline fokus pada bidang modeling. Katanya, Zeline pasti akan mendapatkan butik ibunya tanpa perlu banyak berusaha. Sebagai seorang anak tunggal, semua harta orang tuanya pasti akan jatuh ke tangan Zeline. Ibunya tidak ingin Zeline melakukan sesuatu yang mudah, Zeline harus membuka jalannya sendiri, dia harus berjuang untuk mendapatkan namanya sendiri. Ibunya tidak pernah tahu jika ketertarikan Zeline di dalam bidang desainer bukan karena dia akan menjadi pewaris sebuah butik besar, tapi karena ia adalah seorang putri desainer terkemuka. Bakat ibunya menurun pada Zeline, mereka adalah dua orang perempuan yang tidak akan bisa lepas dari dunia fashion. Namun Zeline tetap menghargai pendapat ibunya. Perlahan Zeline mulai mengesampingkan hal-hal yang ia sukai dan mulai fokus untuk membangun karirnya sendiri. Nama ibunya masih tetap berpengaruh sekalipun Zeline sudah berusaha keras untuk menunjukkan kemampuannya. Banyak orang yang beranggapan jika kesuksesan Zeline sebagai seorang model masih dipengaruhi oleh kekuasaan ibunya. Mungkin memang benar jika nama ibunya masih memberikan pengaruh pada kesuksesan Zeline, tapi seharusnya semua orang juga melihat pengorbanan yang Zeline lakukan hingga dia berhasil meraih gelar sebagai salah satu model terkenal. “Bu, bolehkah aku menata ulang toko ini?” Tanya Zeline sambil menyentuh beberapa pakaian yang mulai berdebu. Zeline merasa prihatin karena di toko ini ada banyak pakaian bagus yang tidak terawat. Andai saja Zeline bisa mengerahkan semua pelayannya untuk membersihkan tempat ini, maka toko milik ibunya Kinara akan menjadi toko yang paling menarik di sepanjang pasar. Tapi karena Zeline tidak bisa meminta bantuan pelayannya, sepertinya tidak masalah jika Zeline sendiri yang akan melakukan bersih-bersih. Selama ini Zeline selalu dibantu oleh pelayan, mungkin ini saat yang tepat untuk mencoba melakukan semuanya sendiri. “Ini toko milikmu, apa yang tidak boleh kamu lakukan?” ibunya Kinara kembali menatap Zeline dengan senyuman. “Jadi aku boleh menata ulang toko ini?” Zeline tersenyum dengan antusias. “Toko ini adalah satu-satunya tempat dimana kita bisa menjual hasil pakaian. Lakukan apapun yang ingin kamu lakukan. Asalkan menurutmu baik, maka kamu bebas melakukannya.” Zeline tersenyum sambil menganggukkan kepalanya. Sudah tersusun banyak konsep di kepala Zeline. Dia akan segera menata ulang setiap pakaian yang dipasang di tubuh manekin. Jika pakaian tersebut ditata dengan baik, maka akan ada banyak orang yang tertarik untuk datang ke toko mereka. “Tumben sekali kamu meminta izin kepada ibu? Kamu terlihat sangat berbeda pagi ini..” Zeline sadar jika masih ada banyak hal yang harus ia pelajari mengenai kepribadian Kinara. Sudah ada tiga orang yang mengatakan jika pagi ini Kinara terlihat berbeda. Ya, Kinara memang sangat berbeda karena sebenarnya Kinara bukanlah Kinara. Ah, bagaimana cara mengatakannya? Kinara bukanlah Kinara, melainkan Zeline. “Bu, kalau nanti aku melakukan hal-hal yang tidak biasa, bisakah ibu menegurku?” Zeline menatap dengan serius. “Kamu akan melakukan apa?” Ibunya Kinara tampak kebingungan. Zeline tersenyum singkat. “Tentu saja bukan hal yang buruk. Tapi mungkin akan ada banyak hal yang berbeda dan ibu pasti akan menyadarinya. Tolong jangan terlalu terkejut..” “Sepertinya kamu memang melakukan perubahan yang baik. Sejak pagi kamu terus tersenyum dan bersikap manis.” Zeline menundukkan kepalanya. Apakah Kinara tidak pernah tersenyum? “Ibu senang dengan perubahanmu, Kinara. Kamu jadi lebih sopan dan ramah kepada orang lain. Tapi.. ibu tetap menyayangimu seperti apapun dirimu. Jadi, jangan memaksakan dirimu untuk berubah jika kamu merasa tidak nyaman.” Kalimat tersebut memudarkan senyum di bibir Zeline. Rasanya seperti sedang disadarkan bahwa ibunya Kinara hanya akan menyayangi Kinara, bukan orang lain. Wanita itu menyayangi Kinara dengan semua sikap baik dan buruknya. Meskipun Zeline sedang berada di dalam tubuh Kinara, sepertinya dia tidak akan pernah bisa merebut kasih sayang ibunya kepada Kinara. Karena apapun yang Zeline lakukan, hanya Kinara yang akan mendapatkan kasih sayang dari ibunya. *** “Wah-wah, kamu merombak ulang tokomu? Kenapa? Ingin mendapatkan banyak pelanggan?” Rera datang mendekati toko yang sedang Zeline bersihkan. Ibunya Kinara sudah pulang sejak beberapa menit yang lalu karena ada seorang tamu yang ingin menemuinya di rumah. Ada sebuah pesanan pakaian dari tetangga yang langsung membuat ibunya Kinara berjalan pulang dengan cepat. Dari ekspresi bahagia yang ditampilkan oleh wanita itu ketika menerima telepon dari tetangganya, Zeline bisa memahami betapa bahagia ibunya Kinara hanya karena ia mendapatkan pesanan pakaian. Zeline sempat merasa terharu untuk sesaat. Bahkan matanya sampai berkaca-kaca saat melihat ibunya Kinara berjalan dengan langkah cepat. “Kinara?! Kenapa hanya diam saja? Kamu bisu?” Rera menegur Zeline. “Maafkan aku, kak. Aku sedang memikirkan konsep toko yang akan aku terapkan.” Zeline menjawab sambil tersenyum. Ia tidak sabar untuk melakukan perubahan pada toko tersebut. Mimpi masa kecilnya kembali muncul di kepala Zeline. Akhirnya dia bisa melakukan hal-hal yang sangat ingin ia lakukan di butik ibu kandungnya. Sekalipun sekarang Zeline sedang berada di sebuah toko kecil yang ada di pasar, Zeline tetap merasa antusias karena ini akan menjadi pengalaman pertamanya untuk merombak dan menyusun ulang etalase toko agar terlihat menarik. “Sekarang sedang musim hujan, jadi aku harus memasang warna-warna dengan undertone cool untuk menarik perhatian pelanggan.” Zeline berjalan menuju ke arah manekin yang menggunakan pakaian berwarna biru denim. Zeline memadukan kemeja tersebut dengan kaos warna putih dan rok pendek yang tampak sangat manis. Sekalipun musim dingin, di Indonesia masih ada banyak orang yang suka menggunakan rok pendek. Udara dingin di sini tidak terlalu ekstrem seperti di luar negeri. “Sejak kapan kita harus menata toko sesuai dengan musim?” Tanya Rera. Zeline memundurkan langkahnya, melihat detail manekin yang sedang ia dandani. “Jika ingin membuat toko terlihat menarik, kita harus mempelajari psikologis pembeli. Mereka cenderung akan menatap warna-warna yang senada dengan suasana yang mereka rasakan. Jika merasa dingin, warna biru akan membuat mata mereka tertarik untuk melirik tokoku.” Jawab Zeline dengan percaya diri. Sebagai orang yang sangat gemar membaca buku psikologi, Zeline sangat ahli dalam mengenali pemikiran orang. “Kamu akan memasang gaun ungu itu? Sudah satu tahun aku melihat gaun itu berada di tokomu. Sepertinya tidak akan ada yang tertarik dengan gaun lama!” Kata Rera. Zeline menolehkan kepalanya dan menatap Rera sesaat. Sejujurnya Zeline sedikit terkejut dengan respon Rera yang terkesan tidak mendukung pemikirkannya. Namun Zeline langsung menyadari jika tidak semua orang akan setuju dengan pendapatnya. Wajar jika Rera terlihat tidak suka, pemikiran Zeline masih sangat asing dengan cara pemasaran di pasar ini. Sejak tadi Zeline terus memperhatikan sistem penataan pada seluruh toko pakaian di pasar ini. Kebanyakan dari mereka menata berdasarkan warna yang mereka sukai, bukan dipadukan dengan baik agar terlihat saling berhubungan satu sama lain. Sebenarnya memang tidak ada yang salah, tapi mungkin akan lebih baik jika mereka mulai memperhatikan setiap detail agar bisa menarik perhatian pelanggan. “Warna ungu wine juga termasuk ke dalam warna dengan tone dingin. Akan sangat serasi jika dipadukan dengan warna biru denim.” Jelas Zeline sambil tersenyum. Rera tampak memperhatikan Zeline yang tengah sibuk memikirkan warna paduan selanjutnya. Beberapa kali perempuan itu memberikan pendapat pada setiap warna yang dipilih oleh Zeline. Tapi Zeline sangat percaya dengan sistem penataannya, oleh sebab itu Zeline akan selalu memberikan penjelasan kepada Rera mengenai alasannya dalam memilih warna. “Tokomu akan terlihat suram!” Kata Rera sambil berjalan meninggalkan toko Zeline. Zeline menghembuskan napasnya dengan pelan. Sebuah keuntungan karena toko milik ibunya Kinara menghadap ke arah timur sehingga cahaya matahari bisa menyinari toko tersebut. Sekaliput terletak di ujung jalan, toko tersebut pasti akan tetap menarik perhatian pelanggan yang lewat. Zeline sangat yakin dengan hasil penataannya. Menurut Alina, pemilihan warna Zeline tidak pernah salah. Alina.. kira-kira apa yang sedang dilakukan oleh perempuan itu? Tanpa sadar Zeline menatap jam dinding yang ada di ujung ruangan. Tepat pukul 10. Entah kenapa Zeline jadi teringat kejadian sebelum ia terbangun di kamar Kinara. Saat itu Zeline sedang melakukan pemotretan di sebuah bukit yang dingin. Hujan turun cukup lebat sehingga pemotretan tersebut dihentikan untuk beberapa saat. Udara yang dingin membuat Zeline merasa lapar, oleh sebab itu dia meminta makanan kepada Alina, dan secara mengejutkan Alina memberikan mie instan kepada Zeline. Lalu tiba-tiba saja ada seorang wanita misterius datang mendekatinya. Seorang wanita yang menukar mie instan Zeline dengan setangkai bunga mawar. Zeline tidak ingat apa yang terjadi setelahnya, tapi ketika ia membuka mata, dia sedang berada di dalam tubuh Kinara. Secara kebetulan, sekarang juga pukul 10 tepat. Kira-kira apakah Zeline akan kembali ke tubuhnya lagi? Haruskah Zeline kembali ketika ia baru mulai menikmati kehidupan Kinara?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD