Bab 30

1881 Words
Beberapa kali Kinara kehilangan keseimbangan ketika ia harus menaiki ratusan anak tanga untuk bisa mencapai puncak bukit. Udara dingin berhembus kencang, membuat tubuhnya menggigil kedinginan. Perutnya juga mulai merasa lapar karena ia tidak sempat sarapan sebelum mendaki bukit. Sejujurnya Kinara sama sekali tidak tahu jika hari ini Zeline akan melakukan pemotretan di puncak bukit. Mereka ingin mendapatkan pemandangan yang indah di pagi hari saat matahari berada tepat di samping air terjun. Itulah penjelasan yang diberikan oleh Alina ketika Kinara bertanya kepadanya. Alina, perempuan itu terus saja mengomel kepada Kinara. Dia mengatakan jika Kinara berjalan sangat lambat seperti siput, dia juga mengkritik cara bicara Kinara yang menurutnya sangat tidak sopan. Beberapa kali ada orang di belakangnya yang terus membahas tentang gerakan kaki Kinara yang dinilai tidak anggun. Oh astaga, siapa yang memikirkan keanggunan ketika sedang berjalan menaiki bukit dengan ratusan anak tangga? Siapa? Apakah Zeline selalu melakukannya? Berjalan dengan cantik sekalipun sedang berada di medan yang sulit? Jika benar demikian, maka artinya selama ini Zeline tidak pernah menikmati kehidupannya dengan benar. Dia hanya berusaha menyiksa dirinya sendiri. “Zeline? Ada apa denganmu? Kita harus segera sampai di puncak bukit. Setelah ini kita masih memiliki jadwal pemotretan lain. Jangan membuatku marah dengan sikapmu hari ini!” Alina kembali menarik tangan Kinara dengan kuat. Perempuan itu berusaha membuat Kinara berjalan lebih cepat. Sayangnya kaki Kinara terasa lemas, ia tidak sanggup lagi melangkahkan kaki. Jika tidak berhenti, kemungkinan besar Kinara akan pingsan karena kelaparan. “Bisakah aku mendapatkan air?” Kinara mencoba berbicara dengan lembut seperti yang biasanya dilakukan oleh Zeline. “Jika terlalu banyak minum, kamu akan kesulitan mencari toilet. Ayolah, kita akan segera sampai..” Alina tidak menghentikan langkahnya, justru kembali menarik Kinara lebih kuat dari sebelumnya. Mau tidak mau Kinara harus melangkahkan kakinya untuk mengimbangi Alina. “Apa yang sebenarnya terjadi? Apakah ini karena perbuatan Dareen?” Tanya Alina. Wanita itu mulai memperlambat langkah kakinya demi bisa berjalan bersisihan dengan Kinara. Untuk sesaat Kinara menarik sebelah alisnya. Dareen? Apa hubungannya dengan Dareen? “Ada beberapa kenalanku yang menlihatmu di gedung apartemen Dareen beberapa hari terakhir ini. Apakah sekarang kalian memutuskan untuk tinggal bersama?” Tanya Alina. Kinara membelakkan matanya. Tinggal bersama? Sudah sejauh mana hubungan Dareen dan Zeline. “Zeline? Kamu tidak ingin bercerita kepadaku?” Tanya Alina. Kali ini perempuan itu mulai memberikan senyuman ramah layaknya seorang teman. Ekspresi Alina benar-benar berbeda dengan yang sebelumnya. Perempuan itu bisa berubah dalam waktu yang singkat. Awalnya ia mengomel dengan kesal lalu ia bersikap baik secara tiba-tiba. “Sebenarnya tidak masalah jika kamu tidak ingin bercerita. Dan kalaupun kalian tinggal bersama, itu sama sekali bukan urusanku. Tapi kuharap Dareen tidak mempengaruhimu. Tolong tetaplah datang tepat waktu, juga jangan membuatku kesal dengan sikapmu yang berubah tiba-tiba. Kamu meminta air, meminta sarapan, dan meminta waktu istirahat ketika kita sudah terlambat datang.” Kata Alina. “Itu sama sekali tidak terdengar seperti Zeline yang kukenal..” Kinara bergeming. Ia tidak bisa membayangkan betapa gilanya cara kerja Zeline dan Alina. Bahkan untuk meminta air saja tidak diizinkan? Apakah mereka akan membiarkan Kinara pingsan dan jatuh? “Kita memang harus bekerja keras untuk mendapatkan apa yang kita inginkan, Zeline. Aku membutuhkan uang dan kamu membuthkan karir yang cemerlang. Mari bekerja sama untuk mendapatkan semua itu..” Alina kembali berbicara. Kalimat yang dikatakan oleh Alina membuat Kinara merenung untuk sesaat. Sebenarnya kehidupan macam apa yang tengah ia jalani? Ia sedang menjadi Zeline dan Zeline menjadi dirinya? Jika mereka bertukar posisi seperti ini, sampai kapan mereka mampu bertahan? Mendengar cara Alina memberikan semangat membuat Kinara menyadari jika Zeline sangat berambisi untuk meningkarkan karirnya. Zeline sudah bersinar di dunia modeling, tapi dia masih ingin mendapatkan karir yang lebih baik lagi. Kinara jelas sangat menyukai kehidupan Zeline yang sempurna. Uang, kekayaan, karir, dan juga Dareen. Sejak awal Kinara sudah menginginkan kehidupan Zeline. Namun bagaimana dengan Zeline? Apakah perempuan itu bisa bertahan dengan kehidupannya yang mengerikan? Kerja keras setiap hari tanpa pernah menghasilkan uang, memiliki orang tua yang cerewet dan sangat merepotkan, harus tinggal di rumah gubuk yang sangat memalukan. Apakah Zeline akan menerima semua itu? Bagaimana jika Zeline tiba-tiba datang dan meminta kehidupannya kembali? Apa yang harus Kinara lakukan? “Zeline? Kenapa kamu malah melamun?” Alina menggerakkan telapan tangannya di hadapan Kinara. “Tidak, aku baik-baik saja.” Jawab Kinara sambil kembali melangkahkan kakinya. *** Pemotretan dilakukan pada pukul delapan lebih tiga puluh menit. Menurut Alina, mereka terlambat datang selama tiga puluh menit karena seharusnya mereka sudah memulai pemotretan pada pukul 8 tepat. Beberapa kali Alina berteriak kepada Kinara karena ia melakukan pose yang menjijikkan. Sebenarnya Kinara tidak tahu bagaimana caranya melakukan pemotretan. Kinara tidak tahu harus menampilkan ekspresi seperti apa, ia tidak tahu harus melakukan apa, dan ia juga tidak tahu harus menghadap ke arah mana. Seumur hidupnya, Kinara hanya pernah mengambil foto menggunakan ponselnya. Itupun dengan gaya dan pose seadanya. Jika dibandingkan dengan Zeline, Kinara jelas kalah jauh. Ia bukan seorang model profesional yang bisa membuat berbagai macam pose dalam waktu satu menit. “Ini sangat kacau! Ada apa dengannya?” Seorang fotografer tampak berdebat dengan Alina. Kinara melangkahkan kakinya menjauh dari tempat pemotretan. Ia tidak ingin mendengarkan caci maki yang diucapkan oleh semua orang karena hari ini Zeline yang mereka kenal bekerja dengan sangat buruk. Sorry to say, tapi perempuan cantik yang ada di hadapan mereka bukanlah Zeline, melainkan Kinara. Mereka tidak tahu saja jika Kinara telah berusaha melakukan yang terbaik, meskipun menurut mereka Kinara masih tidak cukup. Standar pemotretan seorang model papan atas seperti Zeline jelas jauh di atas rata-rata. Kinara tidak akan bisa mengimbanginya, setidaknya dia tidak akan bisa melakukannya dalam waktu dekat. Mungkin Kinara bisa belajar menyesuaikan diri selama satu atau dua minggu lagi. “Zeline?” Alina berdiri di hadapan Kinara dengan tatapan kesal. “Ada apa?” Tanya Kinara. Sama seperti rencananya untuk mempelajari berbagai gaya dalam pemotretan, Kinara juga akan berlajar untuk membiasakan diri setiap kali nama Zeline disebut. Semua orang akan memanggil Kinara dengan nama Zeline karena sekarang ia tengah berada di dalam tubuh perempuan itu. “Aku tidak mau tahu, kali ini kamu harus menceritakan semuanya kepadaku. Apa yang sebenarnya terjadi padamu?” Tanya Alina. Perempuan itu menatap Kinara dengan serius sehingga membuat Kinara merasa gugup. “Kinerjamu sangat buruk. Benar-benar buruk..” Katanya. Kinara menundukkan kepalanya. Andai saja Alina tahu jika perempuan yang sedang berdiri di hadapannya bukanlah Zeline melainkan Kinara. “Alina, sekarang jam berapa?” Tanya Kinara sambil menarik napasnya dengan pelan. Setiap kali menarik napas dalam-dalam, Kinara merasakan ada sesuatu yang menusuk dadanya. Terasa sangat menyakitkan sehingga membuat Kinara kesulitan bernapas. “Bisakah kamu berbicara dengan serius? Aku sudah berusaha keras untuk menahan rasa kesalku karena aku memahami bagaimana kesulitanmu!” Alina tampak frustasi. Perempuan itu menghembuskan napasnya dengan kesal lalu akhirnya menjawab pertanyaan Kinara. “Sekarang pukul 10. Kenapa? Apakah kamu ada janji pertemuan lain? Kamu berubah menjadi orang sibuk sekarang?” Kinara memejamkan matanya. Pukul 10? Kinara ingat jika sebelum ia berada di dalam tubuh Zeline, dia sedang duduk di dalam toko bajunya. Saat itu Kinara menatap jam dinding secara tidak sengaja, dan dia masih ingat dengan jelas jika saat itu seorang wanita misterius datang ke tokonya. Tepat pada pukul 10 pagi, Kinara bertemu dengan seorang wanita yang memberikan bunga mawar putih sebagai ganti dari pakaian putih yang ia inginkan. Lalu tiba-tiba segalanya berjalan dengan sangat aneh.. Kinara berakhir dengan berada di dalam tubuh Zeline, ia sedang duduk di dalam rumah Zeline pada pukul 6 pagi. Lalu sekarang.. sekarang sudah pukul 10. Kira-kira, apakah semua kejadian ini saling berhubungan satu sama lain? Apakah Zeline juga bertemu dengan wanita asing pada pukul 10 pagi? Dan dia juga terbangun sebagia Kinara pada pukul 6 pagi? “Zeline! Bisakah kamu mendengarkan aku dengan serius? Bukan hanya kamu yang ingin mendapatkan apa yang kamu inginkan. Semua orang juga berjuang untuk melakukan hal yang sama! Tapi pagi ini kamu mengacaukan segalanya!” Alina berteriak di hadapan Kinara. Semua orang memusatkan perhatian mereka kepada Kinara dan Alina. Sepertinya pemandangan pertengkaran antara Alina dan Kinara.. oh, atau bisakah Kinara menyebut dirinya sebagai Zeline? Pertengkaran mereka adalah hal menarik untuk disaksikan. “Aku akan melakukan pose yang lebih baik lagi. Hari ini aku sedang tidak enak badan.” Kinara mencoba memberikan alasan yang masuk akal. Dia tidak ingin dinilai buruk oleh Alina. Entah kenapa Kinara merasa jika dia tidak boleh mengacaukan segalanya, dia tidak boleh mengacaukan karir Zeline yang sudah dibangun dengan susah payah oleh wanita itu. Entahlah, perasaan Kinara begitu sentimentil sejak ia mengatahui jika sekarang dia berubah menjadi Zeline. “Sebaiknya kita mulai pemotretan dari awal. Jika kamu masih belum bisa memberikan yang terbaik, kita terpaksa membayar denda kontrak dengan brand yang akan menjadikanmu ambassador mereka.” Setelah selesai berbicara, Alina melangkahkan kakinya meninggalkan Kinara yang sedang termenung sendirian. Awalnya Kinara ingin mengejar Alina untuk kembali memberikan penjelasan mengenai keadaannya, tapi tiba-tiba rasa pusing membuat pandangannya mengabur. Kakinya lemas dan kepalanya terasa seperti dihantam oleh benda tajam. Tanpa bisa dicegah, akhirnya Kinara terjatuh tepat di samping sebuah batu besar yang ada di tepi bukit. Kinara masih bisa mendengar teriakan orang-orang yang memanggil nama Zeline dengan cemas, dia juga masih bisa merasakan jika ada banyak orang yang berkerumun di sekitarnya, tapi Kinara merasa sangat lemas. Matanya tidak bisa dibuka, dan bibirnya tidak bisa mengeluarkan suara. Tenggorokannya terasa kering, Kinara membutuhkan air minum saat ini. Sayangnya tidak ada hal yang bisa Kinara lakukan, dia hanya pasrah ketika beberapa orang mulai mengangkat tubuhnya. Entah kemana mereka akan membawa Kinara, saat ini satu-satunya hal yang memenuhi pikirannya adalah… apakah sekarang saatnya untuk kembali ke tubuhnya? *** Ketika membuka matanya, hal pertama yang Kinara lihat adalah langit biru yang tampak berkabut. Kinara mengerjapkan mata untuk sesaat, berusaha menyesuaikan diri dengan cahaya yang begitu terang. “Zeline? Kamu bisa mendengarku?” Kinara menutup matanya lagi, rasa pusing akan kembali menyerangnya setiap kali ia berusaha menggerakkan kepalanya. “Kepalamu terasa sakit?” Kembali terdengar sebuah pertanyaan dari orang yang ada di sekitarnya. Kinara tidak bisa menjawab, ia tidak bisa mengerakkan kepalanya ataupun membuka matanya. “Air..” Kinara mencoba membuka bibirnya untuk menyebutkan satu hal yang sangat ia butuhkan. “Berikan dia air!” Beberapa saat kemudian Kinara merasa jika kepalanya diangkat dan dimiringkan ke arah kanan. Seseorang membantu Kinara meneguk air mineral lewat sedotan. Setelah berhasil meneguk air, Kinara merasa jika tenggorokannya mulai membaik. Sekalipun masih belum bisa membuka matanya, Kinara sudah mulai bisa menarik napasnya dengan mudah. “Apa yang kamu rasakan? Apakah masih pusing?” Kinara berusaha untuk kembali membuka matanya, ia mengangkat tangan dan berusaha menghalangi cahaya matahari yang mengarah langsung ke wajahnya. Seakan mengetahui apa yang mengganggu Kinara, beberapa orang ikut membantu Kinara menghalangi cahaya matahari. “Napasku sesak..” Kata Kinara dengan susah payah. “Apakah dia memiliki riwayat asma, Alina?” “Tidak, Zeline tidak pernah terkena asma.” “Sebaiknya kita membawa Zeline turun. Keadaannya akan semakin memburuk jika tidak segera dibawa ke rumah sakit.” “Iya, dia harus segera mendapatkan pemeriksaan medis. Bisakah kita meminta bantuan dari tim medis untuk datang ke sini? Kita tidak mungkin membawa Zeline dalam keadaan seperti ini.” “Jika menunggu tim medis akan memakan waktu lama. Sebaiknya kita membawa Zeline dengan cara digendong.” Tidak ada satupun hal yang bisa Kinara lakukan. Ia hanya diam sambil memejamkan matanya karena merasa rasa pusing yang sangat menyiksa. “Baiklah, kita harus menggendongnya.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD