Bab 5. Kalau begitu, DEAL.

808 Words
Seketika itu pula Nindy merasa wajahnya memerah untuk alasan yang berbeda. Lelaki itu tahu menggunakan asetnya dengan benar. Mulai dari postur tubuh, tatapan mata sampai bibirnya dan juga kata-kata yang keluar dari bibir tersebut. Nyatanya selalu berhasil membuat Nindy untuk sesaat melupakan niat awalnya bahkan saat itu ia lupa jika ia ingin segera melarikan diri dari tempat tersebut. Gadis itu malah merasa dirinya meleleh di samping lelaki itu. Dengan panas yang bergejolak dibawah dirinya. Nindy bisa melihat senyum yang tersirat dari bibir lelaki itu yang tampak nakal saat berbisik pelan di dekat telinganya. Bahkan Nindy tidak tahu sejak kapan lelaki itu sudah mendekatkan wajahnya ke arah salah satu sisi telinganya tersebut. "Prawan, benar? yang belum pernah disentuh oleh laki-laki. Lalu kau menginginkan aku? kenapa? aku membuatmu panas? atau b*******h?" ucap bisikan lelaki itu yang Nindy dengarkan. Sontak Nindy bahkan terperanjat dari tempatnya ketika ia menyadari jika setiap kata-kata lelaki itu menimbulkan sesuatu di dalam diri Nindi yang semakin menggeliat geli di sana. "Ayolah Nindy, katakan apa yang kau inginkan sebenarnya dari lelaki ini." Ucap Gadis itu dalam hati tetapi ia sadar jika pastinya malam itu akan ada wanita lain yang memilikinya, yaitu teman wanita lelaki itu yang pastinya akan datang kembali seperti apa yang lelaki itu katakan tadi. "Aku..." ucap Nindy yang tertahan. "Apa?" ucap tanya lelaki itu yang tampak penasaran. "Terserah sajalah, Aku sudah melangkah terlalu jauh Mana mungkin aku harus mundur begitu saja. Mengingat semua rasa malu yang tadi aku hadapi harusnya aku sudah berhasil menelan semuanya," ucap Gadis itu lagi dengan gerutu di dalam hatinya. "Aku menginginkanmu." Ucap Nindy akhirnya yang ia lontarkan untuk lelaki tersebut. Nindy bisa melihat senyum di bibir sensual lelaki itu mulai melebar. Lelaki itu kemudian mengajak Nindy untuk duduk kembali ke kursinya semua dan Gadis itu hanya bisa melakukan apa yang lelaki itu inginkan. Lelaki itu meraih tubuh Nindy segera ke arahnya. Ia bergerak mendekat hingga wajah keduanya berada begitu dekat satu sama lain dengan tubuh bagian depannya yang tampak bidang dan kekar yang berbenturan dengan tubuh Nindy di sana. Nindy tidak pernah menyangka jika gerakan itu bukanlah yang harus ia pikirkan karena saat itu ia sudah merasa salah satu tangan lelaki itu terangkat dan menyentuh ujung dagunya memaksa wajah Nindy untuk mendongak dan menatap ke arah lelaki itu berada Nindy semakin melebarkan tatapan matanya ketika ia melihat lelaki itu yang menatap lekat ke arahnya. "Baiklah kalau begitu aku setuju dengan kesepakatan kita, satu minggu?" ucap lelaki itu dengan jawabannya. Seketika itu pula sepertinya Nindy merasa kepalanya berkunang-kunang tapi hanya bisa ia abaikan. Gadis itu seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja lelaki itu ucapkan. "Tapi temanmu tadi, maksudku wanita tadi," ucap Nindy saat itu yang tertahan ketika ia berusaha untuk mengingatkan lelaki itu tentang teman kencannya yang belum selesai. "Lupakan dia. Kau jelas berani membayarku lebih mahal." Ucap lelaki itu yang tampak begitu santai menanggapinya. Nindy merasa jika lelaki itu benar-benar tidak bermoral karena ia mengabaikan teman kencan sebelumnya karena mendapatkan job baru yang lebih menjanjikan. Namun sepertinya hal itu tidak membuat Nindy peduli ia malah terkesan tampak menyunggingkan senyuman di bibirnya ketika mendengar apa yang lelaki itu katakan seolah Nindy sudah mendapatkan apa yang ia inginkan. Rupanya lelaki itu menyadari senyuman tersebut. "Kalau begitu, deal." Ucap lelaki itu lagi. "Tidak, tidak!" ucap gerutu dalam hati Nindy saat itu ketika ia melihat lelaki itu yang sudah semakin menunduk ke bawah dengan salah satu tangannya melingkari pinggang ramping Nindy. Tangan itu langsung menarik tubuh Nindy begitu saja hingga membentur kembali ke tubuhnya yang keras. Nindya Hanya bisa menarik nafas dalam-dalam seolah menyesap aroma tubuh lelaki itu yang tampak jantan menyerbu Indra penciumannya. Darahnya berkejolak keras di dalam tubuh Nindy dan jantungnya pun terasa mau meledak. Nindy semakin membelalakkan matanya ketika ia melihat bibir lelaki itu yang berada tepat di atas bibirnya dan panas nafas lelaki itu berhembus kuat menerpa wajahnya. "Bukankah seharusnya kau mengetes dulu seseorang yang ingin kau miliki selama seminggu ini? bukan dilihat dari tampang dan postur tubuh saja," ucap bisik lelaki itu yang berada tepat di ujung bibir Nindy. "Ugh," Nindy seolah begitu gemas ia seakan tidak bisa menunggu lebih lama lagi sentuhan apa yang akan lelaki itu lakukan padanya dalam ketegangan yang nyaris hampir menyelingkupi seluruh tubuh Nindy. Bibir lelaki itu begitu dekat, menyentuh samar. Nindy bisa melihat kedalaman mata Lelaki itu. Gadis itu seolah memohon dalam diam agar lelaki itu segera menempelkan bibirnya pada bibir Nindy. Mencium bibir gadis itu dengan penuh gairah yang membara seakan hanpir membuat gila. Dan ternyata permohonan Nindy detik itu terkabul juga. Nindy bisa merasakan kelembutan hangat yang diberikan oleh bibir lelaki itu saat ia mulai mengecup pelan. Nindy menghela nafasnya sedikit panjang dan membiarkan ujung lidahnya menyeruak masuk, memagut lama dan mengulum dalam. Lidah lelaki itu menari dan menjilat liar, perlahan menggoda dan keahliannya yang bisa Nindy rasakan yang... begitu memabukkan dan membuat gadis itu hanyut begitu saja.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD