Bab 4 Dia membuatku lupa caranya bernafas.

822 Words
Nindy merasa jika tatapan mendalam lelaki itu sesaat mampu membuat Gadis itu merasa telanjang. Nindy berusaha menutupi kecanggungan dengan mengulurkan salah satu tangannya lalu meraih gelas yang ada di atas meja depannya tersebut meskipun ia tidak tahu gelas itu milik siapa. Ia lalu meneguk isi yang ada di dalam gelas itu sekali teguk hingga habis tidak tersisa ia mencoba untuk mengalihkan perhatian lelaki itu dengan melakukan sesuatu. Pelan-pelan Nindy menikmati rasa minuman baru ia teguk tersebut yang tidak seenak minumnya yang tadi ia minum bahkan lebih tidak enak dari wiski. "Kenapa aku menjadi gugup sampai seperti ini dia pasti menyadarinya," ucap Nindy saat itu dalam hati. Nindy lalu menoleh ke arah sampingnya seolah ingin tahu apa yang akan lelaki itu lakukan dan ternyata ekspresi wajah lelaki itu masih sama datar sembari menatap penuh tanya ke arahnya. "Rasanya enak. Kau mau coba?" ucap tanya Gadis itu kemudian pada lelaki yang ada di sampingnya tersebut. Nindy bisa melihat kening lelaki itu yang berkerut semakin dalam. Lelaki itu tampak membetulkan sebelah lengan tangannya yang saat itu bertumpu di atas salah satu pahanya sendiri. Yang lalu bertanya pada Nindy. Terdapat kelegaan gadis itu seketika saat mendengar lelaki itu ternyata menyahuti ucapannya meskipun sahutan itu sebuah pertanyaan. "Yang mana? minuman yang baru kamu minum itu atau penawaran yang kamu tawarkan selama satu minggumu itu?" tiba-tiba terdengar suara lelaki itu yang seolah menggelegar di kepala Nindy ketika mendengar ucapan yang baru saja dilontarkan lelaki itu. Dan ketika Nindy akan mengucapkan beberapa patah kata Lelaki itu sudah kembali mengatakan sesuatu padanya. "Apakah kau tahu, minuman yang baru saja kau minum itu bukan milikku, itu milik temanku tadi. Ia pasti akan mencarinya saat dia kembali nanti." Ucap lelaki itu kemudian yang memberitahu Nindi di sana. Untuk pertama kalinya dalam hidup gadis itu, ia merasa seperti wanita yang benar-benar memalukan. Ia tidak pernah berpikir sebelumnya jika wanita tadi akan kembali. "Kenapa aku tidak tahu kalau wanita itu akan kembali lagi? tentu saja wanita itu akan kembali! siapa yang akan meninggalkan kesempatan untuk memiliki lelaki seperti ini? Aku benar-benar tidak pernah merasa semalu ini," ucap Nindy saat itu dalam hati sembari menggigit bagian bawah bibirnya untuk menahan karena ia baru saja mempermalukan dirinya sendiri untuk kemudian ditolak mentah-mentah oleh lelaki itu, oleh seorang gigolo pula. "Maaf..." ucap Nindy kemudian. Tidak ada kata-kata lain yang bisa ia lontarkan selain ucapan tersebut. "Untuk?" balas tanya lelaki itu. "Semuanya," ucap Nindy dengan jawaban tepatnya. "Kalau begitu aku akan memesan lagi sebagai gantinya. Dan... lupakan saja apa yang sudah aku katakan tadi," ucap Gadis itu kemudian yang lalu buru-buru bangkit dari tempatnya dan bersiap untuk berlari pergi keluar dari tempat itu. Nindy merasa jika jiwanya untuk mendapatkan lelaki itu yang tadinya berkobar mulai meredup bahkan ia sudah bersumpah dalam hatinya untuk tidak menginjakkan kakinya lagi ke dalam tempat hiburan malam tersebut atau club malam mana juga. "Ini benar-benar ide yang sangat konyol sejak pertama aku memikirkannya, rasanya aku akan benar-benar pingsan sewaktu-waktu saat aku mengingat semuanya kembali," ucap gerutu gadis itu dalam hatinya lagi. Namun kenyataannya Itu semua hanya pemikiran Nindy saja karena saat itu ia sudah langsung mendengar suara lelaki itu yang memanggilnya. "Hey, tidak secepat itu." Ucap lelaki itu kemudian yang Nindy dengarkan namun Gadis itu tidak menoleh ke arah lelaki itu berada dan ia bisa merasakan tangan kekar lelaki itu yang langsung meraih lengan tangan Nindy di sana dan menahannya membuat Gadis itu nyaris melonjak dari tempatnya karena begitu terkejut. Aliran panas itu seolah menyengat Nindi. Gadis itu lalu menoleh cepat ke arah sumber suara dan ia menemukan lelaki itu sudah bergerak mendekat ke arahnya. Nindy bisa melihat lelaki yang begitu tampan hingga membuat mulut gadis itu mengering seketika. Ia juga bisa mencium wangi maskulin yang bercampur parfum samar yang lelaki itu pakai masih melekat kuat. Dan mata elang yang tajam milik lelaki itu yang melekat menatap ke arah Nindi berada. "Oh astaga, dia membuatku lupa bagaimana caranya aku bisa bernafas," ucap gerutu dalam hati ketika ia merasakan tiba-tiba perasaannya begitu sesak nafasnya pun tersengal-sengal. Bahkan saat itu Nindy nyaris akan pingsan ketika ia melihat lelaki yang ada di hadapannya tersebut mulai sedikit membungkuk menundukkan kepalanya ke arah salah satu sisi wajah Nindy di sana begitu dekat. Sengatan itu kembali Nindy rasakan ketika ia melihat lelaki itu mengangkat salah satu tangannya dengan ibu jari lelaki itu yang menyentuh ujung bibir Nindy di sana. Nindy hanya bisa terpaku dan terdiam di tempatnya ketika ia melihat lelaki itu yang sudah menarik tangannya kembali dan menjulurkan lidahnya untuk menjilat ibu jarinya sendiri yang baru saja ia sentuhkan di ujung bibir Nindy. "Hemmmz, sepertinya ini lebih enak," ucap lelaki itu kemudian yang tertahan. "Gluk," Nindy meneguk ludahnya kembali ketika ia mendengar apa yang lelaki itu gumamkan. "Minumannya?" ucap gadis itu yang bertanya seolah ingin memastikan apakah yang lelaki itu komentari minuman yang tadi ia minum. "Keduanya," ucap lelaki itu kemudian dengan suara serak dan beratnya sembari tatapan mata lelaki itu menetap lekat ke arah bibir Nindy berada.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD