Pengap di area sekeliling membuat Nindy tidak bisa mengambil nafas dengan leluasa. Juga karena lelaki itu memeluk erat tubuhnya dengan kedua tangan yang mendekapnya, wajah Gadis itu beradu dengan tubuh bidangnya saat ia menekan pelan kepala Nindy dengan salah satu tangannya. Keduanya melakukan tarian lambat di tengah dentuman musik DJ yang menggila dan banyak orang menari liar.
Nindy bisa melihat jika hanya ia dan juga lelaki itu satu-satunya pasangan yang berpelukan erat dan bergoyang pelan seolah keduanya memiliki seluruh waktu di dunia.
Nindy menghela nafasnya dalam-dalam menyesap aroma jantan yang masuk di Indra penciumannya setiap kali ia menarik nafas pendek maupun nafas panjang. Aroma parfum samar yang berpadu dengan aroma lelaki maskulin membuat kepala Nindy semakin pusing.
"Ouh," Nindy merasakan bulu kuduknya yang mulai meremang tatkala ia merasakan hembusan hangat menerpa daun telinganya. Nindy hanya bisa menggerakkan kepalanya negitu saja, ia lalu merasakan panas nafas lelaki itu yang menerpa kembali berhembus pelan di telinganya.
"Setidaknya kita mulai dengan nama masing-masing. Panggil aku Arga, Siapa namamu?" ucap tanya lelaki itu dengan bisikan lirihnya.
"Arga," Nindy bergumam lirih di mana ia merasa nama itu begitu seksi. Gadis itu tampak ragu untuk sejenak.
"Namanya tidak asing, apa aku pernah mendengar sebelumnya?" gumam Nindy.
"Akh! Apa yang kau tunggu? tidak ada salahnya memberitahukan siapa namamu. Tidak akan ada bahayanya. Itu tidak seperti kau menceritakan seluruh kisah hidupmu padanya," ucap gerutu dalam hati Nindy saat itu. Ia berusaha meyakinkan dirinya untuk segera mengatakan siapa namanya pada lelaki tersebut.
"Aku Nindy." Ucap gadis itu kemudian yang memberitahu.
"Hemz... Nindy," Gadis itu bisa mendengar lelaki itu bergumam pelan dan ia bisa merasakan tekanan di puncak kepalanya semakin kuat lelaki itu tekan. Nindy bisa merasakan tangan kekar itu berpindah dari bagian kepala menuju ke bagian punggung dan tangan bebas yang lain bergerak untuk meraih jemari tangan Nindy dan menautkannya dengan jari-jarinya sendiri.
"Lihatlah, tidak sulit bukan? kau hanya perlu mempercayaiku, Nindy," bisik lelaki itu lagi tepat di salah satu daun telinga Nindy.
Tampak lelaki itu mendorong tubuh Nindy pelan hingga tubuh keduanya berjarak kemudian menariknya kembali dengan tangan keduanya yang terus menaut. Arga membawa tangan Nindy sedikit terangkat naik dan menempelkannya di bibir Arga, gadis itu bisa merasakan aliran sengatan listrik yang membuat Nindy nyaris melonjak karena kecupan tersebut. Kemudian, mata keduanya pun bertemu satu sama lain. Moment yang dalam dan lama hingga Nindy khawatir jika akan tersesat dan tidak akan pernah bisa menemukan jalan kembali. Suaranya yang serak terdengar jelas bahkan di tengah keramaian.
"Beritahu aku apa yang kau inginkan, Nindy. Dan akan aku kabulkan semuanya. Aku akan membuatnya nyata untukmu," ucap lelaki itu kemudian yang bisa Nindy dengarkan dengan sangat jelas. Ucapan itu terdengar menggoda bahkan bisa membuat Nindy merasa panas.
Nindy bisa melihat lelaki itu tersenyum dengan tangan yang memeras jemari tangan Nindy di sana. Memperlihatkan sepasang lesung pipinya yang dalam. Nindy merasa kedua lututnya langsung meleleh, ia jadi buru-buru menarik tangannya kembali dari genggaman tangan lelaki itu. Sontak gadis itu pun melonjak sedikit menjauhkan tubuhnya dari Arga. Nindy merasa jika ia ingin mendapatkan kembali ketenangan dirinya sebelum Gadis itu turut hanyut semakin jauh.
"Aku tidak bisa berpikir jernih bila lelaki itu berdiri terlalu dekat denganku atau bila tubuh kami bersentuhan. Kata-katanya masih menggema diisi kepalaku. Sebenarnya apa yang aku inginkan?" ucap tanya Nindy saat itu dalam hati.
Namun sayangnya pertanyaan Nindy saat itu tidak ada jawabannya sama sekali. Seharusnya tadi ia membuat daftar tentang apa saja yang harus ia inginkan dari lelaki itu atau agar lelaki itu wujudkan. Tapi pikiran untuk membeli seorang gigolo tidak pernah terlintas dibenak Nindy sampai detik di mana Gadis itu melihat lelaki yang beberapa hari lalu ia jumpai dan hari itu ada di depannya. Saat itulah Nindy berpikir jika saja lelaki yang menjadi kekasihnya selama satu minggu itu atau walau untuk sementara itu Nindy rela melakukan apa saja untuk bisa mendapatkannya. Meskipun Nindy juga tahu tentunya ia harus mengeluarkan segepok uang untuk membelinya terasa jauh lebih mudah daripada memikirkan bahwa ia harus merayunya hingga lelaki itu tertarik pada Nindy karena itu sungguh pasti sangat mustahil.
"Tapi, bagaimanapun lelaki ini adalah gigolo. Seksi dan sesempurna apapun dia, semenarik apapun dia! dia akan melakukan apa saja yang aku inginkan dan aku minta, tapi bukan karena dia benar-benar tulus menyukaiku atau mengharapkanku sebagai pasangannya, tapi karena itu adalah pekerjaan bagi Arga. Itu yang harus aku ingat baik-baik. Bila minggu ini berlalu, kami akan kembali menjadi dua orang asing. Jadi hal pertama yang harus kami lakukan adalah mengenal satu sama lain terlebih dahulu," ucap gadis itu dalam hati yang merasa jika memang Ia membutuhkan pendekatan dengan lelaki itu perlahan-lahan namun juga dengan cepat.
"Sebelumnya kita mulai saling mengenal satu sama lain apa kau setuju?" ucap tanya Nindy kemudian dengan sedikit melangkah mendekat ke arah lelaki itu berada.
"Ya! tentu saja," serunya mengalahkan dentuman musik yang saat itu menggema.
"Kita harus membuat beberapa peraturan dasar," ucap Nindy lagi yang ia tujukan pada lelaki itu.
Nindy tidak tahu kenapa ia bisa seolah tengah malah mendiskusikan hal seperti itu di tengah lantai dansa sambil sesekali bergoyang di sana. Dengan suara berteriak di antara puluhan orang yang menari liar. Meskipun kenyataannya Nindy tahu bahwa mereka juga tidak peduli apa yang sedang ia bahas dengan Arga.
"Kau minta peraturan seperti apa Nindy? kau suka bermain liar? kau ingin aku mencambuk mu diawal permainan, atau di tengah-tengah permainan sementara kau berteriak liar dan kau menggeliat kesakitan? kau tertarik padaku karena kau tahu jika aku bisa melakukannya? katakan padaku Nindy, katakan padaku bagaimana fantasi liarmu itu virgin Nindy," ucap teriakan lelaki itu yang hampir memekakkan telinga gadis itu di sana, namun hanya Nindy seorang yang tampak terperangah karena teriakan Lelaki itu.
"Hya! jangan memanggil aku seperti itu!" ucap Nindy saat itu yang tampak merasa begitu kesal. Secara gadis itu tahu julukannya sebagai perawan tua harus digantikan atau ditambah lagi julukan yang baru oleh Arga.
Nindy berteriak lantang untuk menghentikan kata-kata Arga yang sangat membuatnya merasa tidak senang. Terlebih lagi Nindy baru mendengar semua kata-kata yang baru saja lelaki itu ucapkan namun Gadis itu paham benar maksud dari kata-kata yang lelaki itu sampaikan terutama cambukan dan juga permainan liar yang baru saja lelaki itu ucapkan.
"Apa! dia memanggilku virgin Nindy?" ucap dengusan kesal Nindi saat itu dalam hati yang mengulangi ucapan lelaki itu tadi.