Bab 8 Tujuh hari tujuh malam.

1007 Words
Panggilan tersebut bagi Nindy benar-benar sangat memalukan. Lelaki itu benar-benar tidak sopan padanya. Karena ia tidak seharusnya membuat kesal majikannya. Orang yang akan membayarnya dengan segepok uang. "Tunggu, dengarkan aku dulu," ucap Arga kemudian yang berusaha untuk menenangkan gadis itu. "Baiklah," sahut Nindy sembari menatap tidak nyaman ke area sekeliling tetapi seperti yang sudah ia tebak sebelumnya tidak ada yang peduli. Nindy lalu menatap lekat ke arah lelaki yang ada di hadapannya. Tidak bisa dipungkiri kalau lelaki itu adalah lelaki terseksi yang pernah Nindy lihat. Ia tidak menolaknya. Tapi sifatnya benar-benar membuat gadis itu merasa kesal. Nindy baru menyadari jika lelaki yang ada di hadapannya adalah lelaki yang cukup sukses di bidang karir yang ditekuninya. Terlihat dari pakaian yang lelaki itu kenakan terlihat sangat mahal dan juga modis, penampilannya juga rapi dan terkesan mewah. Nindy berani bertaruh Kalau klien-klien Arga adalah para wanita kelas atas dan sudah pasti berkantong tebal. Dalam hati Nindy ada sedikit getir dan juga was-was karena keduanya belum menentukan harga yang harus Nindy bayar nantinya. Namun Nindy tidak akan takut karena ia tahu uang yang sudah ia tabung sekian lamanya bisa untuk membayar lelaki itu. "Lelaki ini tidak akan menguras habis seluruh tabunganku selama ini bukan?" ucap gerutu Nindy saat itu dalam hati sembari memutar bola mata dan menghembuskan nafas kecilnya dengan perasaan yang sedikit berat. "Kau belum menyebut tentang bayaran," ucap Gadis itu yang bertanya pada Arga, kalimat itu jelas mengundang rasa ketertarikan lelaki itu. Nindy bisa melihat alis sedikit tebal lelaki itu yang langsung terangkat. "Oke, karena kamu menanyakannya," ucap lelaki itu kemudian dengan jawabannya yang lalu terdiam sejenak. Belum melanjutkan kata-katanya. Nindy melihat kening berkerut lelaki itu seolah sedang berpikir serius. Mungkin sedang menghitung jumlah dan mengalikan sejumlah angka seperti mesin kalkulator yang harus ia sebutkan pada Nindy nanti. "Sebutkan saja," ucap Gadis itu kemudian yang tampak mendesak tidak sabar dengan jumlah yang akan lelaki itu sebutkan padanya. Namun lagi-lagi Arga masih diam belum menjawabnya. "Jangan khawatir aku sanggup membayarnya," balas Nindy lagi. "Oke," balas lelaki itu kemudian yang akhirnya menyebutkan sejumlah angka yang membuat Nindy langsung menyesali keputusan impulsifnya yang ia katakan tadi. "Ayolah, Virgin Nindy," ucap lelaki itu kemudian dengan sebutan terkutuk bagi Nindy saat itu dan julukan baru itu terus bergema di dalam kepala Nindy mungkin tidak banyak yang percaya mungkin juga tidak ada yang peduli. tapi cap itu terasa sangat mengganggu dan mengusik perasaan gadis itu. begitu mengganggunya hingga Nindy nyaris putus asa. Cukup putus asa sehingga Nindy memutuskan untuk datang ke tempat di mana tak ada seorangpun yang mengenalinya. Dan di situlah Nindy sekarang berakhir bersama seorang gigolo seksi yang bisa dibilang mata duitan. Nindy menyimpulkan hal itu karena ia mendengar lelaki itu menyebutkan barisan angka yang fantastis. Parahnya lagi Nindy menyesali karena ia sadar jika dirinya langsung mengiyakannya begitu saja. "Baiklah kalau begitu. Di akhir minggu," ucap Gadis itu kemudian dengan balasannya. "Kau tidak pernah mendengar tentang uang muka?" ucap tanya lelaki itu yang tiba-tiba. Dan ucapan itu mampu membuat Nindy langsung terperanjat dari tempatnya sembari menatap lekat ke arah lelaki itu berada. Tatapan Gadis itu lebih terkesan seperti tatapan curiga. "Tentu saja aku tahu tapi aku tidak akan membayarmu di depan!" sergah Gadis itu kemudian yang langsung menolaknya. Dan Nindy langsung bisa melihat tawa lepas lelaki itu yang cukup menggelikan. "Aku mau minta setelah p********n," balas lelaki itu kemudian yang membuat Nindy begitu terkejut hingga Gadis itu pun bergumam. "Apa? rupanya lelaki ini tahu bagaimana menjalankan bisnisnya, Apakah dia tidak percaya padaku?" balas Gadis itu dengan gerutu di dalam hatinya. "Baiklah," akhirnya ucap Nindy yang tampak menyerah. Karena Nindy begitu malas berdebat dengan lelaki itu. Akhirnya Gadis itu segera meraih tas yang ia bawa dan membukanya. Nindy segera merogoh ke dalam tas dan mengambil sebuah amplop yang memang sudah Gadis itu persiapkan beberapa hari yang lalu ketika ia menguntit lelaki itu beberapa hari di tempat hiburan malam tersebut. Untuk sekedar berjaga-jaga. dan ternyata apa yang sempat ia pikirkan terbukti benar. "Aku hanya membawa sejumlah uang tunai, dan semua ada di dalam amplop ini. Jadi untuk saat ini amplop ini akan aku berikan untukmu dan sisanya akan aku berikan di hari terakhir," ucap Gadis itu kemudian sembari mengambil amplop tersebut dan menyodorkan amplop itu ke arah Arga berada. "Uang tunai?" ucap samar lelaki itu yang bertanya. "Iya," balas Nindy dan Gadis itu bisa melihat Arga menganggukan kepalanya. "Jangan khawatir. Sisa uangnya masih ada pada aku. Kau akan mendapatkan p********n penuh setelah kebersamaan kita berakhir nanti," ucap Gadis itu yang menyahut cepat. Nindy kembali melihat tawa lepas lelaki itu saat ia bergerak untuk meraih tangan Nindy. "Kau tahu Nindy?" ucap tanya lelaki itu kemudian yang kembali mendekat ke arah Nindy berada dan membuat Gadis itu kembali hilang akal sehatnya seketika. "A... apa?" tanya Nindy dengan sedikit tergagap. "Mungkin ini terdengar kasar. Tapi aku ingin memberitahumu bahwa kau adalah wanita tidak waras yang benar-benar gila!" ucap lelaki itu kemudian namun saat itu Nindy tidak mengelaknya ia malah menganggukkan kepalanya beberapa kali. "Ya, rasanya memang iya jika kau bilang aku seperti itu maka terserah," sahut gadis itu cepat. "Jadi sudah beres kan sekarang? kalau begitu kembali ke peraturan yang akan aku sebutkan," ucap gadis itu kemudian yang mengingatkan Arga. "Oke silahkan aku masih mendengarkan," balas lelaki itu kemudian. "Pertama, kau harus camkan ini. Aku majikanmu, jadi kau harus selalu mematuhi apa yang aku katakan. Aku adalah pemilikmu untuk 7 hari kedepan. Terhitung mulai besok," ucap Gadis itu pada Arga yang langsung membuat lelaki itu menyangkal seketika. "Kenapa bisa terhitung mulai besok? bukankah kau menyerahkan uang muka itu hari ini? jadi anggap saja mulai hari ini awal perjanjian kita," ucap Arga pada Nindy Namun karena Nindy tidak mau berdebat akhirnya Gadis itu hanya bisa mengiyakan apa yang lelaki itu katakan. "Oke," sahut Nindy segera. Gadis itu lalu bergerak mundur saat lelaki itu bergerak maju ke arahnya. Arga mencondongkan tubuhnya ke arah Nindy berada, ingin memastikan bahwa keduanya berada cukup dekat sebelum ia mengucapkan beberapa kata. "Dan tujuh malam." Ucap lelaki itu kemudian yang mampu membuat Nindy segera kembali bergerak mundur. "Ya... tu... tujuh malam," akhirnya Nindy terpaksa membenarkannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD