"Assalamualaikum..." ujar Januar dengan napas yang masih tersengal-sengal.
"Wa'alaikumsalam... Egh, Bang Januar? Mau ngapain ke sini, Bang?" sahut Jenny yang sibuk memperbaiki dasternya, "Saripah, mana?" tambahnya celingak celinguk mencari keberadaan sang adik ipar dari balik tubuh tegap Januar.
"Lha?! Ipah belum pulang, Jen? Aku ke sini mau nganterin sate ayam yang dari tadi siang dia pesan nih," sahut Januar memperlihatkan kantong plastik berisi sate ayam pesanan Saripah, "Soalnya tadi Aku tungguin di parkiran mall nggak nongol-nongol juga. Makanya aku antar ke sini. Kali aja udah pulang duluan gitu," tambahnya semakin membuat Jenny merasa khawatir.
"Ya, udah deh. Sini titip ke Jenny aja, Bang. Mungkin Ipah masih singgah di rumah temannya gitu. Jadi nggak ketemu sama Ab--"
"Siapa, Sayang? Kok lama banget sih? Buruan Abang udah nggak tahan lag-- Lha, elu? Ngapain lu di sini, hah?! Mau kecengin bini gue lu?!" sanggah Jimmy yang datang dari belakang dan langsung saja mengamuk akibat melihat wajah Januar di depan pintu huniannya.
"Aduh, Bang! Slow dulu kenapa sih? Ini Bang Januar datang mau anterin sate ayam pesenan Ipah. Tadi mungkin dia titip duit gitu kan ke Bang Januar. Jadi mau sekalian pas pulang sewa taksi Grab-nya gitu. Bener kan, Bang Januar?" sahut Jenny sembari memberi kode dengan matanya.
"Iya sih. Emang gitu tadi rencananya. Biasa kalo naik taksi ku sama dua orang teman ceweknya gitu. Si Sulis sama Nanda. Cuma aku tungguin dari tadi di parkiran mall, egh nggak ada tuh mereka bertiga. Jadi aku susulin deh ke kosan Sulis sama Nanda. Lha, nggak ada juga Saripah. Makanya aku ke sini buat anterin amanatnya tuh," sahut Januar membuat Jimmy mulai menanamkan rasa khawatir di dalam hatinya.
"Sayang, Abang mau cari Ipah dulu deh, ya? Kamu tinggal sama Emak di sini nggak apa-apa, kan?" sahut Jimmy yang akhirnya menuturkan rasa kekhawatirannya secara tidak langsung.
"Iya, Bang. Cari deh sono. Lagian ini kan udah jam setengah satu malam. Masa itu mall udah tutup tapi Ipah belum pulang juga? Aneh aja gitu," jawab Jenny dan Jimmy pun bergegas ke kamar untuk mengambil baju, karena memang ia dalam keadaan bertelanjang d**a saat itu.
Alhasil tiga menit kemudian Jimmy dan Januar pun bergegas pergi dari rusun tersebut, namun mereka mengendarai mobil yang berbeda.
Tujuan utama mereka adalah pusat perbelanjaan yang saat ini menjadi tempat Saripah bekerja sebagai Sales Promotion Girl. Hanya dua puluh menit waktu yang di perlukan dan sampailah kedua laki-laki itu di sana.
"Lu tadi udah tanya-tanya sama satpam mall-nya belum, Jan?" tanya Jimmy, saat ia keluar dari dalam mobil.
"Aduh lupa! Aku belum tanya sih tadi, Jim," sahut Januar menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Ck! Ya, udah! Ayo berpencar sekarang!" sahut Jimmy yang bersiap untuk bergerak ke arah kanan, "Gue ke sana, terus elu ke situ. Ngerti, kan? Nanti kalo elu ketemu duluan sama satpamnya? Lu telpon gue aja. Ada 'kan tempo hari Saripah kasih nomor handphone gue ke elu?" tambah sang mantan preman, dengan wajah tanpa senyumnya.
"Oke, Jim. Nanti gue kabarin kalo ketemu duluan sama itu satpam atau Saripah mungkin," jawab Januar mengacungkan jempolnya.
Maka aksi mencari pun dimulai saat itu juga. Sebagai seorang Kakak, Jimmy benar-benar tak yakin dengan firasat buruk yang kian mendera dalam batinnya. Oleh sebab itu ia pun mulai merapal sejumlah doa untuk keselamatan sang adik.
Sementara itu Januar pun tak kalah persisnya dengan Jimmy, bahkan ia sampai berniat akan membujuk Jimmy agar mau memberi izin padanya untuk mempersunting Saripah secepatnya.
"Aku nggak bakalan izinkan kamu kerja lagi kalo kita menikah, Pah. Aku nggak rela hal gila macam kayak begini kejadian lagi!" batin Januar terus berjalan tak tentu arah, " Aku akan buat kamu bahagia, Pah! Apa pun caranya pokoknya kalo kita nikah, kamu pasti nggak akan sengsara!" lanjutnya memupuk tekad.
Sayangnya takdir berkata lain, ketika mata hitam pekat sopir online itu menangkap sesuatu yang aneh dari jarak lima belas meter dari tempatnya berdiri.
"Buset! Itu orang siapa kenapa tuh? Kok malam-malam ngangkat orang pingsan dalam mall begini?" batin Januar, yang memang menangkap rambut panjang seorang wanita tergerai.
Posisi pria itu membelakangi Januar dan jarak yang lumayan jauh, membuat matanya tak terlalu melihat wajah si wanita.
"Woi! Itu Ade gue, kan?! Brengsekkk...!"
Namun dari lorong sebelah kiri di lantai satu menuju ke basement, tiba-tiba saja Jimmy Waluyo muncul dengan teriakkan mengelegarnya.
"Astaga! Jadi itu Saripah?! Sialannn...! Hei, berhenti kauuu...!" ujar Januar yang mulai membesarkan intonasi suaranya.
Aksi kejar-kejaran lantas terjadi, akibat ulah sang manager gila yang memakai jaket berbahan latek dengan penutup kepala itu.
"Lho! Pak Den--"
"Awas, Pakkk...!"
Brughhh...
Sayangnya takdir kali ini tak berpihak pada diri manager tersebut, karena memang lorong dalam sebuah Pusat Perbelanjaan itu bukan hanya terdapat satu atau dua saja.
Sehingga dari arah berlawanan muncul dua orang pria yang memakai seragam hitam putih, dan tentu saja mereka adalah petugas keamanan dalam pusat perbelanjaan tersebut.
Denis Prasetyo terjatuh bersama tubuh tak sadarkan diri Saripah Waluyo, namun sepersekian detik kemudian Jimmy sudah menanggalkan kewarasannya dan menghajar sang manager dengan membabi buta.
Brughhh... Brughhh... Brughhh...!
"Brengsekkk...! Lu apain Ade gue, hah?! Mati lu, Bajingannn...! Gue bunuh lu sekarang jugaaa...!"
Brughhh... Brughhh... Brughhh...
Sementara Januar dengan cepat meraih tubuh Saripah yang pingsan, dan telinganya pun ia letakkan di d**a pujaan hatinya itu.
"Alhamdulillah! Masih ada detaknya!" pekik Januar segera memeluk Saripah yang terlihat lebam di wajahnya, "Pah, kamu kenapa? Bangun, Sayanggg...! Kamu kenapaaa...?! Jangan bikin aku khawatir kayak gini, Ipah! Bangunnn...! lanjutnya menggoncang-goncangkan tubuh Saripah.
"Bowo, tolongin gue! Pukul orang ini pake pentungan lu! Cepattt...!"
Sementara itu dua orang satpam yang bertugas tadi, segera melerai perbuatan membabi buta dari seorang Jimmy Waluyo. Bahkan salah satu dari mereka, kini memukul punggung belakang Jimmy dengan pentungan yang ada di pinggangnya.
Melihat situasi seperti itu, Januar dengan cekatan mengangkat tubuh tak berdaya Saripah dengan kedua lengan kokohnya. Lalu pergi secepat kilat dari sana, tanpa memedulikan Jimmy yang akhirnya dikeroyok oleh kedua satpam tersebut.
"Saripahhh... Sebenarnya kamu kenapa?! Tolong bertahan, Sayanggg...?! Kita pergi ke Rumah Sakit sekarang, ya?" lirih Januar dengan jutaan rasa khawatir dalam hatinya.
Maka tak sampai tujuh menit kemudian, Januar sudah menidurkan Saripah di jok tengah mobil Grab-nya dan bergerak meninggalkan pusat perbelanjaan tersebut.
"Maafin aku, Jim! Nyawa Saripah lebih penting kali ini. Kamu itu mantan preman, jadi aku yakin banget kalo kamu pasti bisa bertahan dan melawan mereka semua tadi," gumam Januar yang merasa bersalah, karena meninggalkan Jimmy bertarung sendirian di sana.