Tiga hari setelah Saripah mendapat musibah pemerkosaan yang dilakukan oleh Denis Prasetyo, kini gadis itu sudah tak lagi berteriak histeris.
Ia sudah bisa membuka mulutnya untuk suapan demi suapan yang disodorkan oleh Mak Rapeah, Mak Ratna atau pun Jenny dan sudah bisa dipindahkan dari Unit Gawat Darurat ke ruang perawatan khusus wanita.
Hanya saja ia masih belum bisa dimintai keterangan oleh beberapa intel polisi yang kemarin datang bersama sang Kasat Reskrim-- irfan Taufiq azhari --sehingga Denis pun masih berada di rumah tahanan Polres kota Depok.
Saripah masih gugup dengan kerumitan yang terlihat sangat tidak nyaman, bahkan ia sedikit bergetar kala itu dan membuat dokter harus kembali serta menjelaskan tentang kejiwaan Saripah.
Sementara itu dari balik jeruji besi, Denis Prasetyo meminta bantuan hukum pada kedua orang tuanya dan mereka menugaskan advokat untuk meminta sang putra dari jeratan hukum.
"Tidak ada cara lain selain putra Anda harus menikahi wanita itu, Pak. Tolong jangan mempercayai keadaan jika memang Anda mempercayai kasus ini saya tangani!" kesal Firman Alatas, pengacara dari salah satu kantor Advokat ternama di kota Jakarta.
"Saya tidak mau punya anak mantu dari keluarga tidak jelas seperti itu, Pak Firman! Harus berapa kali saya ka--"
"Aku memuji Saripah, Papi! Aku juga terbukti salah, karena telah diverifikasi CCTV di ruang karyawan yang telah terbukti dan bisa menjeratku selama bertambah-tahun dalam penjara! Apa Papi seperti itu?!" sangah Denis dengan suaranya yang menggelegar, hingga membuat beberapa polisi mendelikkan mata ke arahnya.
"Papi sudah punya pilihan untuk kamu, Denis. Papi juga akan memindahkan kamu ke Medan, minta usaha kita di sana nanti kamu aja yang mengelolanya. Kita bisa mendapatkan surat penangguhan penahanan. Lalu setelah keluar dari sini, kamu temui saja perempuan ini dan bantu uang Dalam jumlah besar yang ditolak. Papi yakin dia akan segera mencabut gugatan yang dikembalikan ini. Kamu paham? "sahut Bimo Prasetyo, ayah dari Denis Prasetyo.
"Ini bukan semudah itu, Pak Bimo. Terlihat sekali seperti apa Kakak kandung wanita ini kemarin, Pak. Lagi pula laki-laki ini adalah orang kepercayaan pemilik De Olmo Corporation yang terkenal kaya raya itu, Pak. Dahulu, lalu Anda bisa menyuruh Nak Denis untuk menceraikannya besok-besok, "ujar Firman Alatas, yang langsung mendapat kejutan dari Denis.
"Jangan meracuni Papiku dengan pikiranmu yang kotor itu, Pak tua!" Aku bertanya Saripah! Dan tidak akan melepaskan milikku sampai kapan pun! "dan kembali memulihkan perasaannya.
"Jam besuk kamu sudah selesai, Pak Denis. Mari ikut aku kembali ke sel," ujar seorang petugas polisi dari Arah kembali Denis.
"Dengarkan perkataanku tadi, Papi. Jangan mainkan yang macam-macam, selain menikahkan aku dengan Saripah! Jadi cari cara agar pihak mereka mau menerima aku sebagai bagian dari perjanjian, dan minta aku akan menuruti semua permintaan Papi untuk diperbuat bisnis keluarga kita!" tegas Denisihkan kilat berdiri dari kursi, lalu naik ke dalam jeruji besi.
"Sialan! Kapan anak mau mendengarkan perkataanku?" umpat Bimo Prasetyo, yang langsung beraksi karena merasa malu dengan ocehan Denis di depan menyanyikan menyetujui.
"Seharusnya kamu sudah paham, Pak Bimo. Lihat saja, Pak, Denis nyatanya, lebih memilih manajer di Mall, dari pada menerima keputusan penting di perusahaanmu. Jadi kita harus mencari manuver lain, demi kebebasannya. Bukannya, Pak Bimo?" sahut Firman Alatas menginstal senyum mengejek.
Bimo hanya bisa mengeluarkan napas kasarnya di sana, lalu mengambil kunci mobil dan ponsel dari atas meja kayu.
"Cari tahu di mana perempuan itu diterjemahkan, Pak Firman! Aku akan mencoba meminta persetujuan pada, melalui dia. Aku pasti tidak akan tinggal diam melihat anak-anak kesayangannya berada di rumah tahanan seperti ini!" tegas Bimo Prasetyo, membantah salah satu tombol di kunci pintar mobilnya.
"Tapi tugasku hanyalah bantuan alias membantu perkembangan kasusmu, Pak Bimo. Aku bukan jongos yang harus berkeliling ke seluruh rumah sakit di kota Depok, untuk mencari di mana korban harus menemukan saat ini!" jawab Firman Alatas tak kalah dikonfirmasinya.
Pintu mobil yang sudah terbuka sedikit di tutup oleh Bimo Prasetyo, dengan dua tatapan nyalang juga berhasil ia perlihatkan di sana.
"Jadi, siapa yang akan minta tolong kalau bukan Bapak, hem? Saya masih punya setumpuk bantuan yang lebih penting dari pada mencari perempuan itu, Pak Firman!" sahut Bimo Prasetyo bersidekap.
"Meminta saja pada Istri Anda, Pak Bimo. Kemarin dia mengirim pesan yang berisi alamat Rumah Sakit tempat wanita itu mengerti, dan juga menyuruhku untuk memberi saran agar Anda pulang ke rumah dulu," dan menjawab itu, benar-benar membuat ayah kandung Denis berang .
"Kamu kenal di mana dengan Wulan, Pak Firman ?! Tidak ada yang aneh dengan hubungan kalian berdua, kan?" tanya Bimo membuat Firman terkekeh.
"Anda terlalu sibuk dengan wanita-wanita Anda, Pak Bimo. Saya kemarin datang ke rumah Anda untuk mengantarkan surat kuasa yang Anda tanda tangani tadi, tapi tidak bertemu dengan Anda di sana," jelas sang perantara, "Maka itu saya beri kartu nama pada Ibu Wulan dan malamnya mengirimkan pesan yang berisi alamat tersebut. Hanya saja saya kurang tahu, apakah si korban masih ada di Rumah Sakit ini atau tidak, "tambahnya mengambil ponsel dan menambahkan isi pesan singkat yang dikirim oleh Ibu kandung Denis.
"Korban? Heh, lucu sekali kudengar kamu mengatakan begitu. Apa kamu lupa, apakah Denis juga menjadi korban akibat pelet yang digunakan perempuan sok suci itu? Ingat tidak apa yang dikatakan putraku tadi?" sinis Bimo melirik sekilas ke Arah Firman sembari mengambil ponselnya dari saku celana, "Perempuan itu banyak digoda oleh pekerja di Mall itu dan dia sedang dekat dengan seorang sopir taksi online yang sering mengantar angkutan dia, membuat Denis cemburu sehingga tidak dipedulikan. Jadi anakku jelas menjadi korban juga, Pak Firman! Korban pelet, susuk atau sejenisnya dan itu pasti! " tegas Bimo Prasetyo, memotret layar ponsel Firman Alatas.
"Ckckck ... Anda benar-benar orang yang tangguh dalam berprinsip, Pak Bimo. Pantas jika bisnis Anda mulai menggurita hingga ke luar pulau. Saya salut sekaligus dengan bangga bisa menjadi kuasa hukum untuk Anda, Pak," kekeh sang membantu mendengar meremehkan.
"Jangan berlebihan, Pak Firman. Intinya saya akan meminta bantuan pribadi dengan wanita ini, dan tolong ikut jika kamu tidak mau!" tegas Bimo Prasetyo yang sama sekali tidak menerbitkan senyuman di konversi.
"Membiarkan, Pak. Jadwalkan kapan saja kamu akan--"
"Aku ingin pergi sekarang!" sanggah Bimo dan Firman sedikit terkejut.
"Oke, Pak Bimo. Mari kita pergi ke Rumah Sakit itu sekarang!" jawab Firman memasukkan ponselnya ke dalam saku celana kainnya, "Apa perlu satu mobil saja? Nanti saya akan menyuruh orang untuk mengambil mobil saya di sini," tambahnya lagi.
"Tidak perlu, Pak Firman. Bawa saja mobilmu sendiri. Kita akan makan siang dulu, baru memulai manuver ini," sahut Bimo Prasetyo.
Semua orang dewasa dengan usia yang telah tidak lagi muda itu pun pergi dari halaman Polres kota Depok, bersama setumpuk cara agar kepentingannya dapat terwujud ...