4. Cinta dari masa lalu

2047 Words
Melihat wajah kesal bercampur cemburu dari suaminya. Pada akhirnya Rosalind kembali memeluk sang suami dan tidak lupa mendongakkan kepalanya untuk menatap wajah tampan bercampur kesal di wajah suaminya itu. "Tentu saja aku yang akan menjagamu, My King," Perkataan Rosalind membuat Alex segera menoleh ke arah Rosalind yang tengah tersenyum begitu manis pada dirinya. "Kau ini." Alex tersenyum kecil dipeluknya tubuh mungil istrinya membuat Rosalind terkekeh dengan lucunya." Ngomong-ngomong aku tidak pernah mendengar panggilan itu lagi?" "Ya. Dan sekarang aku akan selalu memanggilmu, My King. Karena kamu memang adalah Raja di hatiku," "Dan kamu adalah, My Queen. Ratu di hatiku," balas Alex. Marvin menatap kesal saat kemesraan kedua orang tuanya seakan tengah diumbar di depannya. "Ya. Ya. Ya, anggap saja aku tidak ada." Kesal Marvin yang memancing tawa kedua orang tuanya. "Makanya menikah dong." Ejek Alex membuat Marvin mendengus kesal sambil melangkah meninggalkan kedua orang tuanya. Di kamar. Marvin menghempaskan tubuhnya di atas ranjang besarnya. Pria itu menatap sinar rembulan yang menerpa wajahnya. Perkataan Alex kembali terngiang di dalam benaknya. Bukan hanya itu saja, bayangan Fenia kembali terlintas di dalam pikirannya setelah sekian lama. Ya, sekian lama Marvin melupakan sosok gadis kecil itu. Marvin kembali mengelengkan kepalanya sambil mengusap wajah lelahnya itu. "Tidak. Kau tidak boleh kembali mengingat dirinya lagi Marvin, ingat kau dan dia tidak akan pernah bisa bersatu. Karena dia hanyalah cinta dari masa lalumu saja." Batin Marvin yang kembali berbaring dan tidak lupa Marvin menutup wajahnya mengunakan bantal. Malam semakin larut hingga Marvin tertidur tanpa ada niatan untuk mengganti pakaiannya terlebih dahulu. ***** Pagi kembali menjelang. Begitupun Fenia yang harus kembali beraktivitas. Fenia menuruni anak tangga satu persatu, di pagi hari Fenia akan sarapan bersama kedua orang tuanya. Karena hanya Fenia yang ada bersama kedua orang tuanya, sebab Fenny. Kakaknya sudah memiliki keluarga kecil sendiri. Hal itulah yang membuat Fenia hanya tinggal bersama kedua orang tuanya. "Pagi Mom, Dad?" Fenia duduk disisi kursi sebelah kiri menatap kedua orang tuanya yang tidak lain adalah Alvaro dan Fanny. "Pagi Princess!" Fanny dan Alvaro menyapa balik putri mereka. Sehingga ketiganya sarapan bersama-sama, tidak ada percakapan apapun saat mereka tengah makan. Setelah menyelesaikan sarapan mereka. Kini Alvaro dan Fanny menatap putri mereka dengan tatapan ingin tahunya. "Bagaimana harimu saat bekerja di perusahaan Archelaus, Sayang?" Tanya Alvaro yang tengah menatap putri kecilnya dengan lekat. "Hari-hari Fenia tentu saja membahagiakan Dad. Apalagi Daddy tahu sendiri bahwa niat Fenia bekerja di perusahaan Archelaus karena adanya Kak Marvin. Dialah orang yang membuat Fenia bisa melupakan dan mampu untuk mengubah cita-cita Fenia sendiri." Ujar Fenia dengan senyuman tulusnya. Alvaro dan Fanny tersenyum seduh saat melihat pancaran keinginan di wajah putri mereka. Pancaran akan harapan yang begitu besar, harapan keduanya hanyalah satu. Semoga suatu hari nanti Marvin bisa kembali membuka hatinya untuk sosok Fenia, putri kecil mereka. Sejak dulu, putri bungsunya memang tidak pernah meminta apapun pada mereka, lantas bisakah Tuhan mengabulkan sedikit saja keinginan putrinya untuk bersama kembali dengan orang yang putrinya cintai. Alvaro tersenyum kecil diusapkan puncak kepala Fenia, Alvaro tidak pernah menyangka bahwa kini kedua putrinya sudah tumbuh sedewasa saat ini. "Daddy do'akan semoga keinginan putri kecil Daddy ini bisa terwujud." Doa Alvaro pada sang putri. "Amin," gadis itu menjawab doa Alvaro dengan cepat. Ketiganya kembali diam, hingga Fenia dan Alvaro pada akhirnya berpamitan untuk bekerja. Meninggalkan Fanny di dalam mansion bersama para pekerja lainnya. ***** Di perjalanan sesekali Fenia dan Alvaro akan melempar candaan. Seakan keduanya bermaksud untuk mengisi keheningan di antara mereka. "Sayang?" Alvaro memanggil sambil sesekali menoleh pada Fenia. "Ya!" "Semalam. Daddy bertemu Paman Alex," Ucapan Alvaro membuat Fenia menatap fokus pada sang Daddy. "Maksud Daddy. Pa..!!! "Ya. Papa dari pujaan hatimu." Alvaro membenarkan ucapan putrinya. "Bagaimana mungkin?" "Tentu saja mungkin, karena Daddy yang mengajak Paman Alex untuk bertemu." Alvaro menghentikan mobilnya disisi jalanan agar tidak menghalangi pengendaraan lainnya. "Daddy?" Fenia menatap tidak percaya pada sang Daddy. Alvaro tersenyum tipis sambil mengusap puncak kepala Fenia. "Daddy melakukan ini, karena Daddy ingin melihat kebahagiaanmu sayang. Sejak dulu kamu tidak pernah meminta apapun pada Daddy dan sejak itulah Daddy bertekad akan melakukan berbagai cara untuk membahagiakan dirimu. Tapi sayangnya, kebahagiaan putri kecil Daddy hanya ada pada Marvin. hal itulah yang membuat Daddy bertekad untuk memperbaiki semuanya. Meskipun selama 10 tahun lamanya tetap tidak ada perubahan apapun." Ungkap Alvaro. Pria paruh baya itu mengusap kasar wajahnya merendam rasa kecewa di hatinya. Hal itu membuat Fenia hanya bisa terdiam seakan diam adalah hal yang tepat untuk dirinya. "Selama 10 tahun ini. Daddy mencoba untuk meminta maaf, tapi sayangnya. Keras kepala seorang Alex memang sangatlah kentara. Pria itu benar-benar tidak memiliki toleransi apapun lagi. Dendamnya sudah sangat membara akan sulit untuk diperbaiki. Hal itulah yang membuat Daddy takut, takut melihat putri kecil Daddy terluka. Itulah sebabnya, semalam Daddy bertekad untuk menemuinya. Tadinya Daddy ingin menjemputmu tapi kebetulan Stevan mengajukan dirinya untuk menjemputmu. Itulah sebabnya, Daddy memilih menemui Alex meskipun awalnya Alex sempat memaki bahkan membentak Daddy. Tetapi, Alex tetap datang untuk bertemu dengan Daddy meskipun pertemuan kami tidak berujung dengan baik." Perkataan Alvaro membuat kedua mata Fenia seketika berkaca-kaca. Gadis itu benar-benar tidak menyangka bahwa Daddy-nya akan dengan sukarela melakukan hal ini untuk dirinya. "Daddy. Fenia Sayang Daddy. Terimakasih untuk segalanya." Gadis itu terisak memeluk Alvaro dengan perasaan yang begitu bahagia. Ia tidak pernah menyangka bahwa Alvaro akan melakukan hal seperti ini hanya untuk dirinya. Bayangkan saja betapa bahagianya Fenia saat Alvaro begitu mengkhawatirkan dirinya sampai seperti ini. Alvaro tersenyum dan ikut tersenyum demi untuk menutupi rasa sedihnya. Cukup Alvaro saja yang tahu bagaimana murkanya Alex semalam dan bagaimana kebencian Alex pada keluarganya. "Apapun akan Daddy lakukan demi dirimu Sayang." Bisik Alvaro ditelinga Fenia," Meskipun Daddy harus melakukan lebih dari ini. Daddy akan terus berjuang untuk meruntuhkan kebencian itu. Karena Daddy ingin kau bahagia bersama dengan pujaan hatimu." Batin Alvaro penuh tekat. **** Flashback On Malam itu Alvaro menghubungi Alex untuk bertemu. Awalnya Alex menolak mentah, tapi nyatanya Alex datang itu semata-mata karena Alex tidak mau bahkan tidak sudi melihat Alvaro menginjakkan kakinya di kediamannya. Hal itulah yang membuat Alex datang, karena Alvaro tahu bahwa Alex tidak mungkin akan mengijinkan dirinya untuk datang ke kediamannya. Awalnya Alvaro kira itu adalah momen terbaik untuk meminta maaf pada sahabatnya itu. Tapi sayangnya, pertemuan itu justru berujung kebencian yang semakin besar padanya. Alex memang datang menemuinya, tapi bukan datang atas keinginan pria itu tapi lebih tepatnya Alex datang karena rasa ingin membunuhnya itu. "Sekali lagi kau menganggu keluargaku atau mengangguku. Aku pastikan bahwa kau akan kehilangan menantumu itu." Tatapan Alex itu bukan sekedar ancaman, tapi lebih tepatnya keinginan yang memang sudah sedari awal ingin Alex lakukan." Camkan ini baik-baik b******n. Aku benar-benar tidak bermain-main dengan ucapanku jadi berhati-hatilah." Alex melepaskan cengkraman dikerah baju Alvaro sambil melangkah mundur. "Kenapa kau begitu keras kepala Alex? Padahal kita adalah sahabat sedari dulu!" "Sahabat kau bilang?" Alex berbalik badan menatap Alvaro dingin." Sahabat macam apa yang tega menipu bahkan mengkhianati sahabatnya sendiri. Sahabat mana yang tega membohongi sahabatnya sendiri, sahabat yang mana yang dengan tega memberikan kebahagiaan semu. CK, kau sungguh MENYEDIHKAN Alvaro," sinis Alex. Alvaro memejamkan kedua matanya ia jelas tahu bahwa perbuatannya memang sudah sangatlah salah, tapi ini juga diluar keinginan Alvaro. Ia memang bersalah karena telah membohongi Alex, tetapi Alvaro juga tidak tahu bahwa kebohongannya akan berakibat fatal seperti saat ini. "Maafkan aku. Aku benar-benar menyesali semuanya." Ujar Alvaro membuat Alex menatap sinis pada Alvaro. "Maaf mu sudah tidak ada artinya lagi dan sampai kapanpun aku tidak akan pernah memaafkan dirimu!" "Tapi bagaimana jika putra dan putri kita justru yang akan menyatukan kita kembali?" "Itu tidak akan pernah terjadi. Karena sebelum itu terjadi aku akan menjadi tembok untuk keduanya bersama." Tekan Alex. "Ku mohon berhentilah egois Alex. Kau tidak tahu betapa menderitanya anak-anak kita." Alvaro masih berusaha untuk mengubah pendiriannya Alex. "Kau bilang aku egois? Sadarlah Alvaro, disini. Kaulah orang ter-egois yang pernah aku kenal. Dan satu lagi, putraku sama sekali tidak menderita ia justru mendukung penuh akan keputusanku ini." Kata Alex. "Iya. Aku egois. Aku memang egois sejak dulu bahkan kau pun egois Alex. Sedari dulu kau maupun aku sama-sama egois disini." Alvaro menaikkan intonasi suaranya hal itu membuat Alex kembali murka. Tanpa bisa dicegah lagi. Alex mendaratkan satu bogeman mentahnya ke perut Alvaro membuat Alvaro meringis menahan sakit. Setelah itu Alex melangkah pergi meninggalkan Alvaro yang saat ini juga tengah menatap kepergiannya. Flashback Off ****** Keduanya telah tiba di perusahaan Archelaus. Fenia turun dari mobil Alvaro dengan senyuman manisnya. "Hati-hati di jalan ya Daddy," Pesan Fenia dibalas anggukan patuh dari Alvaro. "Iya, Daddy akan hati-hati. Princessnya Daddy juga harus hati-hati." Pesan Alvaro balik dibalas anggukan dari Fenia. Gadis itu melangkah pergi setelah melambaikan tangan pada Alvaro. Alvaro yang berniat menjalankan mobilnya seketika terhenti saat melihat sosok Marvin yang baru saja keluar dari dalam mobil. Tanpa bisa dicegah lagi, Alvaro segera keluar dari dalam mobil dan melangkah cepat menghampiri sosok Marvin. "Marvin tunggu?" Panggilan Alvaro menghentikan langkah kaki Marvin. Pria itu berbalik badan dan seketika kedua matanya menemukan sosok Alvaro. Marvin menatap dingin pada pria paruh baya yang ada di hadapannya saat ini. "Marvin. Saya tahu, saya salah. Tapi bisakah kau mendengarkan penjelasan ku terlebih dahulu. Aku su...!!! "Aku rasa, aku tidak perlu repot-repot untuk mendengarkan hal apapun dari mulutmu itu. Karena bagiku ucapan mu itu semua hanyalah omong kosong." Alvaro menghentikan ucapannya saat Marvin memotong dengan cepat perkataannya. "Marvin. Kau harus tahu nak, bahwa Fenia tidak ada sangkut pautnya dengan masalah yang pernah terjadi di antara keluarga kita. Saya mohon, percayalah padaku, Fenia tidak ada sangkut pautnya dengan kebohongan ini. Sayalah yang bersalah disini, jadi saya mohon jangan pernah membenci Fenia karena ia tidak pernah bersalah disini," Mohon Alvaro dengan wajah menyedihkannya itu. Marvin mendengus membuang muka ke arah lain. "Untuk apa aku mempercayai orang yang sudah berani menipuku. Aku tidak akan pernah lagi terkecoh oleh kebohongan yang kau lakukan 10 tahun yang lalu padaku dan juga pada keluargaku. Tuan Anindito yang terhormat." Sinis Marvin yang memilih melangkah pergi tapi nampaknya Alvaro tidak mau membiarkan ia pergi begitu saja. "Marvin tunggu!" Alvaro menahan bahu kokoh milik pria tampan dihadapannya itu." Saya tahu sebenci dan sedendam apapun kamu pada keluarga saya. Tetap saja, kau tidak akan bisa membenci orang yang kau cintai. Karena saya tahu di dalam lubuk hati terdalam mu kamu sebenarnya sangat mencintai Fenia lebih dari apapun." Ucapan Alvaro memang sempat menyentil hati Marvin tapi lagi-lagi pria itu memilih untuk mengelak dari tuduhan itu. Marvin menjauhkan tangan Alvaro dari bahunya. "Sayangnya itu tidaklah benar. Cinta saya kepada Fenia sudah terkubur lapak, hingga tidak akan ada seorangpun yang bisa membuka atau menyentuhnya." Alvaro tersenyum sambil menepuk bahu kokoh milik Marvin. "Mulut memang mudah untuk mengucapkan, tapi hati tidak bisa berbohong. Jika kamu mengatakan bahwa tidak akan ada yang bisa membuka atau menyentuhnya. Maka kau salah besar, karena Paman yakin orang yang bisa menyentuh dan membuka hatimu adalah orang yang sama, Orang yang membuat kau jatuh cinta untuk pertama kalinya. Meskipun kau berusaha untuk mengelak, tapi percayalah bahwa ada saatnya kamu akan menyadari bahwa hatimu akan tetap memilih dia yang pernah menjadi cinta dari masa lalumu." Ucapan Alvaro membuat Marvin menepis tangan Alvaro dari bahunya. "Terlalu percaya diri itu tidak baik Pak tua." Sinis Marvin tapi sayangnya ucapan sinis Marvin dibalas senyuman dari Alvaro. "Pria muda 10 tahun yang aku kenal ternyata sudah banyak berubah. Kau semakin matang dan sangat cocok untuk putri kecilku. Jika dulu kau menikah dengan Fenny aku mungkin akan menjadi orang yang paling menyesal di dunia ini. Kau tahu kenapa? Karena orang yang pantas bersamamu adalah putri bungsuku. Putri bungsuku yang masih berusia 4 tahun sudah menyukai anak remaja yang ia temui. Putri bungsuku mencintaimu setulus hatinya, andai saja dulu kau menikah dengan Fenny belum tentu kau akan merasakan kebahagiaan itu." Kata-kata Alvaro memang berhasil membungkam sosok Marvin." Percayalah padaku atau jika kau tidak percaya padaku. Maka percayalah pada hatimu sendiri. Aku pergi dulu." Alvaro tersenyum sambil menepuk puncak kepala Marvin yang masih saja bungkam disana. Hingga langkah kaki Alvaro yang mulai menjauh, barulah Marvin menyadari kebodohannya yang sempat tidak berkutik saat ini. Marvin mengepalkan kedua tangannya menahan semua rasa sakit dihatinya. Rasa yang tidak akan ada seorangpun yang mengetahui isi hatinya yang sebenarnya. Disisi lain Olivia yang baru saja turun dari mobilnya menatap sosok Marvin yang masih berdiri menatap ke arah jalanan. "Itu Pak Marvin ngapain ya disana." Merasa ingin tahu, Olivia melangkah untuk mendekati seorang Marvin. Pria pujaan hatinya itu. TBC,
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD