As-4

1443 Words
Yastha memandang penuh selidik pada sosok wanita yang baru saja keluar dari sebuah Cafe, siang ini.  mobilnya berhenti untuk memastikan sesuatu. Dia yakin, wanita yang berdiri di depan Cafe itu. Wanita yang selama ini dicarinya. Meski Hampir lima tahun dia tidak melihat Sabil, tidak ada perubahan sedikit pun darinya hanya badannya semakin berisi, dia yakin itu karena sabil sudah melahirkan Anak-anak mereka. Sementara itu, sabil terus berjalan, hari ini penampilannya sedikit rapi karena akan bertemu dengan klien yang meminta bakerynya mengisi beberapa menu Dessert dan customs Cake Wedding Untuk salah satu Wedding besar yang akan diadakan di Bandung bulan depan. Kebetulan hari ini mobilnya sedang dibengkel untuk Service rutin, dia harus menunggu seseorang yang janji akan jemputnya. Sabil mengempit Ponsel miliknya dengan bahu dan telinganya "Nada, tolong jemput si kembar untukku ya!" Tangan dia tetap sibuk mengecek perlengkapan untuk presentasi nanti dengan Wedding Organizer yang bekerja sama dengan toko bakery miliknya. "Bisa kok, kebetulan nih aku Gak jauh dari tempat si kembar, hari ini kamu jadi ketemu Reza?" Jawab Denada di seberang telepon "Iya, tadi Reza meneleponku secara mendadak. ada kliennya yang minta ganti tema Cake Wedding sekalian diskusikan menu dessert apa aja yang akan di minta" "Semoga lancar tidak dapat klien yang rewel dan menyebalkan kali ini, By The Way kamu ke sana naik apa? Bukannya mobil lagi dibengkel ya?" Sabil terkekeh "Reza jemput" "Waw say, sepertinya Reza belum menyerah modus-in kamu, sabil" Ada suara cekikikan dari seberang telepon siapa lagi kalau bukan dari Denada, semua pekerja Cafe dan Bakery sangat tahu bagaimana pria tampan itu mendekati dirinya. Sabil memang tidak menceritakan statusnya yang masih menjadi istri dari suaminya, baginya itu akan membuka luka lama. Jadi biarlah orang beranggapan dia janda beranak dua, lagi pula hanya Denada dan Chandra yang tahu soal masa lalunya dan beruntungnya sabil, karena kedua kakak beradik itu sangat menjaga privasinya. Sehingga tidak umbar cerita pribadinya ke sana kemari tentang masalah rumah tangganya. Suara klakson menyita perhatiannya, sebuah Audi hitam berhenti tepat di hadapannya, kaca Jendela mobil perlahan turun melihatkan pemilik-nya. Lalu Reza membuka pintu mobil untuk menghampiri sabil, seperti biasa. Pria tampan itu mengecup kedua pipi sabil setiap bertemu. "Hai sabil, Sori terlambat sedikit. Sebaiknya kita segera berangkat, klien kita sudah On The Way" sapanya Sabil tersenyum, segera masuk ke dalam mobil yang sudah dibukakan pintunya oleh Reza, gentel. pikirnya Apa yang ditangkap oleh indra penglihatannya kali ini sungguh membuat Dia terbakar emosi, dia mencengkeram setir mobil begitu kuat, bahkan kuku-kuku jarinya tercetak di setir mobil yang terbuat dari kulit asli tersebut. "s**t! jadi selama ini kamu menjalani hidupmu dengan tenang sedangkan ak-aku--" Yastha tertawa kencang menertawakan dirinya sendiri. Namun hanya beberapa detik, tawa itu lenyap begitu saja menggantikan senyum tipis miliknya. Dia segera menjalankan kembali mobilnya, berniat akan ikuti mobil tersebut, namun diurungkan karena ada satu hal yang perlu dia pastikan dulu. pikirnya. lalu meninggalkan tempat tersebut. *** Anak laki-laki kembar tersebut menunggu dengan jenuh, sudah hampir setengah jam dia duduk dekat pos keamanan sekolahnya namun bunda yang di tunggu tidak datang menjemputnya. "Abang aku bosan menunggu, bunda lupa jemput kita ya?" Ucap sang adik yang kini matanya sudah berkaca-kaca "aku lapar abang" Keduanya duduk dengan kedua kaki yang terus mengayun "bunda tidak akan lupa menjemput kita, tunggu sebentar jangan cengeng" Sepertinya ucapan abangnya berhasil mereda tangis yang akan keluar dari adiknya. Sampai beberapa menit kemudian, dua mata Adhitya memandang pada seberang jalan yang tak jauh dari sekolah, disana ada mini market dan mungkin akan menemukan sesuatu untuk meredakan rasa laparnya. Dia melompat dari kursi lalu berlari ke tujuannya, Adhinka yang melihat adiknya secepat itu bergerak terkejut dan mencoba mengejar adiknya, "Adithiya, mau ke mana? Adit berhenti... abang bilang tunggu!" lalu Adhinka melihat ada mobil yang sedang melaju ke arah adiknya, dan dia sadar adiknya tidak melihat, dan-- 'Citttttttt,...buk' "ADHITYA" teriak histeris dari Adhinka "Hai Boy, are You oke" ucap pria dewasa tersebut masih memeluk Adhitya Tangannya terus menepuk-nepuk pipi Adhitya, lalu pandangan matanya teralih kan ketika ada anak laki-laki lain mendekat padanya sambil terisak lalu memeluk anak yang ada di pelukannya. "adik saya kenapa om? Adhitya bangun, pasti bunda jemput kita sebentar lagi. Nanti abang dimarahi bunda karena gak bisa jaga kamu" Yastha, Ya pria itu, Yastha yang baru saja selamatkan anak kecil tersebut, Yastha baru saja keluar dari mobil untuk mampir ke sebuah minimarket, namun dia melihat seorang anak kecil yang menyeberang dengan ceroboh, hatinya menggerakkan raganya untuk segera berlari selamatkan anak tersebut. Tepat saat mobil itu mengerem, saat itu juga Yastha memeluk anak kecil tersebut yang tak lain Adhitya dan beruntungnya mobil tersebut hanya menyenggol tubuhnya dengan pelan mengakibatkannya sedikit terguling. Yastha berganti memandang anak kecil yang baru di selamatkan dan juga anak kecil yang menangis sekarang "Hai nak, kalian kembar?" Adhinka menganggukkan kepalan sambil masih terus terisak "Iya om, dia adikku" Yastha membawa tubuh Adhitya ke sisi jalan "dimana orang tua kalian? Tenanglah adikmu tidak terluka, dia pasti hanya shock, kamu punya nomor telepon orang tuamu? Biar om hubungi."  Adhinka mengangguk pasti, lalu menyebutkan nomor bundanya. Yastha terkejut melihat kecerdasan anak seusianya tersebut lancar, hafal deretan nomor telepon orang tuanya. Cerdas sekali. "Tunggu di mobil om bersama adikmu ya Sayang, biar om coba telepon..." Yastha meletakkan Adhitya di kursi belakang lalu membantu Adhinka naik ke tempat yang sama. "Bunda, om" ucap lantang Adhinka begitu melihat pria yang menyelamat-kan adiknya tersebut kebingungan memanggil nama orang tuanya" Yastha tersenyum lembut lalu mengelus puncak kepala anak laki-laki tersebut, entah mengapa hatinya berdesir kala setiap bersentuhan dengan kedua anak tersebut. Rasa rindu dihatinya terasa terobati 'mungkin anak-anakku seusia mereka' pikirnya. Sudah berulang kali Yastha mencoba menghubungi nomor tersebut namun nihil, tak Satu pun dijawab. Orang tua macam apa yang membiarkan anaknya berkeliaran sendirian? Bagaimana kalau ada yang menculik atau sakiti mereka. Rasa marah menyelimuti hatinya, Akhirnya dia memilih ikut bergabung duduk di kursi belakang mobil, mengangkat kepala Adhitya ke atas pahanya, dia mengelus kepala anak tersebut dengan lembut. "Boleh om tahu nama kalian, Boy?" Tanyanya pada Adhinka yang duduk di sampingnya. "Aku Adhinka om" Menyebut nama dia sendiri, tangannya memegang tangan adiknya "Ini, adikku Adhitya" "Nama yang bagus. Adhinka, bundamu sepertinya sedang sibuk jadi om harus antar kalian ke mana?" Belum sempat Adhinka menjawab, seorang wanita mengetuk pintu kaca mobilnya, Yastha membuka pintu "oh My good Adhitya, Adhinka kalian tak apa sayang?" Ucapnya begitu melihat kondisi si kembar Denada dibuat sport jantung ketika tadi harus terjebak macet karena ada kecelakaan, akibatnya dia telat menjemput si kembar, lalu kabar yang dia terima tak kalah membuat jantungnya hampir berhenti, ketika keamanan sekolah si kembar mengabarkan si kembar hilang lalu ketika dia mencoba mencari keberadaan mereka ada orang yang memberi informasi baru melihat anak kecil yang hampir tertabrak, tanpa mengucapkan apa pun dia berlari ke arah yang ditunjuk orang tersebut dan hatinya sedikit lega melihat kondisi si kembar baik-baik saja. "Pak, terima kasih banyak sudah selamatkan Adhitya, Terima kasih banyak sekali lagi." ucapnya begitu Adhinka selesai ceritakan kronologis kejadian yang menimpa adiknya, meninggalkan Yastha yang terkejut dengan Adhinka begitu lancar bercerita bagai orang dewasa. "Sama-sama, cuman saya harap ini kejadian terakhir seperti ini yang menimpa si kembar, sebaiknya Anda sebagai orang tua harus bisa lebih utamakan keselamatan anak kalian" nasihatnya Denada tersenyum tak enak, "biasanya saya tidak telat menjemput mereka. Baru hari ini, bunda mereka mendadak tidak bisa menjemput dan baru minta saya menggantikannya" Yastha hanya mengangguk, ada rasa prihatin dihatinya melihat apa yang baru di alami hari ini. Bagaimana bila ini terjadi pada anaknya, Sabil pasti sibuk bagi waktu pekerjaan dengan anak mereka atau membaginya dengan pria lain.. Shit! hatinya tersentil mengingat apa yang dia lihat beberapa jam sebelum ini. "Adhitya tapi tak terluka kan?" Tanya Denada khawatir Yastha tersenyum mengelus puncak kepala Adhitya, kepala kecilnya masih berbaring di pahanya. Sementara Adhinka duduk di sampingnya dan Denada berdiri dekat pintu mobil. "aku rasa dia hanya pingsan, sebentar lagi pasti sadar" "Bun. Bunda hik's.. hik's" Isakkan Adhitya terdengar seiring dengan perlahan kelopak matanya yang terbuka "Syukurlah dia sudah sadar" ucap Denada "Hei kiddo, jangan menangis oke sayang.. tidak terjadi apa pun, kamu jagoan harus kuat mengerti" Yastha membawa tubuh Adhitya dalam pelukannya, tangannya terus mengelus puncak kepalanya mencoba menenangkan Adhitya. Tangisnya berhenti menyisakan sedikit Isakkan. keduanya kini sudah keluar dari dalam mobilnya dan berdiri di depan Denada. "tante kalian sudah jemput, sekarang kalian aman.. lain kali jangan tinggalkan sekolah kalau belum ada yang jemput dan jangan menyeberangi lalu lintas tanpa pengawasan orang dewasa, mengerti" Yastha berjongkok menghadap pada si kembar, dia memberi pengertian yang diterima dengan anggukan keduanya. Sebelum keduanya melangkah meninggalkannya, Yastha mengecup kening si kembar dan hatinya menjerit sakit kala perlahan keduanya hilang dari hadapannya "Kenapa hatiku terasa sesak seperti ini, Tuhan?" ucapnya lirih ketika si Kembar pergi, telapak tangannya menyentuh tepat didada yang terasa sesak. -TBC-
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD