As-3

1180 Words
Yastha terkejut, ketika dia membuka pintu, kamarnya terlihat gelap tanpa penerangan sedikit pun. Ini bukan kebiasaan sabil, Dia tidak akan pernah bisa tidur dengan keadaan gelap seperti ini, apa jangan-jangan sabil nggak ada?  Rasa takut menyergap hatinya, dengan langkah cepat Dia melangkah mencari skalar lampu.  Dan betapa dia terkejut ketika lampu menyalah.  Disana bidadarinya, sabil sedang menatapnya dengan penampilan begitu Sexy. Rambut sabil yang masih basah terurai, entah ada apa dengannya? bahkan dia sengaja tak menggunakan Bra ataupun celana dalamnya. Dia hanya menggunakan kemeja Yastha yang bahkan tidak di kancingkan.  Yastha pikir, sabil masih marah padanya. Bahkan dia sudah berpikir mencari berbagai cara untuk membujuk istrinya.  Sabil berdiri melangkahkan kakinya secara perlahan dengan gerakan sangat menggoda untuk mendekat pada suaminya yang masih berdiri di tempat, dengan melipat kedua tangannya sambil memberikan senyum yang sangat tampan.  Yastha bahkan tak mampu bergerak sedikit pun dari posisi berdirinya saat ini, "Sa-Sayang, Ap--"  ucapannya terhenti oleh sabil yang sengaja meletakkan jari telunjuk tepat di bibir Yastha "ssstth, jangan banyak bertanya mas"  Pandangan mereka bertemu, Senyum termanis diberikan sabil pada suami-nya, sebelum dia menempelkan bibirnya tepat diatas bibir Yastha.  Semula hanya mengecupnya namun lama kelamaan berubah menjadi lumatan, Yastha yang baru saja tersadar dari keterkejutannya langsung mengambil alih ciuman mereka yang berubah jadi lumatan panas, saling menyesap, melumat dan lidah mereka saling membelit.  Sabil sengaja menggigit bibir bagian bawah Yastha agar dia mau melepas-kan ciuman mereka.  Yastha menatapnya penuh tanya, namun perlahan senyum terbit di wajahnya ketika sabil melompat untuk melingkarkan kedua kaki di pinggang suaminya, memajukan wajah agar dekat pada telinga Yastha, "I'm Just Yours to Night, My Husband" diakhiri dengan bibir sabil mengemut telinga Yastha, tak mampu menahan-nya lagi, lalu dia membawa sabil berbaring diatas ranjang mereka. menuntaskan apa yang sudah menjadi haknya.  "Kau mendapatkannya sayang" ucap Yastha disela ciuman panas mereka.  Ruangan itu menjadi saksi keduanya yang saling memberikan kehangatan. Sementara Sabil meneteskan air mata ketika baru saja menyelesaikan malam panas bersama suaminya, yang baru selesai jam tiga dini hari, baginya ini adalah kenangan terindah yang akan selalu dia ingat.  Perlahan dia melepaskan tangan Yastha yang sedang memeluknya, Ini kebiasaan Yastha setelah mereka bercinta. Kebiasaan yang di awal dia keluhkan karena tidak nyaman, namun akan dia rindukan nanti.  Tuhan seperti memberinya jalan, biasanya Yastha akan terbangun ketika sabil berusaha melepaskan tangan Yastha, namun ini begitu mudah. bahkan Yastha tak bereaksi apa pun dan tidurnya tetap terjaga.  Sabil berlari cepat masuk ke dalam kamar mandi, dia tak bisa menahan Isakkan tangis yang sepertinya akan pecah dan benar ketika dia menutup pintu kamar mandi Isakkan tangis pilu keluar dari dirinya.  "Aku harus mengakhiri ini mas, biarkan aku bahagia bersama mereka" gumamannya disela Isakkan dan aliran air shower yang membasahi tubuhnya.  Dia tak mau terlalu lama lagi menundanya, segera membersihkan diri, memakai pakaiannya lalu dia menyempatkan diri mengecup kening dan bibir Yastha sebelum meletakkan sebuah kertas berwarna putih di dalamnya juga ada foto USG si kembar, calon anak mereka.  Sabil membekap mulutnya, menahan Tangis yang akan meledak. perlahan dia melepaskan cincin berlian yang melekat indah di jari manisnya selama enam bulan terakhir ini, lalu meletakkannya tepat diatas kertas tersebut sebelum benar-benar melangkah meninggalkan kamar mereka yang penuh kenangan ini.  *** Bayangan malam terakhir itu terus terlihat jelas di ingatan Yastha, bahkan dia masih tak percaya istrinya saat malam itu benar-benar berubah jadi nakal dan ternyata tanpa dia sadar malam itu terakhir kali dia melihat istrinya.  's**t! Double s**t! bodoh kau Yastha seharusnya kamu tahu, mana mungkin sabil mau kamu sentuh setelah pertengkaran hebat sore itu' ucap batinya Tangannya semakin mencengkeram kuat setir mobilnya. Hingga, Ponsel miliknya berdering  "Ya, ada informasi apa?" Tanyanya pada Juna yang tak lain sahabatnya yang ikut membantu mencari keberadaan Sabil "Wow slow bos, gila main todong aja ucap salam dulu kan bisa"  Yastha berdecak keras karena kesal, Juna memang teman yang paling bisa diandalkan sekaligus menyebalkan, andai saja dia punya orang lain yang lebih bisa diandalkan, sayangnya dia hanya percaya pada Juna. "udah cepat ada informasi apa? Gue lagi menyetir, mau tanggung jawab kalau Gue Sampai kena tilang?"  Terdengar tawa ringan di seberang sana "Baiklah, Gue dapat Informasi. mungkin ini sangat berharga buat lo. Anak buah Gue mengatakan bahwa dia melihat wanita yang mirip sama istri lo disalah satu Cafe di kota Bandung"  "Bandung, what? Apa tidak salah dengar Gue, jangan gila Juna!!! Lo tahu sendiri tiket pesawat lima tahun lalu yang berhasil kita lacak memberi kita informasi bahwa sabil terbang ke negara kincir angin tersebut"  "Yang gila lo Bos, lupa siapa keluarga lo? bokap lo itu orang berpengaruh di negeri ini man. Gue rasa benar dugaan kita jika ada yang membantu sabil bersembunyi selama ini dari lo, dan benar ada campur tangan bokap lo disini, masa lo gak curiga, kenapa keluarga lo santai aja, hanya marah sama lo tanpa membantu lo mencari sabil, padahal jelas sabil membawa calon pewaris keluarga lo!"  Genggaman tangan Yastha semakin erat di setir mobilnya, Juna benar. Yang dikatakan Juna memang lah benar, Dia bukan nggak curiga. Tapi Ayahnya sangat pintar menutupi semua darinya.  Sial! Yastha geram, bisa-bisanya Ayah mempermainkan dia! "oke Gue mengerti, Thank's Bro for your Information, Gue sekarang tahu harus mencari mereka ke mana!"  "Semoga beruntung Yast, Gue harap lo gak melepasnya lagi ketika nanti berhasil mendapatkannya kembali dalam pelukan lo" ucap Juna sebelum mengakhiri panggilan mereka  ***  Jakarta, Weekend... Yastha sengaja menginap dirumah orang tuanya Weekend ini dibanding tinggal di rumahnya.  Baru saja dia selesai sarapan sendiri karena seperti lima tahun belakangan ini mama dan papanya selalu sarapan tanpa mau menunggunya, kalau dia kebetulan sedang menginap di sini.  Jari-jari yang sedang mengetik pada papan Keybord laptop terhenti ketika pembantu rumah tangganya masuk mengantarkan pesanan kopi hitam miliknya.  "Terima kasih, bi kopinya"   Bi ayu meletakkan cangkir kopi di hadapannya "Sama-sama Aden" balasnya  Wanita paruh baya itu sedikit membungkukkan badan, baru saja akan berbalik untuk melangkah keluar, Yastha segera sadar mungkin dia bisa bertanya tentang orang tuanya yang sejak pagi terlihat sibuk. bahkan mamanya sejak kemarin pergi keluar dan pulangnya membawa beberapa bungkusan kotak yang cukup besar.  "Bi, tunggu"  Bi ayu kembali menghadap pada Yastha "Ya Den, ada lagi yang bisa bibi bantu?"  Yastha menggelengkan kepala dan tersenyum "tidak bi, sepertinya diluar terdengar ramai. Apa mama akan mengadakan acara arisan hari ini?"  "tidak Den, bukan ada arisan setahu bibi hari ini tuan dan nyonya mau berangkat ke Bandung"  'BANDUNG'  Satu nama kota yang terus jadi tujuan  setelah Juna memberitahukan kota tempat istrinya sabil selama ini bersembunyi.  "Ada perlu apa mama dan papa ke Bandung?"  Bi ayu tampak bingung harus menjawab apa, "Hm anu Den, saya-Saya kurang tahu" terlihat enggan menatapnya, Bi ayu menunduk. Yastha menatap bi ayu penuh selidik, jangan-jangan pembatu keluarganya pun tahu keberadaan istri dan anak-anaknya selama ini, namun dia tak ingin menekan Bi ayu yang sudah ikut keluarganya sejak dia masih kecil ini  Yastha tersenyum "Baiklah bi, terima kasih. Bibi bisa kembali melanjutkan pekerjaan bibi yang tertunda"  Setelah bi ayu meninggalkan ruang kerja dan menyisakan dirinya, Yastha terus berpikir, "ini saatnya aku tahu keberadaan kalian sayang" ucapnya penuh senyum misterius, tangan Yastha mengelus foto pernikahannya yang terbingkai jelas selalu di letakkan di atas meja kerja yang ada diruang kerja keluarganya.  -TBC-
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD