Ilham berlari tergesa menuju terminal dua keberangkatan di bandara Juanda petang ini. Langkahnya lebar dan cepat, sesekali matanya memonitor sekitarnya, mencari sosok yang ia kenali. Edaran mata Ilham menangkap sosok sang ummi dan abi sedang duduk di bangku tunggu tak jauh dari pintu masuk keberangkatan atau boarding pass.
Illyana dan Ghaly serta si kembar Ammar-Azra juga ada di sana. Ilham menyeret langkah menghampiri.
"Assalamualaikum..."
"Wa'alaikumussalam, Ham. Dateng juga akhirnya," sahut Ghaly.
"Ammiii, kok telat mulu sih! Untung aja masih sempet ketemu," sela Fazha protes.
"Maaf, tadi macet di jalan."
"Alasan!!" Fazha membuang muka saat berkata, tak menoleh sedikitpun pada Ilham.
"Sudah, sudah. Kalian ini, nggak di rumah, nggak di mana saja pasti selalu ribut!" Tengarai ummi Lila.
"Ammi yang nakal, Ummah." Rajuk Fazha.
"Fazhura yang ngambekan, Ummi." Balas Ilham.
Ghaly serta Illyana dan juga Abi Fariz saling melempar pandang menyaksikan keributan kecil antara Fazha dan Ilham. Sudah tidak kaget lagi, dari dulu Fazha memang sangat manja pada Ilham, sebaliknya, Ilham malah suka sekali menjaili Fazhura.
Ilham tersenyum sekilas kemudian bergerak mendekat pada Fazha, "Yasudah Ammi minta maaf ya, dimaafin, kan?" Ucapnya sambil kedua tangannya ia letakkan di kedua kuping, seolah sedang menjewer telingannya sendiri.
Kedua sudut bibir Fazha tertarik membentuk lengkung tipis saat menyaksikan tingkah konyol Ilham. Sebenarnya dalam hati Fazha tidak sepenuhnya ngambek, hanya sengaja ingin menjaili ammi-nya.
"Iya dimaafin Ammi, apa sih yang nggak buat Ammi."
"Nah gitu kan makin cantik, sini ta kasih sun dulu," kelakar Ilham. Bibirnya sengaja dimajukan seolah akan mencium Fazhura.
"Ilham!! Bukan mahram, jangan macam-macam kamu!!!" Tukas abi Fariz mendelik ke arah Ilham.
Ilham menggaruk tengkuknya yang tidak gatal saat abi Fariz mencercanya dengan kata-kata 'bukan mahram'. Sebenarnya ini bukan pertama kali abi atau umminya mengingatkan, padahal niat Ilham tak serius, hanya sebatas candaan.
Sebelum ini juga kedua orangtuanya kerap memprotes saat Ilham ketahuan sedang menggendong Fazha di punggungnya, atau saat mereka bercanda, dan Ilham tanpa sadar menggelitiki Fazha atau sebaliknya. Abi Fariz selalu mengingatkan jika mereka bukan mahram, dan keadaan tak lagi sama seperti waktu Fazha kecil. Fazhura yang sekarang tumbuh menjadi gadis yang cantik, senyumnya manis, serta imut. Jika tidak dibatasi, abi dan ummi khawatir terjadi hal yang tidak diinginkan, apalagi mengingat setelah dua kali gagal menjalin hubungan, Ilham hanya dekat dengan Fazhura, sementara saat di desak membawa calon isteri lelaki itu selalu mengelak.
Ilham menahan senyum tak tak biasa. Senyum yang ada sedikit rasa lirih jika mengingat Fazha akan jauh darinya. Sejenak lelaki itu mengamati setiap garis wajah Fazhura.
Senyum manis gadis itu, Ilham pasti akan merindukannya nanti, apalagi gurauan serata kejailannya selama ini pada Fazhura. Kelebat mata Ilham sejenak mengarah pada Fazhura. Gadis itu tersenyum manis, menampilkan deretan giginya yang dipagar menggunakan behel, menambah kesan imut Fazhura.
Sebenarnya ada cerita tersendiri bagi Ilham saat dulu Fazha berkeinginan memasang behel. Kedua orangtuanya sudah jelas menentang, apalagi Ghlay dan Illyana. Mereka berpendapat kalau itu dilarang agama, Islam melarang seorang perempuan berpenampilan kebarat-kebaratan, serta berdandan menyerupai suatu kaum, hingga dia termasuk dalam kaum itu sendiri.
Sebagaimana terdapat dalam Hadits,
Allah telah mengutuk orang-orang yang membuat tato dan orang yang minta dibuatkan tato, orang-orang yang mencabut bulu mata, orang-orang yang minta dicabut bulu matanya, dan orang-orang yang merenggangkan gigi demi kecantikan yang merubah ciptaan Allah. (HR. Muslim)
Ummi Lila melarang, Illyana pun menentang, tapi Ilham malah mendukung. Bukan tanpa alasan lelaki itu memberi dukungan pada Fazhura, pasalnya gadis itu waktu masih berumur lima tahun pernah terjatuh saat pertama kali belajar menaiki sepedah, Ilham juga yang pertama kali menemani Fazha berlatih dulu.
Akibat kelalain Ilham mengawasi, waktu itu Fazha terjungkal, gigi depannya sampai patah. Ternyata ada efek samping yang ditimbulkan, selain gigi yang tumbuh tidak beraturan, juga Fazha seringkali mengalami pendarahan gusi, jadi alasan memasang behel bukan semata karena untuk kecantikan atau gaya-gayaan, tapi karena alasan medis. Dokter pun menyarankan bahwa penggunaan tidak lebih dari enam bulan saja.
"Ammiii!! Kebiasaan ih, ngelamun!" Teguran Fazha menyadarkan Ilham dari ingatannya tentang memori saat gadis itu masih berusia lima tahun. Waktu memang cepat berlalu, kini Fazhura sudah delapan belas tahun, dan detik ini juga, akan tinggal jauh untuk pertama kalinya.
"Nggak," sahut Ilham.
"Ammi, mana pesanan Fazha yang kemarin?"
"Apa?"
"Yang Ammi janji mau dibeliin?"
"Nanti, kan Ammi bilang kalau proyek Ammi goal."
Fazha kembali memasang mimik wajah cemberutnya, sedang Ilham malah terkekeh. Fazhura itu benar-benar refleksi dirinya, sama persis, kalau menginginkan sesuatu selalu ingin cepat terkabulkan.
"Ammi ingkar janji! Kalau gitu Fazha nggak jadi baikan sama Ammi." Seloroh Fazha.
Ilham mengembuskan napasnya, merasa jadi serba salah. Hah! Kenapa kemarin janji, harusnya orang seperti Fazha tidak usah dikasih janji, pasti bakal ditagih. Bukan tidak mampu membelikan, tabungan Ilham lumayan banyak dan berlebih kalau hanya untuk membeli i-phone7 seri terbaru, hanya lelaki itu benar-benar sedang sibuk sekali, jadi belum sempat.
"Ummi, Abi. Lihat itu, Kak Fazha sama Ammi Ilham bisik-bisik manja, marahin Mi, kan bukan mahram." Celetuk Ammar menimpali.
"Ammar, apaansih! Kompor kamu Dek. Siapa juga yang bisik-bisik manja sama Ammi jelek. Nggak penting!" Seloroh Fazha.
"Tuh, Ilham janjiin apa sama Fazha? Kok sampai ngambek lagi gitu." ummi Lila sudah hapal dan paham jika Fazha tiba-tiba cemberut dan berubah jadi jutek, pasti Ilham menjanjikan sesuatu tapi belum ditepati.
"Rahasia Mi, cuma Fazha dan Ilham saja yang tahu. Iya kan Fazha..."
"Males sama Ammi. Sana gih, jauh-jauh!"
"Idih marah."
"Siapa yang marah? Fazha nggak marah ya!"
Ilham tahu kalau Fazha sedang marah. Dan Ilham juga paham Fazhura kalau marah tidak akan bertahan lama, palingan cuma lima menit, tapi....
Marahnya memang cuma lima menit, tapi ngambeknya 23 jam lebih 55 menit. Rungu Ilham mendengar suara pengumuman jika semua penumpang harus segera memasuki boarding pass. Itu berarti Fazhura akan segera enyah dari hadapannya.
"Masih ngambek?" Tanya Ilham, "Maaf ya, Ammi masih sibuk sekali, janji deh, nanti kalau sudah nggak sibuk, kita cari pesanan Fazha, gimana?" Tawar nya membujuk Fazha.
"Fazha, ayo." Titah Illyana mengisyaratkan agar Fazha segera memasuki pintu keberangkatan.
"Bentar Ummi."
"Ummi sama Abi duluan ya, kamu jangan lama-lama." Illyana dan Ghaly lebih dulu melangkah, meninggalkan Fazha dan yang lain.
"Eh, Ghaly sama Illyana ikut nganter ya? Kok nggak bilang, tau gitu Ammi juga ikutan." Ilham baru menyadari kalau Fazha tidak pergi seorang diri, tapi bersama Illyana dan Ghaly.
"Iya, makanya Ammar sama Azra malam ini menginap di rumah, Ham." Sela abi Fariz.
Fokus kembali pada Fazhura, Ilham setengah berbisik mengatakan, serta memberi tahu Fazha, kalau besok dia akan menyusul.
"Tunggu Ammi ya, besok Ammi nyusul ke sana," ujar Ilham. Wajah Fazha berubah, senyum kembali terulas pada wajah manisnya, sedang bola matanya memancar senang.
"Serius Ammi?"
"Iya. Kamu hati-hati, kalau sudah sampai jangan lupa kabari Ammi," ucapnya sebelum Fazha melangkah.
"Iya, Ammi juga ya, besok hati-hati, jangan nakal, jangan nggak makan kalau nggak ada aku, terus yang penting jangan PHP, ditunggu realisasi janjinya Ammi."
"Yabuseet!!! Dasar matre, udah berangkat sana. Jangan kangen Ammi."
Hampir saja tangan Ilham ingin menarik Fazhura dan memeluknya, sebelum gadis itu menghilang dari pandangnya, saling melempar senyum sebelum Fazha benar-benar pergi dan memasuki pintu keberangkatan menyusul abi dan ummi-nya.
Menyetir mobil kembali ke rumah Ilham agak kurang semangat. Ada yang kurang rasanya kalau sampai di rumah nanti tidak ada suara Fazhura yang menyambut kedatangannya. Melajukan mobilnya pelan, tidak terasa Ilham sampai di depan gerbang rumahnya. Setelah memarkir mobil ke garasi, lelaki itu beranjak turun, memasuki kamarnya serta ingin cepat-cepat mengguyur badannya dengan air dingin.
Usai membersihkan badan, Ilham menggelar sajadah, melangsungkan kewajiban tiga rakaat lebih dulu, sebab tadi saat di bandara lelaki itu belum sempat salat magrib.
Tuntas dengan dzikir serta doa penutup, fokus Ilham teralih pada handphone yang ia letakkan di atas laci. Suara getaran berkali-kali menciptakan rasa penasaran dalam otak Ilham. Segera diraihnya telepon genggam itu dan mengecek siapa yang mengiriminya pesan berulang kali. Ilham pikir mungkin itu dari Fazha, sebab tadi sudah mewanti-wanti agar Fazha memberinya kabar jika sudah sampai di Jakarta. Tapi sepertinya bukan, nomer tidak dikenal tertera di pesan masuk salah satu aplikasi chat-nya.
Dan mata Ilham membeliak, saat tahu siapa yang mengiriminya pesan sampai empat kali itu.
17:55
Mas Ilham, lagi apa? Ini Lexa. Aku tahu nomer Mas Ilham dari Akbar.
17:59
Mas Ilham, sibuk ya? Kok ga dibalas sih?
18:10
Mas, udah makan malam belum? Mau nggak nemenin aku ke acara ulang tahun temen? Kita bisa sekalian makan malam di sana.
18:22
Mas Ilham???
Ilham mendengkus, membuang napasnya kasar. Alexa ini tidak tahu malu, atau memang dasarnya muka tembok. Sudah ditolak tapi masih saja terus memepet. Dasar si Akbar tutup botol sumprite!!! Make nyebarin nomer gue segala. Gumam Ilham membatin, kesal.
Mengetik balasan pada Alexa, sejenak Ilham berpikir. Kira-kira jawaban apa yang bisa men-skak mat Lexa agar tidak merecokinya lagi. Ilham tersenyum miring saat ide muncul dalam benaknya. Cepat lelaki itu menulis pesan singkat yang akan dikirim. pada Alexa.
Maaf banget Alexa, sepertinya nggak bisa deh. Aku lagi di bandara sekarang, disuruh abi-ummi nganterin calon jodoh (insya Allah) mau terbang ke Jakarta. Lain waktu mungkin ya, makasih Lex. Selamat bersenang-senang.
*************************
Bersambung...
Cerita ini gimana sih menurut kalian?
Garing?
Gokil?
Membosankan?
Mainstreem?
Seru?
Antimainstrem?
Kocak?
Kurang ngefeel?
and De-el-el-el....??