Bab. 5

1688 Words
Ilham terkekeh sendiri usai mengetik jawaban lalu mengirim pesan balasan pada Alexa. Otaknya kembali membaca rangkaian kata yang ia pencet di keyboard ponsel dan mengirimnya pada Lexa. Mengatakan kalau baru saja mengantar calon jodoh yang akan menuju Jakarta. Padahal yang diantar adalah Fazhura, sengaja beralibi agar Lexa bisa sedikit paham dan tidak terus merecokinya lagi. Ilham bukan tak suka berteman, hanya sikap Alexa yang terlalu agresif lama-lama membuat lelaki itu merasa mual sendiri. Hah! Ilham pikir kenapa harus Alexa yang mengejarnya, kenapa bukan ukhti-ukhti shaliha saja, pasti Ilham akan menanggapi dengan senang hati. Tinggal pilih salah satu, langsung taaruf lalu khitbah, luar biasa, pasti varokah sekali hidupnya. Tak mau terlalu membebani pikirannya dengan sikap Alexa, Ilham memilih mengabaikan saat telepon genggamnya kembali bergetar. Sudah pasti itu dari Alexa lagi, tebak Ilham mengira. Ilham beralih mengambil tas ransel serta mengeluarkan beberapa potong bajunya dari lemari. Ilham mulai bersiap mengemas beberapa baju serta keperluan untuk besok ia bawa ke Jakarta. Sesuai yang telah disepakati bahwa mulai besok Ilham menerima untuk dimutasi dari firma arsitek tempatnya bekerja saat ini. Suara ketukan pintu dari luar kamar Ilham mengunterupsi sejenak aktivitas lelaki itu. "Ilham, makan malam dulu, Ummi sama abi tunggu di meja makan." "Iya Mi, bentar, lagi packing." Panggilan ummi Lila menitahkan agar Ilham bergegas ke meja makan. Detik berikutnya pintu kamar lelaki itu terbuka lebar, ummi Lila masuk disertai kernyitan dahinya. "Packing? Mau ke mana Ham?" tanya sang ummi. Pasalnya Ilham belum cerita pada orang rumah kalau dia akan dimutasi ke Jakarta. "Mau ke Jakarta Mi, Ilham dimutasi ke sana sama pak Anwar. Besok pagi berangkatnya." "Kenapa baru bilang Ilham Al Insani!!!" tegur ummi Lila. Kebiasaan Ilham memang, kalau apa-apa selalu belakangan memberi tahu orang rumah. Biasanya Fazhura yang lebih dulu diceritakan oleh Ilham kalau ada yang mendesak. "Dadakan Ummi, Ilham juga baru ditawarin tadi sore. Berhubung Fazha juga lagi di Jakarta, makanya Ilham ambil saja tawaran pak Anwar, kan bisa sekalian jagain Fazha di sana Mi." Jelas Ilham. Pandangan ummi Lila menelisik pada Ilham, matanya dibuat setengah menyipit, seperti sedang memikirkan sesuatu. Ummi Lila mengambil tempat, duduk persis di sebelah Ilham. "Ummi kenapa sih? Gitu amat ngelihatin Ilham. Iya deh tau kok, Ilham emang ganteng, tapi jangan ummi juga dong yang terpesona, nanti abi marah lho Mi." Kelakar Ilham. Dan salah satu tangan ummi Lila sudah mendarat di bahu Ilham, menggeprak lengan putera sulungnya itu. "Bercanda melulu kamu ini! Kapan seriusnya Ham!" "Nanti Mi, kalau udah ketemu jodoh, pasti Ilham serius kok." Cengir Ilham. Selalu saja topik akan bergulir ke arah jodoh, kalau umminya sudah angkat bicara. "Kamu ini PHP terus Ham." Seloroh ummi Lila. Ilham yang melihat raut wajah sang ummi berubah segera beringsut memangkas jarak dan mendekat pada bu Lila. Dipeluknya perempuan paruh baya itu dari samping, seakan ingin menandaskan rasa cemas pada umminya. "Ummi jangan sedih dong. Maafin Ilham ya Mi, belum bisa jadi anak yang baik buat abi dan ummi." Ilham berkata seraya menyenderkan kepalanya pada bahu bu Lila. Bu Lila mengulas senyum, bagaimanapun Ilham tetaplah putra terbaiknya. Meskipun takdir seolah belum memihak pada kebahagiaan anak lelakinya itu. Berkali-kali gagal membina hubungan, sudah syukur tak menjadikan Ilham orang yang berputus-asa. "Kamu anak terbaiknya Ummi. Ummi cuma kepikiran saja, kapan bisa melihat kamu bahagia bersama pasanganmu nanti, Bang. Nggak ada yang abi dan Ummi harapkan selain melihat putra-putri kami hidup bahagia." "Ilham sudah cukup bahagia di dekat abi dan Ummi, serta Fazha." Jawaban Ilham mereaksi ummi Lila. Ditolehnya anak lelakinya itu serta kedua bola matanya menatap dalam netra Ilham. "Ingat Ham. Fazhura itu bukan gadis kecil lagi, kalian ini bukan mahram lho, Fazha itu sudah akhil balig. Nggak bagus kalau Ilham terlalu dekat dengan Fazha." Rasa cemas dan khawatir yang ummi Lila rasakan akhirnya tersampaikan juga pada Ilham. Ummi Lila sudah mengamati dari jauh hari gerak-gerik Ilham jika di dekat Fazha. Ada raut tak biasa yang dipancarkan Putranya itu, nalurinya sebagai ibu sangat jelas mengerti apa yang dilihatnya dalam diri Ilham. Apalagi Ilham seperti tergantung sekali dengan adanya Fazhura, sehari tidak bertemu saja lelaki itu bisa kalut dan diam, tak semangat seharian. "Yabusett Ummi, jauh amat mikirnya. Fazha itu udah kayak adeknya Ilham Mi, sama aja kayak Illyana gitu." Cerocos Ilham protes dengan pendapat ummi Lila. "Atau, Ummi cemburu ya sama Fazha." Sambung Ilham menggoda umminya. "Ngawur aja kamu ini Bang! Ummi cuma khawatir kalau kalian terlalu dekat, nanti lama-lama akan timbul perasaan lain,  meskipun umur Abang sama Fazha terpaut jauh, bukan tidak mungkin, kan, kalau suatu saat nanti akan timbul rasa lain. Wong tresno kuwi jalaran soko kulino, Ham." (1) Terang ummi Lila, berpendapat kalau rasa suka itu bisa hadir karena terbiasa. Apalagi jika terbiasa bersama-sama. Pandangan ummi Lila masih mengarah serius pada Ilham, "Yang lebih Ummi takutkan kalau perasaan itu cuma semu, dari hasutan syaitan semata, terus nanti ujungnya malah bikin runyam, Ham." Ummi Lila kembali bermonolog. Perasaan gelisahnya sebagai ibu harus tandas tersampaikan. Bukan tanpa alasan kenapa Ummi Lila cemas, Ilham itu sejak gagal menjalin hubungan dengan Shila ataupun Sabrina, tidak pernah lagi terlihat dekat dengan perempuan lain selain ummi-nya, Illyana dan Fazhura. Ada perasaan tak nyaman menelusup relung hatinya sebagai perempuan dan seorang ibu, apalagi saat tatap mata Ilham memancar senang serta berbinar jika di dekat Fazha. Hati bu Lila sempat tercemari dan berpikir, jangan-jangan puteranya menjadi tak normal setelah rasa sakit yang menghampiri beberapa kali. Tapi ummi Lila cepat-cepat menepis pikiran buruk itu, tidak mungkin Ilham bisa sampai kehilangan akal sehat, apalagi anak lelakinya itu termasuk yang taat dan menjaga sekali ibadahnya. "Ummi ngomong apa sih, emang kenapa sih Ummi sayang? Ilham sama Fazha kan bukan saudara.  Tidak ada ikatan darah di antara kami." "Justru itu Bang, Abi dan Ummi khawatir. Kalau begitu Abang nikahi saja Fazhura. Biar kalian bisa sama-sama terus dan tetap ada di samping abi dan ummi, selamanya." Reflek ummi Lila. Sedang Ilham malah membeliak, kaget dengan ucapan sang ummi. Lelaki itu langsung melepas kaitan tangannya pada bahu ummi Lila. Detik kemudian tawa menguar dari bibirnya. "Ummi, ini ada-ada saja. Masa ponakan sendiri suruh nikahin. Awas lho Mi, ucapan itu kan doa, nanti omongan Ummi didenger sama diaminkan malaikat trus dikabulin lho, sama Allah." "Biar saja Bang. Ummi sudah putus asa rasanya nyariin jodoh buat kamu," sahut ummi Lila. "Sabar Mi, yang penting doain aja. Doa Ummi yang terbaik buat Ilham." Bu Lila mengangguk, kemudian bangkit dari duduknya, "Yaudah Ummi tunggu di meja makan Bang. Abang Ilham cepet nyusul, kasihan Ammar sama Azra udah kelaperan." ummi Lila bangkit dan melangkah keluar, meninggalkan Ilham yang masih berkutat memasukkan beberapa perlengkapan yang akan ia bawa. Sepeninggal sang ummi, angan Ilham malah sibuk mencerna kata-kata yang tanpa sengaja dilontarkan ibunya itu. Aneh dan tidak masuk akal. Pikir Ilham. Mana mungkin Ilham menanggapi serius perkataan sang ummi, alih-alih, lelaki itu hanya menganggap jika perkataan ummi Lila hanya gurauan semata. Meski agak geli juga saat mendengarnya. *** Ba'da Isya usai menamatkan santap malam dan salat isya, Ilham membanting dirinya ke atas tempat tidur. Netranya mengawasi langit-langit kamar, pikirannya melayang dan menyimpan tanya, sedang ada Fazhura di sana. Baru beberapa jam saja rasanya Ilham merasa sangat sepi. Melirik ke laci meja, Ilham baru ingat jika tadi ada pesan yang masuk dan belum sempat membuka serta membacanya. Bergegas meraih ponsel dan membuka salah satu aplikasi chat. 18.31 Assalamualaikum Ammi, Fazha udah nyampe Jakarta. Ammi lagi apa di rumah? 18.37 Ammiiiii...kok nggak dibales sih!! Pasti lagi sibuk chat sama cewe ya?hayoo ngaku! 18.41 Ammi nyebelin ih! Yaudah Fazha mau ngambek aja kalau gitu. Bye!!! Mata Ilham membola membaca rentetan pesan yang ternyata dari Fazha. Dia pikir tadi yang mengirim adalah Alexa, ternyata dugaannya salah. Lelaki itu menghela napas panjang, meskipun suka ngambekan dan kadang jailnya nauzubillah, tapi entah kenapa dia tidak pernah bisa marah pada Fazhura. Tak mengabaikan waktu, Ilham langsung mendial nomer Fazha, bermaksud menelpon balik. Tapi sampai panggilan ketiga, ternyata nomer Fazha sedang tidak aktiv, padahal Ilham ingin mendengar suaranya. Ingin menelpon ke nomer Ghaly atau Illyana, tapi urung karena Ilham merasa tak enak, pasti mereka sedang beristirahat usai perjalanan. Ilham mengulas senyum tipis, membayangkan wajah imut Fazha saat sedang marah atau kesal. Padahal baru tadi ummi Lila memeringati jika dia dan Fazha bukan mahram, tentu haram jika Ilham terus saja membayangkan Fazha. Lelaki itu tiba-tiba memukul sendiri pelipisnya, merasa seperti orang sinting saja. Kenapa harus dipikirkan, padahal besok juga ketemu. Sudah bisa Ilham bayangkan pasti besok saat bertemu Fazha akan menghadangnya dengan rentetan pertanyaan, kenapa pesan darinya tidak dibalas cepat.  Fazha akan jadi sangat cerewet sekali jika sudah begitu. Dan sudah bisa dipastikan juga, si pemalak cantik itu akan menagih janji Ilham padanya. Dan tiba-tiba saja otak Ilham teritari dengan lagu kosidah dalam sebuah iklan platform pusat perbelanjaan. Rasanya sama persis, dirinya merasa dipalak oleh Fazha, sayangnya Ilham tidak pernah menolak, dan selalu luluh dengan rentetan serta tatapan Fazhura. Bibir Ilham komat-kamit menirukan gaya bernyanyi grub salawat dalam iklan tersebut, Qerja lembur baqai Qhuda Sampai lupa orang tua Oh, hati terasa durhaqa Maksud hati bahagiakan orangtua Ava daya divalak Vreman Vremannya si Fazhura.. Vusing syudah ini keVala Sungguh kejam itu Vreman Kadang hidup sungguh Nestava Namun asa tetav' ada Belanja di Ranamaya diskon sampai 80% Yabusett, napa gue malah nyanyi lagu unpaedah begitu sih! Gumamnya sendiri, merasa konyol. Dan kembali lagi pada pesanan Fazha, sebuah iphone 8 plus colors keluaran terbaru yang masih dibandrol sekitar 14-jutaan. Tidak masalah bagi Ilham sendiri. Bukan memanjakan Fazha, tapi hanya sebagai ungkapan rasa sayangnya pada gadis itu, biasanya Ilham akan menarget dulu jika Fazha ingin meminta sesuatu, entah dia harus dapat ranking atau hal lainnya. Tapi pengecualian untuk kali ini, kemarin juga Ilham sudah berjanji akan membelikan kalau proyek yang ia tangani goal. Kembali lagi pada pikirannya kini, dan meninggalkan angan tentang jodoh serta Fazha. Ilham berniat mengetik balasan pesan pada Fazhura, agar gadis itu tak merasa diabaikan Maaf ya Fazha sayang, tadi hape Ammi ketinggalan di kamar, trus Ammi lagi makan bareng abi-ummi. Tunggu Ammi ya, besok pagi berangkat ke sana. Jangan nakal di situ Zha. Takasi sun dulu sini, istirahat ya Fazhura-nya Ammi. Ilham mengirim pesan disertai kekehan kecilnya. Merasa alay dan lebay sendiri saat membaca kata-kata yang ia kirim untuk Fazha. *************************** Bersambung.... Catatan kaki: Witing tresno jalaran soko kulino Cinta bisa tumbuh karena terbiasa.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD