5. Seharian bareng Om gula

2055 Words
Di lain tempat, kini Kayla masih saja berusaha untuk menenangkan Vanessa yang masih sakit hati dengan respon Eza tadi pagi. Memang cewek mana yang tidak sakit saat ditolak mentah-mentah seperti tadi. "Nes udah ya jangan nangis lagi. Cowok kayak Eza nggak pantes lo tangisi Nes," ucap Kayla sambil terus mengelus punggung Vanessa agar temannya itu tenang. Srop! Bahkan setelah menghabiskan satu pack tisu tangisan Vanessa tak juga mereda. "Gue benci sama Eza Kay, dia ternyata nggak sebaik covernya di sosmed!" "Sekarang lo tau sendiri kan Eza kayak apa? Nes dari awal gue udah peringati lo, lo aja yang ngeyel. Lo sendiri juga udah pernah cerita sama gue kalau Eza itu omongannya nyelekit masih aja coba deketin. Sekarang nyesek kan?" Mendengar ucapan Kayla bukannya menjadi termotivasi untuk berhenti nangis, Vanessa malah semakin meraung di tempatnya. Tangisan Vanessa yang kian kencang sukses menarik perhatian murid lainnya, hal itu juga berhasil membuat Kayla panik. "Eh Nes apasih udah ih! Malah makin kenceng, lihat udah banyak yang nontonin entar kesannya gue ngapa-ngapain lo Onah!" "Kay!! Hiks ... gue makin sedih tau nggak!" "Aduuuh ... yaudah kantin aja gimana? Udah dong nangisnya." Vanessa lalu berusaha menarik nafas dalam. Kayla was-was melihatnya. Lalu kemudian Vanessa meraih tisu terakhir dari dalam wadahnya. Dia mengusap ingusnya lalu membuang tisu itu ke dalam plastik yang sudah Kayla siapkan. "Kay?" panggil Vanessa yang kini sudah sedikit mereda. "Apa?" "Kalau nggak dapat Eza, berarti lo mau kan bantuin gue buat deketin salah satu temannya?" Tunggu! Kayla sedikit terkejut mendengar permintaan Vanessa. "Udah gila? Nggak! Nggak ada!" "Kay ...." rengek Vanessa. "Nes, modelan rupa Eza aja udah kayak gitu. Ini lo mau deketin dua b*bunya juga? Udah nggak usah Nes, pasti mereka juga sama aja!" ujar Kayla. "Kay, mereka kelihatannya nggak sejahat Eza kok." "Lo masih baru lihat tadi pagi dan lo langsung nyimpulin kalau mereka baik?" Vanessa terdiam sejenak. "Yaa ... emangnya kenapa?" "Lo bahkan belum tau mereka kayak gimana Nes!" "Yaudah mangkannya itu kita cari tau dulu mulai sekarang!" kekeh Vanessa. Kayla geram. Dia lalu memilih untuk bangkit dari duduknya. "Mau ke mana?" tanya Vanessa. "Nyari obat tidur," jawab Kayla asal membuat sebelah alis Vanessa terangkat bingung. "Buat?" "Buat gue cekokin entar ke mulut lo! Udah laper gue mau kantin!" **** Siang ini Kayla sengaja menunggu seseorang di depan gerbang sekolahnya. Gadis itu tak berhenti memaparkan senyum manisnya setelah mendapatkan pesan dari seseorang. Hari ini Diego akan mengajaknya jalan. Cewek itu memang kadang aneh, dengan yang sering bertemu susah banget buat taruh hati tapi ketika dengan yang baru ketemu sekali, bahkan pertemuan itu hanya sebuah kebetulan dia dengan cepat menaruh hatinya. Cinta pandangan pertama memang selalu punya efek tersendiri. Drrtt ... drrttt .... Ada satu pesan masuk dari Diego. Kay, tunggu bentar ya gue masih isi bensin. Sekolah baru aja kelar kan? Entah mengapa membaca pesan itu langsung membuat kedua ujung bibir Kayla terangkat. Jemari gadis itu lalu menari di atas layar ponsel untuk memberikan balasan. Iya Om, baru aja keluar kok Okey Kayla hanya memilih untuk membacanya. Kini jantung Kayla makin berdetak tak karuan. Pandangan Kayla terus memperhatikan sekelilingnya menunggu kedatangan Diego. Tak sampai menunggu lama, akhirnya apa yang Kayla tunggu datang juga. Tapi tunggu, Diego tak membawa mobil. "Om? Lo pakai motor?" tanya Kayla kaget. Diego lalu melepas helmnya, saat itu juga rambut Diego yang berantakan berjatuhan terkena angin. Melihat itu membuat Kayla kesusahan untuk berkedip. Damagenya bukan main om-om satu ini. "Sorry ya Kay lama, SPBUnya rame banget tadi," ujar Digeo turun dari motor sambil menyisir rambutnya ke balang dengan jari. Kayla yang sibuk memandangi ketampanan Digeo lantas tersentak. "Eh, emm ... nggak lama kok." "Masa sih? Perasaan lama deh tadi." "Enggak juga. Kamu--eh maksudnya lo tumben bawa motor?" tanya Kayla. Melihat Kayla yang gelagapan lantas membuat Diego ikut terkekeh. "Kenapa memangnya? Nggak boleh gue bawa motor?" "Bukan gitu, tapi ya tumben aja gitu." "Lo baru ketemu gue dua kali, sekarang dan kemarin. Dari mana lo tau jika gue lebih sering bawa mobil dari pada motor?" "Ha?" bingung Kayla. Diego hanya bisa menggeleng-gelengkan saja melihat tingkah Kayla yang lucu. "Jadi jalan nggak nih?" "Jadi dong! Masa enggak. Yaudah ayo ke mana kita?" balas Kayla antusias. "Mau ke pantai?" Dengan cepat Kayla mengangguk. "Boleh! Mau banget." "Okey, nih lo pakai helmnya dan kita berangkat." Setelah memberikan helm kepada Kayla, Diego segera kembali menaiki motornya, menyalakan mesin kendaraan itu, lalu setelah Kayla selesai memakai helm dia langsung naik di jok belakang Diego. "Siap Kay?" tanya Diego. Tanpa sungkan Kayla melingkarkan kedua tangannya di perut Diego, setelahnya dia terkekeh, meletakkan dagunya di bahu kanan Diego. "Siap om! Berangkat!" ucapnya semangat. Motor Diego kini mulai berjalan pergi meninggalkan area sekolah. Lagi, tanpa mereka sadari salah seorang murid SMA Pelita tengah memperhatikan keduanya. Orang itu menarik satu ujung bibirnya. Rupanya dia kesal karena kalah start. Tak apa, masih ada hari esok. ***** Suasana pantai tak seramai biasanya, mungkin karena sekarang bukan hari libur. Diego dan Kayla berjalan menyisir bibir pantai, membiarkan rambut mereka berterbangan terkena angin, sepatu yang mereka kenakan juga dibiarkan basah tersapu air laut. Tawa dari mulut Kayla yang tak kunjung berhenti jelas membuktikan kalau sosok Digeo adalah cowok yang humoris. Diego seakan bisa mengalihkan sedikit rasa takut Kayla kepada cowok. Kayla merasa sangat nyaman berada di dekat Diego. Mungkin kalian pikir di umur Diego yang telah menginjak dewasa 20 tahun, maka pemikiran Diego juga akan ikut dewasa, namun nyatanya tidak, Diego cukup bisa membawa alur pembicaraan mereka tetap nyambung. "Kay, lo tau nggak kenapa air laut itu asin?" tanya Diego tiba-tiba sambil meraih sebelah tangan Kayla lalu mengajak gadis itu untuk duduk di sebuah bongkahan kayu yang ada di tepi pantai itu. Kayla sempat terdiam memikirkan jawaban. "Karena bumi memiliki kandungan garam mineral yang tersimpan dalam batu-batuan dan tanah? Jadi jika air sungai mengalir ke laut maka air itu akan membawa kandungan garam." "Salah!" balas Diego jelas membuat sebelah alis Kayla terangkat bingung. Setaunya memang itulah jawaban yang sering dia terima di sekolah. "Lalu? Oh, emm ... ombak air laut yang memukul pantai juga dapat menghasilkan garam dari tabrakan batuan," jawab Kayla lagi namun Diego tetap menggeleng. "Terus apa jawabannya?" "Lo mau tau?" Dengan cepat Kayla mengangguk. "Jawaban ini nggak akan pernah lo dapat di pelajaran sekolah Kay." "Apa jawabannya?" tanya Kayla semakin ingin tau. "Air laut itu asin karena banyak ikan yang berlarian dikejar nelayan, karena capek lari-lari mareka berkeringat, jadilah air laut asin tercemar keringat mereka," jawab Diego sambil menatap Kayla. "Ha? Sejak kapan ikan punya kaki terus lari-lari?" bingung Kayla. "Sejak gue semakin jatuh sama kecantikan lo." Aigo! Seketika Kayla langsung merasa pipinya memanas. Gadis itu memalingkan muka, malu menatap Digeo. Sementara Diego sukses tertawa karena perubahan raut wajah Kayla yang menurutnya sangat menggemaskan. "Kay, rasanya gue mau bilang terima kasih deh sama Nyokap lo," ujar Digeo. Perlahan Kayla kembali melihat Diego, membalas tatapan itu dengan malu-malu. "Kenapa bilang makasih sama Mama?" "Karena beliau telah melahirkan seorang putri yang sangat cantik!" jawabnya. Demi apa pun Kayla merasa terbang sekarang. Rasanya ada banyak kupu-kupu berkeliaran di dalam perutnya. Geli. "Bisa aja lo om-om!" kesal Kayla yang malah membuat Diego terkekeh. "Kita emang nggak seumuran Kay, tapi boleh kan Kay kalau gue mau seumur hidup sama lo?" Lagi, kenapa Diego harus semenyebalkan ini?! "Lo gombalin gue kayak gitu lagi gue tinggal pergi nih!" ancam Kayla. Refleks Diego menahan tangan Kayla, sesaat pandangan mereka bertemu. Lalu Diego segera tersadar, dia berdehem lalu melepaskan cekalan tangannya. "Jangan pergi Kay, hidup gue udah sempurna karena lo," ujar Diego. "Ihhh tuh kan! Lo jangan sering-sering buat gue terbang kenapa? Ini jantung gue udah mulai nggak sehat Diego!!" "Lo sakit jantung?" tanya Diego dengan polosnya. Plak! Langsung saja Kayla memukul lengan cowok itu membuatnya meringis kesakitan. "Sembarangan banget! Gue nggak penyakitan tau!" kesalnya. "Lah terus?" "Ah udahlah jangan rayu gue terus, geli tau!" "Geli apa geli?" goda Diego. "Ish, geli Diego!" Diego mengalah, kasihan melihat wajah Kayla yang sepertinya tersiksa akan gombalannya. Digeo lantas berdiri, cowok itu tak lupa mengulurkan tangannya kepada Kayla yang disambut hangat oleh gadis itu. Mereka kembali berjalan kembali ke tempat mereka datang. Langit sore yang mengajak mereka pulang, lukisan langit jingga itu terlihat sangat indah. Burung yang terbang seakan jadi pemanisnya. Sejauh ini banyak yang datang hanya untuk menyaksikan keindahan itu. Banyak pasangan yang pamer keuwuan, Kayla melihat itu lantas meringis. "Kita makan dulu ya habis itu pulang," ajak Diego. Kayla mengangguk saja. Diego menatap wajah Kayla begitu manis, apalagi saat terkena sinar matahari sore ini, sungguh hal itu seakan berhasil mengalihkan dunia Diego. Cowok itu lalu tersenyum sambil menggelengkan kepalanya, menepis khayalannya jauh, karena belum tentu juga Kayla mau dengannya. Digeo sudah menaiki motornya, setelah Kayla juga ikut naik, segera motor Digeo melaju meninggalkan area pantai, membelah jalanan kota yang ramai dipenuhi orang yang baru pulang bekerja. Kayla kembali melingkarkan kedua tangannya di perut Diego, menaruh dagunya di pundak cowok itu. "Udah lama gue nggak jalan pakai motor kayak gini sama cowok," kata Kayla sambil sesekali menutup matanya, merasakan angin menerpa wajahnya. "Oh ya? Kapan terkahir kali?" tanya Diego dengan suara sedikit berteriak. "Dulu, waktu gue masih satu rumah dengan Papa. Setelah terjadi suatu kejadian, gue nggak pernah lagi mau deket sama cowok hingga sekarang gue ketemu sama lo. Nggak tau kenapa gue ngerasa cocok sama lo." Di balik helmnya tanpa Kayla sadari, Diego sudah menyunggingkan senyum manisnya. "Lo mulai suka ya sama om-om satu ini?" tanya Diego. "Enggak juga, gue bilang cocok yang artinya gue nyaman, bukan suka." "Okey ... lalu tipe cowok yang lo mau kayak apa Kay?" "Kenapa tanya kayak gitu?" "Ya nggak pa-pa mau tau aja." "Gue nggak mau kasih tau," balas Kayla. "Lah kenapa?" "Ya gue nggak mau aja, nanti setelah lo dengar, gue takut lo bakal ubah sikap lo jadi seperti cowok yang gue suka. Gue nggak mau lo kayak gitu, gue lebih suka cowok yang apa adanya dari pada cowok yang mengubah dirinya agar terlihat beda untuk menarik hati si cewek." "Pernyataan lo barusan seakan nunjukin kalau gue suka banget sama lo ya?" "Bukannya emang suka ya?" tanya Kayla balik. "I--iya sih," balas Diego gugup. "Em ... Kay, lo suka masakan padang nggak?" tanya Diego. "Nggak terlalu suka, tapi gue masih bisa makan. Kenapa emangnya?" "Gue mau ajak lo ke restoran padang kesukaan gue, tapi kalau lo nggak suka kita bisa cari tempat lain," jawab Diego. "Eh jangan!" cegah Kayla cepat. "Gue bukan nggak suka yang sampai nggak mau makan kok. Gue tetep bisa makan makanan padang, kalau lo mau ke sana ya gue ayo-ayo aja." "Serius nggak pa-pa?" "Nggak pa-pa suer!" "Okey ...." Diego lalu membelokkan motornya menuju jalan yang mengarahkannya ke restoran padang favoritnya. ****** Motor sport Diego kini telah sampai di halaman rumahnya. Setelah puas makan malam dengan Kayla, Digeo langsung mengantarkan Kayla pulang. Hari ini adalah hari yang begitu indah bagi Diego, seharian bersama Kayla ternyata menyenangkan. Kayla adalah tipikal cewek yang asik, nyambung bila diajak ngobrol, dan nggak garing meski sedikit ngeselin. Entah kenapa nyesek aja gitu setiap dengar Kayla memanggilnya om, terkesan seperti om-om yag sedang jalan dengan keponakannya. Huh! Diego menghela nafas kasar, dia lantas mengacak rambutnya lalu berjalan masuk ke dalam rumah. Seperti biasa rumah besar itu nampak sepi. Pasti Papanya masih belum pulang. Diego lalu melangkahkan kakinya menuju dapur, tenggorokannya meronta ingin dialiri segelas air. "Enak ya yang kencan baru pulang," celetuk seseorang yang tengah menyantap makanan di meja makan. Siapa lagi dia kalau bukan Bara adiknya. "Iri lo ya sama gue?" balas Diego. Setelah mengambil minum, Digeo lalu duduk juga di kursi meja makan tepat di depan Bara. "Ngapain gue iri sama lo." "Kirain. Eh ternyata Kayla oke juga ya? Asik anaknya. Kayaknya gue bakal serius deh sama dia. Ya ... kapan lagi kan nemu yang cocok." Gluk! Diego meneguk minumannya hingga tandas sebelum kembali berujar. Bara melihat saja kelakuan Kakanya itu. "Lo emang di sekolah ngapain aja sih Bar? Kenapa lo nggak tertarik sama cewek kayak Kayla?" "Suka-suka guelah!" "Hem nyolot! Tapi ya bagus sih kalau lo nggak suka. Oh ya bantuin gue cari info dong, ada nggak cowok SMA Pelita yang lagi deketin Kayla, kalau ada siapa orangnya?" Bara terdiam. Otaknya tengah memikirkan satu hal. Lalu dengan cepat dia mengangguk. "Ada yang lagi ngincar Kayla sekarang," jawab Bara kemudian. "Serius lo? Siapa?" kaget Diego. "Ada cowok gue lupa." "Oke deh thanks infonya. Berarti gue harus lebih cepet dekati Kayla. Kayaknya gue bakal nembak Kayla minggu ini deh. Kalau kelamaan keburu diambil orang kan?"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD