3. Taruhan?

2062 Words
"Selamat pagi teman-temanku tercintah!!" Sapaan heboh dengan suara cempreng itu bersumber dari mulut Vanessa yang baru saja datang. Semua murid di kelas itu menatap Vanessa dengan entahlah, mukanya tak terdefinisikan, antara kesal dan terganggu. Vanessa yang melihat respon itu langsung cemberut dan menekuk mukanya lalu berjalan ke bangkunya. Di sana sudah ada Kayla yang dari tadi menatapnya. "Kenapa muka lo kayak gitu?" tanya Kayla. "Males ah! Orang nyapa bukannya dijawab malah di pelototin!" "Nggak salah sih mereka gitu, masalahnya sapaan lo barusan itu ganggu banget di telinga," ujar Kayla. Vanessa mendelik tajam lalu memukul lengan Kayla pelan. "Lo ish! Temen macam apa sih? Hibur kek temennya yang sedih ini." Bukannya marah, Kayla malah terkekeh. "Ya maap," katanya. Vanessa kembali menormalkan raut wajahnya. Gadis itu lalu meletakkan tasnya di atas meja, saat akan membuka ponsel tiba-tiba dia teringat akan suatu hal. Vanessa lalu menghadap Kayla. "Eh Kay?" panggilnya. "Hm?" Kayla masih sibuk dengan ponselnya sendiri membuat Vanessa kesal. "Lihat gue kek! Mau tanya nih!" Terdengar helaan nafas kasar dari Kayla. "Apasih Vanessayang?" Vanessa lantas terkekeh. "Santuy elah muka lo tersiksa amat kayaknya. Eh kemarin kan lo sempet tabrakan sama Eza nih," ujar Vanessa tak melanjutkan kalimatnya. "Ya terus?" "Gimana? Cakep nggak orangnya?" tanya Vanessa. Kayla nampak mengingat wajah sosok Eza yang temannya maksud itu. "B aja sih," ujar Kayla kemudian. "Kok biasa aja? Ganteng tau!" "Gantengan juga doi gue kemana-mana!" Seketika Vanessa langsung mendekatkan wajahnya kepada Kayla. Kayla yang melihat itu langsung merasa risih, dengan telunjuknya dia lalu mendorong jidat Vanessa agar menjauh. "Muka lo makin jelek kalau dari dekat Nes!" kata Kayla. "Ish, sejak kapan lo punya gebetan? Ketemu cowok aja kek ketemu setan, susah banget deketnya ini tiba-tiba nggak ada angin nggak ada hujan udah punya gebetan aja. Halu lo ya?" "Sembarang!" protes Kayla tak terima. "Lah terus kalau nggak halu apa dong? Emang cowok mana yang bisa taklukin hati lo?" "Adalah, yang pasti bukan cowok sini. Cowok sini mah nggak ada keren-kerennya," ujar Kayla. Refleks Vanessa memukul punggung tangan Kayla pelan, berusaha menyadarkan gadis itu. "Si Eza keren loh! Lo tau nggak? Kemarin nih ya kan gue stalker pengikut instagramnya masih seratus berapa gitu masa iya pagi ini udah mau dua ratus aja? Kurang keren apa coba?" "Tetep aja bagi gue gebetan gue lebih cakep, dan Eza nggak ada apa-apanya sama dia." Terdengar helaan nafas dari Vanesaa, gadis itu memalingkan wajahnya ke depan. Membayangkan wajah tampan Eza yang kata temannya itu biasa saja, ini antara mata Kayla yang memang bermasalah atau bagaimana? Karena jelas-jelas semua cewek di SMA Pelita mulai dari Adik kelas berkata jika Eza itu tipe pacar idaman. Definisi good lookinglah kalau kata orang sekarang. Cuma ya gitu, mulut cabe Eza terkadang membuat para cewek harus pikir dua kali kalau mau dekat dengannya. Salah perhitungan dikit saja, hati jadi taruhannya. "Kay?" panggil Vanessa lagi. "Paan!" sentak Kayla kesal. Dengan senyum penuh arti, Vanesaa menggelandoti tangan Kayla. "Ish! Kayak monyet lo lama-lama, apaan sih Nes? Apa?" kesal Kayla sambil menjauhkan Kayla dari dirinya. "Ck, marah-marah mulu PMS mbak?" Mendengar itu Kayla lalu langsung mematikan ponselnya, meletakkannya begitu saja lalu membalas tatapan Vanessa sambil tersenyum sangat manis. "Ada apa Vanessa, hm?" tanya Kayla lembut. Entah kenapa hal itu malah membuat Vanessa takut. Dia lalu mengkibas-kibaskan tangannya di hadapan wajah Kayla. "Udah jadi serem kalau kayak gitu." Kayla memutar kedua bola matanya malas. "Apa cepet?" "Kay, bantuin gue buat deket sama Eza dong," ujar Vanessa. Sontak Kayla langsung menatap Vanessa tajam. "Gue? Bantu lo deket sama Eza? Nggak salah nih mon maap?" "Cuma lo Kay yang gue punya, lo juga cantik, bantuin ya?" "Nes, masalahnya gue aja nggak kenal sama dia, terus gimana caranya gue mau comblangin kalian? Nggak usah macem-macem deh bikin kerjaan aja." "Kay ayolah, nggak macem-macem kok, gue kan cuma semacem. Ya bantu ya? Please." Kayla menarik nafasnya dalam lalu menghembuskannya pelan. "Nggak bisa Nessa, gue kan nggak kenal sama Eza." "Tapi lo bisa bantu, lo kan cantik." "Males ah nggak mau gue!" "Ish jahat lu!" Kayla lalu menatap Vanessa, temannya itu marah? Terus harus apa dia sekarang? Benar-benar membantu Vanessa? Yang benar saja. "Nes?" panggil Kayla. Vanessa hanya berdehem tanpa menatapnya membuat Kayla tak enak. Gadis itu lalu menyentuh tangan Vanessa. "Iya, iya gue bantu lo deket sama Eza, tapi kalau ternyata hasilnya di luar ekspetasi gue nggak mau tanggung jawab ya?" Seketika Vanessa langsung menoleh menatap Kayla dengan mata berbinar. "Serius lo mau bantuin gue Kay?" Kayla mengangguk mantap. "Iya, udah jan ngambek, ntar gue tinggal cari temen baru tau rasa lo!" "Eh jangan dong! Iya-iya maaf." "Yaudah ikut gue kopsis bentar yok cari buku, buku gue habis nih." "Oke deh, skuylah!" ****** Di tepi lapangan, tepat di bawah pohon rindang. Eza, Leo, dan Rendi tengah duduk santai menikmati semilir angin menerpa mereka. Ketiganya duduk di sebuah gazebo kecil melingkar. Di mejanya ada beberapa minuman dan juga makanan ringan. Sesekali Leo dan Rendi melancarkan aksinya menggoda para cewek cantik yang lewat, sementara Eza hanya fokus kepada makanan dan game di ponselnya. Saat tengah asik membicarakan sesuatu tiba-tiba saja pandangan Leo dan Rendi tertuju sekaligus langsung terpaku kepada dua orang cewek yang berjalan ke arah mereka berdua. "Ren, Ren, lihat, itu si Kayla bukan?" tanya Leo kepada Rendi. Rendi yang menatap objek yang sama langsung mengangguk. "Makin cakep ya?" katanya. "Ho.o makin perfect aja calon istri gue." "Halu lo! Mana mau dia sama lo, mustahil banget!" ledek Rendi. "Lah mending gue dari pada lo?" "Cakep gue lah, pasti Kayla lebih milih gue!" "Gue Ren!" "Gue Le!" "Udah lo itu sadar diri aja tipe Kayla tuh yang kayak gue!" "Lo yang harusnya sadar diri, ngarep tuh jangan yang tinggi-tinggi, tuh mending lo sama temennya aja sono." Leo lalu melihat Vanessa dan detik itu juga Leo bergidik ngeri. "Dih, ogah banget!" "Kalau dia lebih cocok sama lo, iya nggak Ez?" tanya Rendi kepada Eza. "Bilang enggak Ez," suruh Leo. Eza mengangkat pandangannya melihat kedua temannya yang berdebat dan menyebut-nyebut nama Kayla. Cowok itu lalu menengok ke belakang dan benar saja di sana ada Kayla bersama seorang temannya dengan berbicara kepada cewek-cewek lainnya yang mungkin sekelas juga dengan mereka berdua. Lantas sebelah bibir Eza terngkat, dia lalu menatap Leo dan Rendi bergantian. "Jangankan lo berdua, si Gio mantan ketos waktu itu aja di tolak mentah-mentah sama dia," ujar Eza. "Bener juga sih," balas Leo bergumam. "Padahal nggak terlalu cantik, tapi sok jual mahal," ujar Eza lagi. "Eh sembarangan cantik tau Ez, dulu sih rada b***k tapi sekarang lo nggak lihat udah glow up gitu?" Eza terkekeh sambil menyeruput minumannya, setelanya dia berkata, "Sama aja!" "Halah dasar, jangan ngeremehin, gue yakin kalau lo yang nembak tuh cewek sekalipun pasti bakal ditolak juga!" kata Rendi. "Kalau diterima?" tanya Eza. "Mustahil!" balas Leo. "Lo mau kita taruhan?" Leo dan Rendi lalu menatap Eza dengan terkejut. "Maksud lo?" "Ya kita taruhan, kita lihat, Kayla mau nerima gue apa enggak jadi pacarnya, kalau sampai gue diterima kalian berdua harus kasih gue reward." "Dan kalau lo di tolak, lo juga harus kasih kita berdua reward, masing-masing satu, nggak ada bagi dua!" sahut Rendi. "Nggak masalah!" jawab Eza sombong. Leo menatap Eza dan Rendi bergantian. "Lo dua yakin mau buat Kayla bahan taruhan?" "Kenapa? Lo mau ikut juga nyoba nembak Kayla? Udah nggak bakal diterima, bahkan Kayla bakal nolak lo sebelum lo berjuang," ujar Rendi sambil menepuk pundak Leo. "Bukannya gitu Ren, kasihan tau Kaylanya. Emang kalian tega sama dia?" "Tega!" balas Eza cepat. "Gue terlanjur kesel sama tuh cewek, jadi sekalian aja pembalasan," lanjutnya. Rendi yang mendengar itu lantas menekuk bibirnya ke bawah, menatap Eza remeh. "Hati-hati Ez, kebanyakan kasus benci jadi cinta udah sering terjadi di kalangan remaja." "Emang, tapi gue nggak akan biarin itu terjadi sama gue juga." "Emang apa yang buat lo sebenci itu sama Kayla Za?" tanya Leo. "Kepo banget lo kek wartawan." Leo seketika langsung membuang mukanya. Sementara Rendi tak bisa lagi menahan tawanya. "Udah ya jadi ini deal kita taruhan! Tapi apa dulu nih yang mau di kasih nanti?" "Gue kasih lo dua duit, masing-masing lima juta gimana?" saran Eza. "Dikit banget," gumam Leo. "Duit mah biasa Ez, yang lebih wow menantang gitu loh," ucap Rendi sambil menaik turunkan alisnya. "Bener, kayak tuh, tuh," Leo menunjuk jam tangan yang Eza kenakan dengan dagunya. Refleks Eza juga melihat jam tangan miliknya. "Ini?" tanyanya. "Ho.o!" jawab Leo dan Rendi bersamaan. "Lo berdua mau kasih apa dulu sama gue?" "Motor Rendi!" jawab Leo cepat. Rendi langsung mendelik saat motornya dibawa-bawa. "Nggak, enak aja! Motor kesayangan itu!" tolak Rendi mentah-mentah. "Yaudah apa gue bilang mending duit aja gampang, ntar lo dua kasih gue masing-masing dua juta setengah, dan gue kasih lo berdua masing-masing lima juta, pas kan kalau salah satu dari kita menang dapatnya lima juta? Lo dua juga patungan." "Bener sih Ren, cuma dua setengah nggak gedelah!" balas Leo. "Gimana?" Rendi mengagguk. "Oke deal ya?" tanya Rendi. "Deal!" jawab mereka sempak. ****** "Makasih ya infonya, kalau gitu gue sama Nessa mau kantin dulu," pamit Kayla kepada teman-temannya. "Oke deh, bye Kay." "Bye." Kayla dan Vanessa lalu berjalan berdua menuju kantin, namun baru beberapa langkah, Vanessa sudah menahan tangan Kayla untuk berhenti. "Ada apa sih Nes?" tanya Kayla kesal, masalahnya perut Kayla sudah keroncongan sejak tadi pagi. "Lihat, itu temen-temennya Eza kan? Pasti Eza juga ada di sana Kay, samperin yuk?" ajak Vanessa menunjuk pinggir lapangan. Kayla memutar kedua bola matanya malas lalu menatap Vanessa jengah. "Lo nggak denger cacing-cacing di perut gue udah pada demo?" "Kay, ayolah kesempatan nggak datang dua kali mumpung kelihatan orangnya, ayolah," rengek Vanessa. "Pasti ada kesempatan kedua, oke? Dahlah yok kita makan perut gue udah bergemuruh dari tadi." "Tapi? Ta--tapi." "Kagak ada tapi-tapi udah ayok ah gue laper!" Kayla menarik paksa tangan Vanessa agar mengikutinya ke kantin, meski dengan perasaan dongkol gadis itu menurut saja. Dan tiba mereka berdua di surga para murid SMA Pelita. Kayla langsung menyuruh Vanessa mencari duduk sementara dirinya memesan makanan. Setelah Vanessa mendapatkan tempat, gadis itu kini menunggu dengan bosan, namun syukurnya Kayla kembali dengan cepat sambil membawa nampan berisikan makanan. "Wiih, eh busyet banyak banget Neng? Lo lapar apa bagemane nih?" kaget Vanessa saat melihat makanan Kayla yang begitu banyak. Kayla tak menggubris dan langsung memilih duduk di kursinya. "Udah jangan banyak omong mending kita langsung eksekusi makanan ini, astaga selamat makan cacing-caingku!" ujar Kayla membuat Vanessa tak mengerti lagi. "Cara makan lo sama kuda lumping sebelas dua belas ternyata, sama-sama bar-bar," balas Vanessa yang diabaikan oleh Kayla. Mereka pun menikmati makanan dengan tenang hingga timbul keributan dari arah pintu kantin. Sontak Kayla dan Vanessa langsung mengangkat pandangan mereka, semua orang juga langsung berbondong-bondong berlari ke arah keributan ingin mencari tau apa yang terjadi. "Kay, lihay yuk?" ajak Vanessa yang sudah super kepo. Kayla menggeleng. "Masih laper, kalau mau lihat sono pergi sendiri," balas Kayla. Vanessa mendengus kesal, karena keponya yang kian meradang akhirnya Vanessa benar-benar pergi untuk melihat apa yang terjadi, Kayla juga tak masalah makan sendiri yang penting perutnya kenyang. Namun tanpa Kayla sadari seseorang tengah memperhatikannya dari jauh. Orang itu tersenyum penuh arti kepada Kayla lalu setelahnya dia berjalan pergi. Tepat saat makanan Kayla habis, Vanessa kembali dan duduk di tempatnya semula. "Ada apa Nes?" tanya Kayla kepo. "Biasa mak lampir kesurupan," jawab Vanessa melanjutkan makannya. "Mak lampir?" bingung Kayla. Vanessa menghela nafasnya lalu menelan makannnya sebelum menjawab. "Si Febi, dia buat ulah lagi sama adik kelas, kasihan sampai bajunya kotor kena noda jus." "Kenapa bisa gitu?" "Kayak nggak tau Febi aja, jadi ceritanya dia kan suka sama Eza, lo tau kan?" Kayla mengangguk perkataan Vanesaa. "Nah, si adek kelas tadi juga suka sama Eza, kepergok dah tuh pas adek kelas dengan sengaja naruh makanan di loker Eza, ya diamuk!" "Parrah emang si Febi, bukannya Eza nggak suka ya sama Febi?" tanya Kayla. "Emang nggak suka, mana mau Eza sama modelan Febi, dandanan sekolah udah mirip tante-tante, bahkan nih ya gue yakin nggak hanya Eza, cowok lain juga mana mau sama dia." "Terus, ntar kalau Febi tau lo suka sama Eza? Lo siap dilabrak?" Refleks Vanessa langsung menatap Kayla. "Omo! Bener juga Kay, ih takutnya si enggak, cuman malunya itu lo. Aduh gimana ya." "Gimana apanya? Yaudah batalin aja niat awal lo dan lupain Eza," ujar Kayla. "Tapi Kay." "Dari pada lo dilabrak? Kalau gue sih males buat masalah." Vanessa terdiam, menatap nyalang mangkuk makanan di hadapannya. Benar yang dikatakan Kayla, kalau nanti Vanessa melabraknya juga bagaimana? Serem banget, apalagi mereka sudah kelas XII. "Ah udahlah aing teh liyer!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD