Bel pulang sekolah SMA Pelita baru saja berkumandang membuat mata yang awalnya mengantuk langsung kembali segar. Semua murid berusaha menjadi orang pertama yang ingin sampai rumah duluan. Tak berbeda dengan Kayla yang kini sudah siap untuk beranjak dari dalam kelas.
"Sore nanti jalan-jalan yok Kay, gue ada cafe yang lagi hits saat ini," ujar Vanessa yang merupakan teman sebangku Kayla sambil berbisik karena guru di depan sana tengah berpamitan.
"Skuylah, jauh nggak?" tanya Kayla sambil memakai tasnya.
"Deket rumah saudara gue. Nanti gue jemput atau gimana?"
"Jemputlah, gue mana boleh pakai mobil sendiri."
Vanessa lantas menyatukan jari jempol dan telunjuknya diikuti ketiga jari lainnya yang diangkat menjadi tanda 'oke'.
"Ntar gue chat lo lagi," ujar Vanessa.
Kayla mengangguk saja, lalu saat guru yang ada di dalam kelas keluar, Kayla segera berdiri dari duduknya.
"Duluan ya Nes. Bye!" pamit Kayla.
"Bye!" balas Vanessa. "Tumben banget sesemangat itu pas pulang," gumam Vanessa kemudian.
*****
Sementara itu di kelas Eza, semua murid tengah sibuk protes karena tiba-tiba guru kimia mereka mengadakan remidi dadakan, padahal sekolah telah usai, hal itu lantas membuat semuanya protes termasuk Rendi. Untuk Leo dan Eza mereka tetap santuy karena nilai yang sudah mencukupi.
"Yang tetap memaksa pulang hari ini, nilai kalian akan saya biarkan merah di raport nanti," ancam seorang guru wanita berkaca mata di depan sana.
"Ck, ah elah kayak besok udah nggak ada hari aja!" geram Rendi kesal.
"Kalau nanti lo pulang ketabrak truk kan nggak ada yang tau Ren," sahut Eza tiba-tiba yang langsung membuat Rendi memutar kepalanya menatap cowok itu sengit.
"Astagfirullah tuh mulut masih aja, mau pulang juga. Ngomong yang baik kek, ini malah nyumpahin temen ketabrak truk. Nggak ada akhlak lo emang!"
"Mana ada nyumpahin, gue cuma ngomong," balas Eza lagi.
"Omongan itu sama aja doa!"
"Kalau lo nggak mengamini gue rasa fine-fine aja."
"Amin," jawab Leo kemudian dengan polosnya.
"Bukan gue yang suruh," kata Eza.
Rendi mengepalkan kedua tangannya, merapatkan giginya, dia sudah ingin menggeplak kepala Leo saat itu juga namun dia tahan dan malah memilih tersenyum. "Sabar, godaan orang ganteng emang berat," ujar Rendi.
Sementara itu Leo cekikikan di tempatnya. Namun tanpa Leo sangka, Rendi tiba-tiba merubah raut wajahnya dan dengan cepat dia menjitak kepala Leo keras. Leo hendak protes namun cowok itu sudah mendelik tajam.
"Apa? Mau marah? Pulang lewat mana lo entar," kesal Rendi.
Leo lalu menatap Eza. "Gue mah pulang lewat jalan biasanya, kenapa? Mau cegat? Soklah cegat."
"Nggak bisa, kan harus remidi Le," balas Eza.
"Asem lo dua! Asem!"
"Yaudah ya baginda raja Rendi, kami mau pamit bobo duluan. Semangat remidinya," ujar Leo dengan diimut-imutkan.
"Bukan temen lagi kita," balas Rendi.
Eza lalu berjalan melewati Rendi sambil berkata, "Nggak ada juga yang mau jadi temen lo Ren."
"Si anying!"
******
Duk!
"Aw," Kayla meringis kesakitan kala b****g dan lututnya menyentuh aspal jalan.
Sepertinya hari ini bukanlah hari keberuntungan bagi Kayla. Sudah dua kali dia tabrakan tragis dan sekarang? Siapa lagi yang dia tabrak?
Kayla mengangkat pandangannya, terlihat seorang cowok berjas rapi tengah mengulurkan tangannya kepada Kayla. Dengan ragu gadis itu meraihnya.
"Maaf ya?" ujar cowok tersebut setelah Kayla berdiri.
"Iya, gue juga minta maaf jalan sambil main hp tadi," balas Kayla.
Cowok itu tersenyum sambil mengangguk. Kalau dilihat dari gayanya berpakaian, dia seperti orang kantoran. Rapi, dengan rambut klimis dan muka tanpa minyak yang terlihat segar. Ketampanannya sukses mengalihkan dunia Kayla.
"Nama gue Diego, gimana kalau sebagai permintaan maaf gue antar lo pulang?"
Kayla langsung tersentak kaget. Dia lalu tertawa canggung. "Emm ... gue Kayla. Untuk tawarannya makasih ya? Tapi nggak usah deh, gue baru aja pesen taksi online soalnya."
"Masih bisa dicancel kan?" tanya Diego.
Kayla bergumam pelan. "Bisa sih tapi--"
"Batalin aja, biar gue yang antar," ucap Diego sambil menaikkan sebelah alisnya.
"Aduh, jangan deh ngerepotin nanti."
Lantas Diego terkekeh membuat tubuh Kayla seketika melemas.
Ketawanya bagai amunisi semangat bagi gue, batin Kayla.
"Sebagai cowok yang bertanggung jawab, gue tetep akan antar lo pulang."
"Eh jangan!" Refleks Kayla melepaskan tangannya dari tarikan Diego dengan sedikit kasar.
"Aduh sorry," ujar Kayla kemudian.
"Kalau sama gue ongkos lo aman untuk sehari."
"Masalahnya gue nggak kenal sama lo, kalau lo orang jahat gimana?"
Diego kembali terkekeh. Menatap Kayla lucu. "Mana ada orang jahat yang ganteng kayak gue?"
Lantas Kayla menggigit bibir bawanya untuk menghilangkan gugup. Melihat itu Diego kembali meraih lengan Kayla membawanya mendekat menuju mobil lalu Diego membukakan pintu dan menyuruh Kayla masuk dengan gerak matanya. Terdiam sejenak namun kemudian Kayla memilih masuk.
Setelahnya Diego berjalan memutari mobil dan masuk dari pintu satunya. Dia lalu mengenakan seatbelt dan langsung menyalakan mesin mobil pergi meninggalkan area sekolah.
Di dalam mobil kecanggungan tengah menghantui mereka berdua.
"Kayla?" panggil Diego sambil menengok sekilas.
Kayla menatap Diego sekarang. "Iya?"
"Lo sekarang kelas berapa?" tanya Diego.
"Kelas 12, bentar lagi keluar. Kenapa?"
"Nggak pa-pa cuma tanya aja."
"Lo sendiri? Emangnya niat awal lo datang ke sekolah gue untuk apa sih? Kok tiba-tiba mau antar pulang?" tanya Kayla.
"Gue? Baru pulang kerja sih, niatnya mau beli minum eh ketabrak sama lo yaudah."
"Lo sekarang haus dong?"
"Nggak terlalu juga
."
Kayla mengangguk-anggukkan kepalanya paham. Sekarang harus bahas apa dirinya agar tak terlalu canggung.
"Emm ... gue sopan nggak sih kalau panggil lo pakai lo-gue gini?" tanya Kayla menbuat Diego terkekeh.
"Panggil senyaman lo aja, kalau mau panggil aku-kamu juga nggak bakal nolak kok," kata Diego.
"Ish! Gue panggil Om aja gimana?"
Refleks Diego langsung menatap Kayla membuat Kayla terkekeh. "Emang wajah gue setua itu?"
"Enggak juga sih, Om."
Cowok dengan jas itu memutar kedua bola matanya malas. "Serah lo aja ada dah, rumah lo ke mana nih?"
"Depan sana terus belok kiri Om."
Kayla sengaja memanggil seperti itu karena wajah cowok di sampingnya itu begitu lucu saat sedang kesal.
"Asal lo tau, umur gue masih 20 tahun dan nggak wort it aja kalau lo panggil gue Om," ujar Diego.
"Terus apa dong?"
"Sayang aja gimana?"
******
Mobil Diego kini telah berhenti di depan rumah Kayla, setelah mengucapkan terima kasih gadis itu segera bersiap turun namun saat akan membuka pintu tangannya terlebih dahulu ditahan oleh Diego.
Ketika menengokkan kepala, Diego sudah tersenyum sambil mengulurkan ponselnya.
"Lo mau kasih gue hp? Gue udah punya dua Om," ujar Kayla.
Diego terkekeh pelan. "Nomor hp lo Kayla!" koreksinya.
Kini Kayla jadi malu sendiri. Dia lalu meraih ponsel Diego dan mengetikkan nomornya di sana.
"Save pakai nama apa nih Om?" tanya Kayla.
"Terserah."
"Oke!" Jemari Kayla lalu menari dengan lincah di atas keyboard, dia mengetikkan nama Kayla cantik:) di sana.
"Sudah!" kata Kayla lalu mengembalikan ponsel itu kepada pemiliknya.
Diego tersenyum melihat nama yang Kayla tulis. "Tanpa lo tulis pun gue juga tau Kay kalau lo itu cantik."
Ngefly nggak?
Ngefly nggak?
Ya ngefly lah masa enggak!
"Ish jangan gitu malu gue!" kata Kayla.
"Kelihatan, pipi lo merah tuh."
Refleks Kayla memukul lengan Diego pelan. "k*****t lo Om! Yaudah gue turun ya? Bye."
Diego mengangguk sambil tersenyum. "Bye."
"Oh ya, nanti kalau udah sampai rumah kabarin ya?" pesan Kayla.
"Siap."
Setelah itu Kayla langsung turun, Diego membuka kaca mobilnya lalu melambaikan tangannya kepada Kayla. Gadis SMA itu membalasnya sambil tersenyum.
Saat mobil Diego sudah berjalan pergi, Kayla tak bisa lagi menahan raut wajah senangnya. Sudah lama dia tak dekat dengan cowok hingga sekarang dia dekat dengan sosok Diego.
Tampan, baik, ramah, ah sudahlah Diego adalah cowok tipe Kayla pakai banget! Tapi soal umur dan status?
"Ah udahlah itumah masalah gampang!"
******
Ceklek!
"Pokoknya lo harus dengar cerita gue yang satu ini Bar!" heboh Diego sambil berjalan mendekati adiknya-Bara.
Cowok dengan stik playstation di tangannya itu menatap sekilas tanpa minat.
"Gue ketemu cewek SMA Pelita, bweh! Cantik parrah. Lo ada tau nggak?" tanya Diego yang kini sudah duduk di sebelah Bara.
"Nggak tau dan nggak mau tau."
Diego menekuk wajahnya kesal. "Nggak pernah bisa diajak sharing ya lo?"
"Udah tau nggak bisa masih aja ngajak," jawab Bara sekenanya.
"Ck, coba lihat dulu deh, lo kenal enggak sama ceweknya?"
Terdengar helaan nafas kasar dari Bara. Dia lalu mengalah dan meladeni Diego.
"Mana?!" sentaknya.
Diego lantas terkekeh sambil menunjukkan foto profil seseorang cewek dengan seragam SMA tengah meminum entah apalah itu. Kedua alis Bara menyatu seperti tak asing, dan yah dia tau cewek itu siapa.
"Gimana caranya lo bisa kenal Kayla?" tanya Bara kaget.
Diego tersenyum penuh arti. "Nah apa gue bilang lo pasti kenal juga sama dia. Cakep kan?"
"B aja."
"Ck, katarak tuh mata. Gimana? Cocok nggak dia kalau sama gue?"
"Enggak."
"Dih iri lo ya?"
"Ngapain juga? Yakin gue kalau Kayla nggak mau sama lo. Sadar diri aja, sadar umur lo udah tua nggak pantes sama Kayla."
"Mulut lo ye!" geram Diego. "Asal lo tau, tadi baru ketemu aja gue bisa langsung antar dia pulang. Pasti dia ada rasa sama gue!"
Bara tersenyum miris sambil melirik Diego. "Punya rasa sama cuma kasihan itu kadang beda tipis Go. Kalau mau tau, di sekolah, si Kayla nggak pernah deket sama cowok. Mana pun! Dan temen-temen gue bilang kalau Kayla adalah cewek yang nggak suka sama cowok."
"Ya, ya, ya, dia kan sukanya cuma sama gue," balas Diego dengan sombongnya.
"Rabun si Kayla kalau suma sama lo!" sentak Bara lalu tangannya terulur meraih remot tv dan mematikannya begitu saja. Dia lalu beranjak meninggalkan Diego.
"Eh Bar! Ada cafe baru tuh deket kantor, ntar malem okelah cari cewek buat lo, biar nggak bersarang tuh hati."
Bara yang mendengar itu langsung menghentikan langkahnya di anak tangga pertama. Cowok dengan kaos hitam itu lalu berucap, "Tanpa gue cari para cewek udah ngantri, nggak kayak lo."
Setelah itu Bara benar-benar berjalan pergi.
Diego berdecak kesal, mengabaikan Bara, Diego lantas membuka room chatnya dengan Kayla yang masih kosong itu. Tangan Diego lalu bergerak di atas layarnya.
Hai Kay, gue udah sampai di rumah nih.
Di lain tempat, Kayla langsung menghampiri ponselnya yang bergetar di atas meja belajar. Gadis itu baru saja mengganti seragamnya dengan baju rumah.
"No name," gumam Kayla namun dari foto profilnya Kayla sudah bisa menebak dia siapa.
Kayla langsung menyimpan nomor itu dengan nama Om Diego lalu mulai mengetik balasan untuk si pengirim.
Kayla tertawa sendiri saat menbaca nama yang dia berikan untuk cowok itu.
Hai Om, syukurlah kalau udah sampai. Langsung minum gih, tadi kan nggak sempet beli.
Tak lama ponsel itu kembali bergetar. Kayla membukanya sambil berjalan lalu duduk di atas kasur.
Cenayang ya? Ini gue lagi minum loh
Iya kah? Kalau gue, em ... mau tebak nggak gue lagi ngapain?
Pasti mikirin gue sih
Lantas Kayla terkekeh, tak bisa bagi Kayla untuk tak membalas pesan itu dengan cepat.
Dasar kepedan lo Om-Om!
Masih nyesek aja setiap denger lo manggil gue Om
Kan ini bentuk pesan, mon maap nih Om harusnya kan di baca? Emang lo bisa denger huruf?
Yaudah gue panggil Abang aja gimana?
Takut banget gue terjebak Abang-Adekzone:)
Seketika itu juga Kayla tertawa keras.
Nggak bakal, tapi kalau mau nggak melibatkan perasaan sih bisa dimulai dari sekarang
Yah jangan! Gue kan niatnya mau deketin lo
Azsksksjs, sa ae Abang jago!
Eh Bang, gue mau pergi nih, nanti lanjut lagi ya chatnya
Mau kemana?
Hangout bareng temen, biasalah anak muda. Yaudah ya bye Abang, jangan kangen gue ya:*
Nggak bisa kalau nggak kangen. Tapi ok lah, hati-hati ya?
Siap!
Read
Kayla menghela nafasnya kasar. Dia lalu mirik jam di ujung kanan paling atas layar ponselnya. Sebentar lagi pasti Vanessa menjemputnya. Segera Kayla berjalan ke kamar mandi untuk bersiap.