7. Peraturan jadi pacarnya Eza!

1944 Words
Dengan segala bentuk paksaan, akhirnya para murid SMA Pelita yang dari dulu tak pernah melihat Kayla berjalan bersama seorang cowok, kini mereka dapat melihat hal itu. Kayla bersama Eza berjalan beriringan dari kelas menuju parkiran. Meski tanpa mereka tau sebernya yang mereka lihat bukanlah pasangan uwu yang saling menggandeng tangan, namun lebih mengarah kepada Eza yang memaksa Kayla pulang bersamanya dengan cara menarik tangan gadis itu. Memaksanya untuk ikut. Telah banyak kali Kayla menolak dan memberontak namun cekalan tangan Eza terlalu kuat untuk Kayla. "Lo tunggu sini, gue mau ambil mobil dulu," pesan Eza kepada Kayla. "Lo mau ninggalin gue sendirian di depan gerbang sementara lo mau ambil mobil di dalam? Nggak takut kalau gue kabur?" tanya Kayla. Eza malah tersenyum miring menanggapi ucapan Kayla. "Di parkiran banyak cowok, gue nggak mau cewek gue dilihatin banyak orang, dan kalau lo mau kabur, coba aja kalau berani besok lo tau sendiri akibatnya," ancam Eza. Setelah mengatakan itu Eza kemudian masuk kembali ke dalam sekolah benar-benar membiarkan Kayla di luar pagar sendirian. Cewek gue katanya? Hah! Peduli setan dengan ancaman Eza. Memanfaatkan keadaan, Kayla memperhatikan sekelilingnya. Dia menggerutu kesal kenapa tak ada satu pun angkutan yang lewat? "Ish, sial banget sih gue? Apa ngumpet aja ya?" gumam Kayla. Namun beginilah, pucuk dicinta ulam pun tiba. Senyum Kayla tak hentinya mengembang kala sebuah motor yang sangat dia kenal berhenti tepat di depannya. Ketika si pengendara membuka helm saat itu juga Kayla merasa dewi fortuna kini berpihak kepadanya. "Diego, lo ke sini?" tanya Kayla dengan antusias. Diego lalu turun dari motornya, menyisir rambutnya ke belakang lalu berjalan mendekati Kayla. "Hai, ketemu lagi kita. Gue kira lo udah pulang, gimana? Kangen nggak sama gue?" tanya Diego membuat Kayla terkekeh. Bagaimana tidak, Diego selalu membawa good vibes untuk Kayla. "Iya ini mau pulang, lo sendiri ngapain ke sini?" "Mau jemput calon pacarlah, apa lagi emang?" jawab Diego. Makin hari Diego semakin lancar gombalnya. Pertemuan pertawa memang kaku, namun setelah kemarin menghabiskan waktu seharian bersama membuat keduanya semakin dekat, dan jangan ditanya sola perasaan. Mereka sama-sama nyaman. "Idih calon pacar," goda Kayla. "Iya lo kan? Tapi nanti pulangnya bukan ke rumah lo." "Terus?" "Ke rumah gue, gue kasih tau gimana modelan calon mertua," ujar Diego. "Ihh ogah!" balas Kayla menolak mentah-mentah sambil terkekeh. Lihatlah, bukannya marah atau apa, Diego malah ikut tertawa. Tangannya lantas terulur mengacak rambut Kayla gemas. "Lucu banget sih anak satu ini hm? Udah ayo pulang sama gue, lumayan hemat ongkos," kata Diego. "Eh tapi tunggu dulu," ujar Kayla. Dia lalu menengok sebentar ke belakang. Tak ada tanda-tanda ada Eza akan keluar. "Kenapa Kay?" tanya Diego bingung. "Emm ada orang gila tadi bantutin gue, maksa-maksa gue buat pulang bareng dia. Gue sih males," jawab Kayla. Lantas Diego juga ikut melihat ke dalam sekolah. Terlihat sepi. "Siapa orangnya?" tanya Diego. "Namanya Eza, cowok freak! Masa tiba-tiba maksa ngajak pulang, mana ngaku-ngakuin gue ceweknya. Padahal nih ya, kenal aja enggak. Ih nggak jelas banget kan?" Diego mengangguki ucapan Kayla. Namun rasanya Diego tak asing dengan nama Eza. Apa Eza yang Kayla maksud adalah cowok yang tengah mengincar Kayla seperti yang Bara katakan? "Si Eza itu suka sama lo?" tanya Digeo. Kayla mengangkat kedua bahunya bersamaan. "Nggak tau gue. Nggak jelas, kemarin dia bentak-bentak marah terus eh tiba-tiba tadi ngajak balik bareng, mana nggak kasih gue opsi buat nolak." Sebelah alis Diego terangkat. Semakin ingin tau dengan sosok Eza ini. "Eh, malah ngegosip! Udah ayo katanya mau pulang," ucap Kayla menyadarkan Diego dari lamunannya. Diego lalu meraih helmnya dan memakainya. "Sorry ya gue nggak bawa helm lebih," kata Digeo kepada Kayla. Kayla pun mengangguk. "It's okey nggak masalah yang penting gue bisa cepet sampai rumah." Lalu dengan ragu Diego menyalakan mesin motornya, tapi baru saja Kayla akan naik tiba-tiba suara bariton keras dan terkesan dingin berhasil membuat Kayla mengurungkan niatnya. "KAYLA!" "Mampus!" Kayla meringis, harus apa dia sekarang. Dengan langkah besarnya Eza berjalan mendekati Kayla dan Diego. Dengan sekali tarikan, Eza berhasil meraih tangan Kayla lalu mengajaknya agar mendekat ke arahnya. Melihat hal itu Diego lantas tak terima. Dia turun dari motor, hendak menepis tangan Eza namun dengan cepat Eza mengelak. "Woi! Nggak gitu caranya perlakuin cewek!" sentak Diego. Eza tersenyum miring. "Urusannya sama lo apa? Dia cewek gue lo mau apa?" tanya Eza. Lalu Diego melepas helm yang dia kenakan. Matanya menyipit menatap Eza, dia rupanya. Harusnya Diego tau dari awal. "Gue yang duluan dekati Kayla," ujar Diego dengan suara pelan dan berat yang menyeramkan. "Bukan masalah duluan siapa, tapi Kayla punya gue sekarang," balas Eza dengan dingin. "Kayla bukan barang yang bisa lo klaim seenak jidat!" "Peduli apa?" Mata Eza lalu melirik Kayla yang masih berusaha melepaskan tangannya. "Kita pulang," ajak Eza kepada Kayla. "Eh apaan sih gue nggak mau!" tolak Kayla. Melihat Kayla yang sepertinya sangat terpaksa, dengan cepat Diego menarik pundak Eza hingga Eza kembali menatapnya. "Lo denger sendirikan Kayla nggak mau pulang sama lo!" Eza terdiam, kembali menatap Kayla sekilas. "Nggak peduli!" ujarnya. Diego akan kembali menahan Eza tapi cowok itu sudah keburu masuk kembali ke dalam gerbang sekolah. Kedua tangan Diego mengepal. Sepertinya cowok itu sengaja mengibarkan bendera perang dengannya. Tidak masalah, Digeo yakin pasti Eza tidak akan serius dengan Kayla. ***** Di dalam mobil keheningan terus terjadi. Kayla selalu menatap keluar jendela. Mobil itu juga terus berputar-putar tak tentu arah. Bagaimana tidak seperti itu, setiap Eza bertanya jawaban Kayla hanya diam. Apa Kayla marah kepadanya? Sepertinya iya. Tapi apakah Eza peduli? Jawabannya tentu tidak. "Mau sampai kapan lo diemin gue?" tanya Eza dan lagi tak ada sahutan jawaban. Eza menghela nafasnya kasar. "Kalau lo masih nggak mau kasih tau di mana rumah lo, jangan salahin gue kalau gue bawa lo ke rumah gue," ujar Eza. Masih sama, Kayla tak sedikit pun bergerak dari posisinya. Apa Kayla tak merasa takut? Kayla sendiri tengah menahan kekesalan yang sudah sampai di ujung. Rasanya Kayla ingin menyemprot Eza dengan segala macam u*****n namun apa daya, dia terlalu kesal bahkan hanya untuk menatap cowok itu rasanya Kayla tidak bisa. "Kay?" panggil Eza masih berusaha membuat Kayla mau berbicara dengannya. "Oke! Lo suka sama Diego?" Pertanyaan itu membuat Kayla sedikit tersentil. Namun responnya hanya berupa deheman tanpa ada satu huruf yang keluar dari dalam mulutnya. "Terserah lo!" Eza nampak pasrah. Sekarang jangan salahlah Eza jika dia akan benar-benar membawa Kayla ke rumahnya. Melihat jalanan yang kini berbeda membuat dahi Kayla menyerngit. Apalagi saat Eza tak berusaha bertanya lagi kepadanya. Mobil terus melaju tanpa ragu seakan telah tau ke mana tujuannya. Sekarang barulah Kayla merasa panik. Dia segera mengangkat kepalanya, menatap Eza dengan sengit. "Lo mau bawa gue ke mana?" tanya Kayla ketus. Eza mengangkat sebelah bibirnya. "Baru bisa ngomong? Kenapa tanya kayak gitu? Lo baru merasa takut?" "Apaan sih! Gue serius tanya lo mau bawa gue ke mana?!" "Lo dari tadi aja nggak pernah jawab pertanyaan gue, terus sekarang buat apa gue jawab pertanyaan lo?" kata Eza membuat Kayla semakin menggeram kesal. "Za nggak lucu ya!" bantak Kayla. "Gue tau, gue kan bukan Diego yang humoris." "EZA!" "Apa? Lo mau marah? Harusnya gue yang marah, lo pikir enak didiemin? Bensin gue juga hampir habis gara-gara lo tau nggak?" omel Eza. Rasanya Kayla sangat ingin menggeplak kepla cowok itu sekarang juga. "Turunin gue sekarang!" suruh Kayla. Eza diam tak menggubrisnya. "Za gue bilang turunin gue!" "Gue mau lo jadi pacar gue sekarang juga!" "APA? UDAH GILA LO YA?" teriak Kayla yang terkejut sekaligus tak bisa menerima itu. "Bisa nggak kecilin suara lo!" sentak Eza. "Gue nggak mau jadi pacar lo!" "Gue nggak suka ada penolakan!" "Ya gue peduli apa? Mau lo nggak suka penolakan, nggak suka apa, gue nggak mau tau! Pokoknya gue nggak mau jadi pacar lo!" Ciit! Hampir saja jidat Kayla terbentur dashboard mobil kalau saja dia tak memakai sabuk pengaman. Apa-apaan Eza mengerem mendadak seperti itu. "Bener-bener gila lo ya!" maki Kayla semakin kesal. Kini Eza menatap Kayla lekat. Sebelumnya dia telah mengunci mobil untuk mengantisipasi agar Kayla tak kabur. "Mau apa sih lo ha sebenernya!" Kali ini Kayla membentak dengan suara yang bergetar hampir menangis. "Gue mau lo jadi pacar gue," kata Eza. "Ya gue nggak mau!" teriak Kayla. "Aturan pertama jadi pacaranya Eza--" "Apaan sih lo freak tau nggak!" potong Kayla cepat. Eza tak peduli, dia tetap melanjutkan kalimatnya. "Gue nggak suka cewek gue deket-deket sama cowok lain. Apalagi Digeo! Karena gue orangnya yang suka berbagi apalagi kalau sampai terbagi!" Mata Kayla kian membulat, dia lalu menggeser duduknya jadi menatap Eza. "Sekalai lagi gue bilang gue bukan cewek lo!" "Nomor dua, dilarang berbicara lebih tinggi dari gue. Cewek itu yang feminim, lemah lembut, jangan kayak kuda lumping kesurupan gini!" "Wah, ngeledek sekarang. Eh kutub es bener-bener ya mulut lo!" protes Kayla. "Yang ketiga, gue nggak suka dibantah, ditolak, dicuekin, dianggurin, dan lo sebagai cewek gue harus mematuhi semua itu!" "Za! Gue-bukan-cewek-lo!" bentak Kayla menekankan setiap katanya. "Yang keempat, paling penting dan harus lo ingat. Sekali lo udah masuk ke hati gue, lo akan terus berada di sana, karena hati gue nggak punya pintu keluar otomatis, kecuali gue yang minta!" ucapan itu keluar dari dalam mulut Eza seakan menyiratkan sebuah kesungguhan. Mata Eza juga selalu menatap ke mana gerak mata Kayla. Keduanya lalu terdiam. Hingga kemudian Kayla tersadar dan langsung menggeplak kepala Eza dengan tas di pangkuannya. Pluk! "Anjing gila lo ya? Sakit b**o!" semprot Eza merasa kesakitan. "Rasain! Sekali lagi gue bilang sama lo, gue bukan cewek lo, gue bukan pacar lo, dan gue nggak mau jadi cewek maupun pacar lo! Jadi jangan atur-atur gue dengan peraturan gila lo itu Ezzalian!" Mendengar protesan Kayla yang bernada tinggi, sebelah bibir Eza lantas terangkat. "Pelanggaran peraturan nomor dua dan tiga harus mendapatkan hukuman berlapis dan hukuman pertama. Besok lo wajib berangkat dan pulang sama gue, di sekolah hanya boleh interaksi dengan gue, nggak ada bantahan nggak ada penolakan!" Lagi, entah sudah berapa kali mata Kayla dibuat membulat oleh Eza. Bagaimana bisa dia memberi hukuman seperti itu. Ini sama sekali tidak benar. Kayla menggelengkan kepalanya, tanganya lalu meraih pintu mobil, berkali-kali dia berusaha membukanya namun tak bisa. Eza terkekeh senang di tempatnya. "Mau sekuat apa lo buka juga nggak bakal bisa kebuka," ujar Eza. "Lo kunciin gue?" "Right! Sekarang ayo kita pulang. Mau ke mana? Rumah gue? Rumah lo? Atau langsung ke KUA?" "Ke langit! Minta malaikat jemput lo sekarang juga dan suruh bawa lo ke neraka!" balas Kayla kesal. Sambil mulai melajukan mobilnya Eza membalas, "Nggak masalah, asal berdua sama lo gue nggak akan protes, karena mulai sekarang langkah kita akan selalu beriringan." Kayla muak! Mendengar itu Kayla langsung merebahkan punggungnya pada sandaran mobil. "Astaga! Siapa pun buang gue ke rawa-rawa sekarang juga!" ****** Sampai, setelah melewati perdebatan terpanjang di hidup Kayla dan Eza, sekarang keduanya telah sampai di rumah Kayla. Tanpa mengatakan apa pun Kayla langsung turun dari dalam mobil, namun sebelumnya Eza sempat menahan lengannya membuat Kayla memutar kedua bola matanya malas. "Apa lagi Za? Apa nggak cukup lo siksa gue hari ini?" tanya Kayla tak lagi punya semangat hidup. "Mulai saat ini, detik ini, you are mine! Selama gue nggak ada di samping lo, jangan pernah ganjen sama cowok lain, ingat peraturan pertama!" Dengan malas Kayla mengangguki saja ucapan cowok itu. Dia juga melepaskan pelan tangan Eza dari lengannya. "Terserah lo ya Eza, terserah, udah nggak peduli lagi gue! Mau lo bunuh gue sekarang pun nggak masalah dan malah lebih baik kayak gitu. Okey, udah ya, bye!" Eza membiarkan Kayla keluar. Dia melihat Kayla berjalan gontai memasuki rumah. Rencana Eza berhasil, dia tersenyum bangga kepada dirinya sendiri. Coba kalau tadi Eza tak gerak cepat, pasti Diego yang akan melancarkan aksinya sekarang. Kayla memang jutek, judes, nggak ada manis-manisnya, tapi Eza pikir itu hanya akan berlaku sementara. Hanya butuh waktu untuk membuat Kayla jatuh cinta kepadanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD