UKS

2068 Words
"Gimana keadaannya Dokter?" tanya Kania pada dokter yang memeriksa Aurel. Di uks sekolah memang tersedia beberapa dokter juga suster untuk menangani siswa yang cedera parah. Bahkan fasilitas uks itu terlihat seperti rumah sakit. Dan tentu saja itu semua berasal dari RS milik Aurel sendiri. Aurel sendiri tidak cedera parah karna sahabat nya saja yang terlewat lebay. "Teman nona tidak apa-apa, dia hanya perlu istirahat. Cedera di keningnya juga sudah saya obati. Kalau begitu saya permisi" jelas dokter itu seraya tersenyum ke arah sahabat Aurel. "Baik. Terimakasih ya dok" ucap Kania dan dibalas anggukan oleh dokter itu . Kania masuk ke dalam dan mendapati Gina dan Rani sudah menangis di samping bankar Aurel. Dan sahabat yang lainnya berusaha menenangkan kedua anak itu. "Hiks.. Aurel kapan hiks bangunnya sih?.." tanya Gina masih sesegukan di dekapan Letta. "Suutt.. udah gak usah nangis lagi. Aurel baik-baik aja kok dia cuma butuh istirahat aja." ucap Letta lembut mengusap bahu Gina untuk menenangkannya . Bugh Stefi menonjok dinding yang ada di belakang nya. "b**o! b**o! b**o!" ucap nya pada dirinya sendiri. "Gue gak becus jagain Aurel sahabat macam apa gue yang cuma bisa liat Aurel di bully kayak tadi.." lanjut nya sambil menunduk. Yona mendekati nya. Bahu Stefi bergetar dia terisak. Ya Stefi hanya akan menangis jika hal itu mengenai Aurel. "Bukan cuma lo tapi kita semua, jadi lo gak perlu salahin diri lo sendiri." ucap Yona memberi pengertian pada Stefi "Gue gak akan bikin tenang hidup tu anak. Gue gak terima dia hina Aurel. Gue harus balas perbuatan dia" gumam Stefi menghapus air matanya kasar. Dia berjalan ingin keluar dari uks tapi langkahnya terhenti karna mendengar suara lenguhan Aurel. "Enghh.." lenguh Aurel. Perlahan matanya terbuka dan tersenyum tipis kearah para sahabatnya. "Aurel. Gimana apa nya yang sakit? Kening lo gimana? Masih sakit ya? Tadi juga rambut lo di jambak kan sama tu lampir pusing gak kepala lo? Atau apa ayo bilang aja sama gue Rel" tanya Letta beruntun yang membuat Aurel terkekeh kecil. "Lo malah nambah sakit nya Aurel kalau nanya udah kayak rel kereta api gitu" sinis Yona pada Letta membuat Letta mendengus kesal. "Gue nggak apa-apa kok" jawab Aurel singkat. "Eh eh mau ngapain?" tanya Aurel saat Gina dan Rani sudah mengambil ancang-ancang ingin memeluk nya. "Mau meluk Aurel lah" jawab mereka berdua serentak. "Jangan, seragam gue masih kotor nanti seragam kalian ikutan kotor." ucap Aurel menunjuk seragam nya yang memang belum di ganti. Gina dan Rani menegakkan tubuhnya kembali dengan wajah yang cemberut. "Sekarang mending lo bersih-bersih dulu deh. Nih seragam lo udah kita siapin" ucap Kania menyerahkan seragam bersih untuk Aurel. "Iya makasih ya" ucap nya tulus dan di balas anggukan oleh Kania. Aurel beranjak dari tempat tidur nya di bantu oleh Letta dan Yona. Namun belum beberapa langkah, Aurel berhenti karna mendengar ucapan Stefi. "Setelah bersih-bersih nanti ada yang mau gue omongin sama lo" ucap nya datar dan dingin. Kemudian Aurel melanjutkan langkahnya setelah berdeham untuk menjawab ucapan Stefi. 10 menit telah berlalu dan Aurel baru selesai dengan ritual nya. Dia Keluar sudah lengkap dengan penyamaran nya. Stefi langsung menarik lembut tangan Aurel duduk di sofa yang memang tersedia di sana. "Aurel lo harus bongkar penyamaran lo sekarang juga" ucap nya lembut tapi terkesan tegas. "Ih Stefi mah, kan baru 1 hari masa udah bongkar aja gak seru ah" ucap Aurel kesal memanyunkan bibirnya. Para sahabatnya yang tadi nya sedih memikirkan kondisinya terkekeh melihat tingkah nya. "Aurel, kita gak terima liat lo di bully di hina tadi. Sumpah gak kuat gue nahan nafsu buat gak bunuh tuh mak lampir" bujuk Stefi pada Aurel. "Udah kalian tenang aja gue gak apa-apa kok, pokok nya gue gak akan bongkar penyamaran gue sebelum misi gue tuntas" ucap nya tegas. Dan yang lain nya hanya dapat menghela nafas pasrah melihat sikap keras kepala Aurel. "Udah lah, mau lo jungkir balik di depan umum Aurel gak bakal ubah keputusannya." cibir Yona tanpa mengalihkan pandangannya dari hp nya. "Nah itu Yona tua" ucap Aurel asal "Yee sembarangan lo gue masih muda ya" kesal Yona melihat Aurel yang memandang nya datar. "Emang nya gue bilang apa tadi?" tanya Aurel pada Yona. "Gue tua" jawab Yona polos. Entah dapat angin darimana tiba-tiba kepolosan Yona muncul kepermukaan. "Nah itu lo ngaku sendiri" ucapan Aurel sontak mengundang tawa dari para sahabat nya dan Yona hanya bisa merenggut kesal. Aurel tersengum tipis melihat tawa lepas sahabatnya. Dia hanya ingin melihat tawa dari sahabatnya bukan malah sebaliknya. "Terus kayak gini ya. Jangan cuma karna gue kalian juga ikut sedih" batin Aurel Aurel tersadar dari lamunannya saat Kania menepuk pelan bahunya. "Kita dukung Aurel kalau emang itu keputusan kamu. Tapi ingat ya kontrol emosi kamu jangan sampai Lexis keluar lagi" nasehat Kania pada Aurel. Aurel tersenyum ini lah yang Aurel suka dari Kania. "Ay ay kapten" jawab nya sambil memperagakan seperti orang sedang hormat. Brak! Pintu uks di buka dengan kasar sehingga menimbul kan bunyi yang cukup keras. Dan pelakunya adalah Twins. "Levin! Lo apa-apa an sih? Ngagetin aja, untung gue gak punya riwayat penyakit jantung kalau jantung gue copot habis lo sama gue" omel Letta pada Levin . Levin menghiraukan Letta dan langsung saja berlari ke arah Aurel. "Ya ampun!! Lo nggak apa-apa kan? Lo ada luka? Dokternya bilang apa tadi? Gak ada luka serius kan? Jidat lo gak kenapa-kenapa kan? Ya ampun gue khawatir banget sama lo.. kita semua udah cari lo ke uks siswa malah lo masuk ke uks khusus" cecar Levin memegang bahu Aurel. Mendengar kalimat terakhir dari Levin Aurel kaget, kenapa dia baru nyadar kalau ini uks khusus petinggi pantas saja disini sangat lengkap. Tak jauh berbeda dengan Aurel, para sahabat nya juga sama terkejutnya dengan Aurel. Mengapa mereka bisa seceroboh ini? Tersadar karna tingkah nya, Levin melepas kan bahu Aurel dan menoleh kebelakang. Masih ada para sahabatnya. Menatap nya aneh. "Mampus. Gue mau jelasin apa coba? Leviiin kenapa b**o lo gak ilang-ilang sih?" rutuk Levin pada diri nya dalam hati Aurel yang mendengar itu mendengus kesal. "Punya abang yang begonya nauzubillah ya gini nih" batin Aurel. "Dia siapa lo Lev?" tanya Geral mewakili sahabatnya. Sudah di duga. Pertanyaan itu pasti yang pertama kali yang mereka tanyakan. "Dia adek kelas gue lah siapa lagi" jawab Levin mencoba untuk tenang. "Nenek-nenek yang udah bau main kafan lewat sini juga tau kalau dia adek kelas lo. Maksud Geral itu kenapa lo kayak dekat dan kenal banget sama dia padahal kan lo baru kenal tadi pas di kantin" jelas Yudis panjang lebar. "Ya.. ya g-gue kasian aja sama dia. Gue jadi ke inget sama adek gue jadinya liat dia di bully kek tadi. Emang nya lo semua pada gak kasian liat dia? Wah bener-bener bener lo pada. Gak nyangka gue" jelas nya dengan sedikit menambahkan bakat lebai nya. "Ya gue juga kasian sih" gumam Yudis "Ih ya udah sih, kok malah kalian ribut. Kasian tuh Aurel nya jadi pusing." ketus Gina pada Axen dkk yang di angguki sahabatnya. "Tau nih. Lagian kalian ngapain sih kesini? Pergi aja sono ganggu aja syoo syoo" usir Rani sambil mengibaskan tangan nya seperti sedang mengusir. "Kita mau jenguk temen lo emang gak boleh?" sinis Sandy melipat tangan nya di d**a. "Lo semua udah liat kan? Ya udah tunggu apa lagi sana pergi! Perlu gue antar sampe kelas lo masing-masing?" ketus Stefi memelototkan matanya sambil bertolak pinggang. "Tiati Mbak mata nya copot gelindingan di lantai ntar" sindir Sandi pada Stefi. Stefi yang memang mudah tersulut emosi langsung menggeram marah. "Wah wah wah cari mala petaka dia. Pergi gak lo semua? Gue bogem lo satu-satu nyaho lo" ucap Stefi sambil melipat lengan baju nya ke atas berlagak seperti preman. "Iye iye galak amat sih neng. Jomblo terus lo baru tau" canda Geral terkekeh. Menghiraukan perdebatan para sahabat nya, Axen mengayunkan kaki nya ke arah Aurel yang sedari tadi diam. Entah kenapa, dari pertama dia datang mata nya tidak lepas dari Aurel. Seperti ada magnet tersendiri dari dalam diri Aurel yang menarik nya. Berhenti di hadapan Aurel kemudian berjongkok untuk menyamakan tubuhnya dengan Aurel. Tangan nya terulur menyentuh dagu Aurel dan mengangkat wajah Aurel agar bisa menatap nya. Memang dari tadi Aurel hanya menunduk. "Gimana keadaan lo? Lo nggak apa-apa kan?" entah mabuk air berapa liter sehingga membuat Axen bisa berbicara panjang seperti itu dan point plus nya baru kali ini dia perhatian pada seorang cewek. Aurel menaikkan sebelah alisnya merasa aneh dengan cowok di hadapan nya ini. Namun tak urung dia menjawab pertanyaan yang di tujukan padanya. "Gue udah nggak apa-apa kok" jawab nya datar. Tangan Axen yang tadi nya berada di dagu Aurel kini beralih pada kening Aurel yang di beri handsaplast itu. "Jidat lo nggak apa-apa? Gak sakit?" tanya nya sambil sedikit menekan-nekan kening Aurel yang luka membuat sang empunya meringis. "Aw.." ringis nya. "Eh sorry sorry. Gue gak sengaja lo gak apa-apa kan? Sini gue tiupin" ucap Axen cepat meniup kening Aurel yang terluka membuatnya harus mencondongkan tubuhnya lebih dekat ke arah Aurel. Jarak mereka sangat dekat. Untuk beberapa saat mereka sempat saling tatap sebelum dehaman dari para sahabat nya. "Ehem. Tolong adegan romantisnya di kondisikan. Disini jomblo semua kalau kalian lupa" sindir Levin menggoda Aurel dan Axen. Sontak Axen kembali menarik tubuhnya dan gelagapan sendiri sambil menggaruk kepala belakangnya yang tidak gatal. "Apa-apaan sih lo" ketus Axen pada Levin membuat semuanya terkekeh. "Udah ah yuk kekelas " ajak Aurel para sahabat nya seraya berjalan keluar dan di ikuti sahabat-sahabatnya. Axen yang masih salah tingkah akibat ulah Levin berusaha kembali menetral kan raut wajah nya untuk terlihat setenang mungkin. "Jangan bilang kalau yang tadi itu gue?? Malu gila gue njirr" batin Axen berteriak Aurel hanya terkekeh pelan mendengar itu. Dia bisa alay juga pikir Aurel. "Kelas" ucap Axen kembali ke sifat aslinya. "Ck. Dekat Aurel aja, panjang kali lebar kali ngos-ngosan ngomong nya. Eh giliran ke kita singkat nya gak nyelow coy" cibir Sandy pada Axen yang ada di depannya. Sedang Axen hanya acuh melanjutkan jalannya dengan gaya cool nya. Bel pulang sudah berbunyi 15 menit yang lalu, namun Aurel belum kunjung keluar dari kelasnya karna tugas piket nya hari ini. Sebenarnya bukan tugas Aurel, tapi karna petugas hari ini tidak hadir jadi lah Aurel yang di tugas kan wali kelas karna dia belum dapat jadwal piket. Sahabat nya juga masih setia menunggu walaupun tadi Aurel sudah menyuruh mereka pulang ralat mengusir mereka. Sahabat yang baik bukan? "Huft.. kalian mending pulang aja deh. Gue kan bawa sepeda percuma juga kalian nungguin disini" bujuk Aurel yang entah keberapa kali nya. "Enggak. Kita bakal tetap nungguin lo disini. Udah deh lo nyapu aja jangan banyak cincong" jawab Letta masih setia pada hp di genggaman nya. Aurel mendengus kesal dan kembali melanjutkan tugas nya. Jika mereka ingin cepat, seharusnya bantu dia menyelesaikan pekerjaan nya, tapi mereka malah asik bermain ponsel, bagaimana Aurel bisa tahan untuk tidak mengusirnya. 5 menit berlalu dan Aurel sudah menyelesaikan tugasnya. "Yuk capcus balik, gue udah laper nih" ucap Aurel girang. "Dasar makan aja pikiran lo" cibir Yona. Aurel memicingkan mata nya melihat ke arah Yona. "Suka-suka gue dong wlee" jawab Aurel menjulurkan lidahkan pada Yona yang mengerucutkan bibir Sedang kan yang lain nya hanya menggeleng kan kepala nya maklum. "Loh itu Axen dkk ngapain masih disini?" tanya Rani pada sahabatnya. "Mana gue tau. Bukan urusan gue" jawab Yona datar. "Yeuu nyantai dong Mbak nya" sini Rani. "Diem. Gak usah berantem bisa?" ucap Kania menengahi. Dan mereka pun diam sambil meneruskan perjalannya ke arah kendaraan nya berada. Sebenarnya ini ada lah parkiran khusus petinggi, ya seperti mereka ini. Aurel yang tadinya memarkir kan sepedanya di parkiran khusus siswa sekarang berada di sini karna ulah Rani dan Gina yang menyuruh bodyguard nya untuk memindahkan nya. "Kalian ngapain masih disini?" tanya Stefi pada Axen dkk saat sudah sampai disana. Axen dkk yang tadinya fokus pada ponsel mengalihkan pandangan nya pada Aurel dkk yang berdiri di hadapannya. "Nungguin kalian" jawab Sandy mewakili semuanya. Kening Aurel dkk berkerut tanda tak mengerti. "Ngapain di tungguin? Kita kan gak minta" tanya Gina di angguki para sahabatnya. "Kita yang mau. Udah ah cepet lo semua pulang bareng kita-kita " jawab Geral santai sambil menghembus kan asap rokok nya ke atas. Ya begitu lah Geral semenjak kejadian itu. Aurel yang melihat itu maju kedepan, tepatnya ke arah Geral. Dia memang paling tidak suka melihat ada orang yang merokok di depan nya. Katanya 'mubazir nyawa nya entar melayang gara-gara sebatang rokok'. "Bang" ucap Aurel lembut tapi terkesan tegas. Geral dan Renzo yang mendengar itu tersentak kaget dan tubuh nya mematung.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD