Empat - Wedding Day

1901 Words
Satu bulan kemudian *** Kerl tidak bisa menolak keputusan orang tuanya untuk menikahi Re, ia tidak kehilangan seluruh harta warisan dan ditendang dari keluarga Grissham, lebih baik ia menurut saja, meskipun ia menikahi Re dengan sangat terpaksa, tidak ada sedikitpun terlntas rasa cinta untuk perempuan itu. Hari ini adalah hari pernikahahn mereka diselenggarakan, dihadiri oleh undangan yang cukup banya dan acaranya cukup meriah, Kerl sama sekali tidak ikur campur dalam proses persiapan acara, ini semua diurus oleh Ayudia dan Mark. Kerl pun sudah resmi bercerai dengan Elleana sepuluh hari yang lalu, tidak ada hal yang sulit dalam proses perceraian langsung dikabulkan oleh pengadilan, karena di sini Kerl bersalah, ia menghamili sekretarisnya saat dan ia harus bertanggung jawab. Bohong kalau Ellleana bilang baik-baik saja, tidaka satu pun wanita di dunia ini yang merasa bahagia ketika ia sudah resmi menjadi janda, apalagi Elleana menikah dengan karena cinta, tetapi sekarang ia harus rela melihat mantan suami yang ia cintai kini bersanding di antas pelaminan dengan wanita lagi. Dilihat dari sudut pandangan mana pun, dari kaca mata orang yang melihat, bahwa Re adalah tersangka, ia adalah perebut laki orang, sedangkan Elleana adalah korban, ia harus merelakan pria yang cintai bersama wanita lain hanya untuk sebuah pertanggung jawaban. Dan orang-orang akan iba dengan Elleana, sedangkan Re mendapatkan hujatan dan bisikan-bisikan tidak mengenakan hati dari berbagai pihak. Dengan langkah yang pasti, dan senyuman yang tak pernah pudar dari wajahnya, Elleana naik ke atas pelaminan untuk memberikan selamat kepada Kerl dan juga istri barunya. Ia sakit hati, benar-benar sakit hati, tetapi ia berusaha tetap kelihatan tegar dan menganggap ini semua adalah takdir yang harus ia jalani dan semua akan baik-baik saja, ia pasti bisa mendapatkan kebahagiaan sejati nantinya. Baru sampai di atas pelaminan, saat Elleans mengulurkan tangannya kepada Kerl, tetapi pria itu langsung menariknya ke dalam pelukannya, tidak peduli, banyak orang yang memperhatikan mereka, bahkan ada yang berbisik-bisik tentang Kerl yang masih sangat mencintai mantan istrinya dan kehadiran Re hanya sebagai pengganggu kebahagiaan orang. Re yang melihat suaminya berpelukan dengan wanita lain sangat sakit hati, ia ingin marah, tetapi ia sadar diri akan posisinya, Kerl tidak pernah mencintainya, pernikahan ini terjadi hanya karena sebuah kesalahan, hanya bentuk pertanggung jawaban, ia ingin menangis sekencang-kencangnya dan mengadu kepada Tuham bahwa hatinya saat ini teramat perih diperlakukan seperti oleh suaminya. Akankah Re sanggup menjalani pernikahan dengan seorang pria yang sama sekali tak mencintainya? Kerl menghirup dalam-dalam aroma mantan istrinya yang sangat ia sukai. Ia menyukai semua tentang Elleana. "Asal kamu tahu, El, aku masih sangat mencintaimu, tidak ada terlintas sedikit pun di hatiku untuk mencintai perempuan selain kamu, aku menikahimu karena aku mencintaimu dan menginginkan rumah tangga kita langgeng sampai maut memisahkan, tapi target berkata lain, akhirnya kita berpisah, dan aku harus menikahi perempuan yang sama sekali tidak aku cintai. Kalau harus memilih, aku ingin tetap bersama kamu, dan meninggalkan Re, karena rasa yang aku punya untuk kamu itu rasa yang luar biasa, aku tahu kamu juga sangat mencintaiku. Iya, kan?" bisik Kerl, tetapi masih bisa didengan oleh orang di sampingnya, hati Re teramat sakit saat mendengar suaminya berkata seperti itu untuk wanita lain yang merupakan mantan istrinya. Air mata Elleana jatuh begitu saja, saat mendengar mantan suaminya berkata seperti itu, ia mencintai Kerl, sangat, ia pun harus pura-pura tegar di atas kesakitan yang ia rasakan, ia harus tetap tersenyum menyaksikan mantan suaminya menikahi wanita lain, tetapi ia tidak boleh egois, saat ini Kerl bukan lagi miliknya, ia mempunyai istri yang hatinya harus ia jaga. Ia juga wanita, jadi bisa merasakan seperti apa perasaan Re saat ini melihat suaminya memeluk wanita lain dan mengatakan hal semacam itu. Elleana menghela napas pelan, lalu menyeka air matanya. Ia pun melepaskan pelukan Kerl dan tersenyum tipis. "Jadilah, laki-laki yang bertanggung jawab, Kerl, sekarang istrimu bukan aku lagi tapi Re, jangan pernah membuatnya bersedih, aku berdoa untuk kebahagiaan rumah tangga kalian. Selamat ya atas pernikahan kalian, semoga bahagia selalu." Kemudian Elleana beralih ke Re, ia memeluk wanita itu sejenak kemudian berkata, "Jadilah istri yang baik untuk Kerl, tetap berada di sampingnya dalam keadaan apa pun, kalau dia menyebalkan, cukup bersabar, mungkin sekarang dia belum mencintai kamu, dan kamu harus buat dia menghilangkan perasaannya untuk aku dan hanya mencintai kamu. Sekali lagi selamat untuk pernikahan kalian, bahagia selalu." "Terima kasih, Bu Elleana," jawab Re dengan senyuman manis, setelah itu Elleana langsung turun dari pelaminnan. Semua tatapan tertuju untun wanita itu, ada yang menatap iba karena ia harus merelakan mantan suaminya untuk wanita lain, dan ada yang menatap kagum karena ia tetap datang untuk memberikan selamat atas pernikahan mantan suaminya dan wanita lain, tidak semua orang bisa setegar itu menerima takdir ini, tetapi bagi orang-orang yang melihatnya, Elleana adalah wanita hebat yang tetap terlihat baik-baik saja, coba kalau perempuan lain, pasti sudah dihantam dan dilabrak si pelakornya. Sekarang Re mengerti kenapa Kerl sangat mencintai Elleana, wanita itu ternyata sangat baik dan memiliki hati yang mulia, ia kira Elleana akan murka jika melihat mantan suaminya bersanding dengan wanita lain, tetapi tidak, justru ia datang dan memberikan ucapan selamat atas pernikahan mereka. Re jadi merasa bersalah dan malu terhadap Elleana, karena telah merebut apa yang seharusnya menjadi milik dia, andai saja malam itu ia lebih bisa menahan hasratnya, pasti semua tidak akan menjadi seperti ini. Namun, Re harus mempertahankan rumah tangganya, demi anak mereka, dan juga Re tidak ingin melihat ibunya kecewa lagi, cukup kemarin ibunya kecewa karena Re menikah hanya sebuah pertanggung jawaban, sekarang ibu dan adiknya datang ke Jakarta hanya untuk melihat Re bersanding dengan seorang pria di atas pelaminan, ia harus tetap tegar dan berusaha menjadi istri yang baik, meskipun ia tahu bahwa hati Kerl masih untuk Elleana. Sedari tadi suaminya seperti patung, sama sekali tidak menatapnya, berbicara dengannya, dan menyentuhnya pun tidak. Raganya di sini, tetapi jiwanya melayang, ini adalah akibat dari pernikahan tanpa cinta, tidak ada kebahagiaan yang menyelimuti hati Kerl saat ini, benar-benar kosong, ia seperti menikah dengan patung yang sama sekali tidak bisa berbicara. Ia memang pernah berkhayal menikah dengan Kerl, tetapi bukan pernikahan seperti ini yang ia bayangkan, ia berharap suaminya bisa mencintainya dengan sepenuh hati tanpa ada keterpaksaan. *** Setelah acaranya berakhir, Re dan Kerl langsung ke kamar pengantin yang sudah disediakan oleh Ayudia dan Mark di hotel ini, mereka hanya mengikuti apa yang mereka katakan. Kamarnya benar-benar indah, sudah didekor dengan bunga-bunga yang menghiasi kamar itu, tetapi terasa hampa saat sang suami hanya berdiam sedari tadi, bahkan saat mereka selesai mandi pun Kerl masih enggan berbicara dengannya, padahal Re ini adalah istrinya, sampai kapan Kerl akan bersikap dingin dan menganggapnya tak ada? Re juga ingin seperti orang-orang yang menjalani perasaan dengan suka cita dan kebahagiaan mendalam yang menyelimuti hati mereka. Re mencoba mendekati suaminya yang sedang rebahan di atas ranjang. "Kerl, sampai kapan kamu mau diam terus? Kita ini adalah suami dan istri, sudah sewaharnya kita saling bertegur sapa dan saling menatap, aku istri kamu, dan kamu adalah suami aku." Akhirnya Re berhasil mengeluarkan uneg-uneg yang sedari tadi ia pendam. Kerl pun meletakkan ponsel itu di atas ranjang dan menatap Re dengan senyuman sinis. "Pernikahan seperti apa yang kamu inginkan? Aku mencintai kamu? Kamu mencintai aku? Lalu kita sama-sama mencintai? In your dream, Sayang. Dengar, aku masih sangat mencintai Elleana, jadi jangan berharap perasaan itu akan berubah untuk kamu. Ingat, aku menikahimu karena sebuah pertanggung jawaban." Re malah salah fokus dengan panggilan aku, yang biasa saya, sekarang aku, itu perubahan yang sangat baik, ia yakin suatu saat nanti, perasan Kerl akan berubah mencintainya, bukan lagi Elleana atau wanita mana pun. "Kalau kamu tidak bisa bersikap baik sama aku, bersikap baiklah sama darah darah daging kamu." Re menunjuk perutnya. "Di sini ada Kerl junior, aku selalu berharap apa pun jenis kelaminnya, semoga matanya mengikuti kamu, warna biru yang membuatku jatuh cinta di awal pertemuan kita tiga tahun lalu, dan aku berharap dia laki-laki biar dia jadi jagoan yang selalu melindungi bundanya." Re melepaskan lingerie yang ia gunakan, lalu ia mendekat ke arah Kerl, laki-laki itu menelan salivanya dan melihat istrinya hanya mengenakan pakaian dalam, bohong kalau Kerl tidak tergoda, dari awal pertemuannya dengan Re, ia selalu menyukai tubuh seksi itu, dan sekarang tubuh itu ada di depan matanya dan menjadi milik Kerl sepenuhnya. Persetan dengan perasaan cintanya untuk Elleana, ada sesuatu yang harus ia puaskan. Kerl langsung menarik tubuh Re, di atas ranjang, dan ia berada di atas wanita itu. Kerl segera menempelkan bibirnya dengan bibir Re, lalu memagutnya dengan hasrat yang menggebu-gebu, Re pun membuka mulutnya, dan memberikan akses untuk Kerl memainkan lidahnya di sana, hingga mereka sama-sama kehabisan napas, ciuman itu pun turun ke leher dan memberikan tanda kepemilikan di sana, erangan-erangan yang terdengar dari bibir Re membuat Kerl semakin bersemangat dan terangsang untuk melanjutkan permainan itu, kemudian ciuman itu turun ke dadanya, ia membuka penutup d**a itu dan memainkan didaerah sana, ia memberikan gigitan-gigitan kecil yang membuat Re semakin tergoda dengan tangannya yang sebelah fokus untuk memegang dan memiankan daerah sana dengan tangannya. Sekarang ciuman itu turun ke perutnya hingga ke daerah bawah sana, ia menarik celana dalam Re hingga terlepas dari tempatnya, ia memainkan jarinya di daerah sana, memberikan kepuasan untuk Re yang sedari tadi sudah sangat terangsang. Erangan-erangan semakin terdengar dari istrinya, membuat ia semakin melancarkan aksinya, tetapi pikiran jahat pun terlintas di pikiran Kerl. "Sudah, aku lelah, mau tidur saja." Dengan santai ia langsung tidur di samping istrinya itu. "Kerl, sialan! Kenapa kamu cuma goda aku, hah?! Tuntaskan, Kerl." Re benar-benar kesal dengan perlakuan Kerl yang tidak beradab, bisa-bisanya ia tidak beradab, hanya menggoda tanpa menuntaskan apa yang telah mulai. Kerl menoleh ke arah Re dengan senyuman tipis. "Kalau begitu, kamu yang di atas, pimpin dong, nanti aku ajari. Oke?" "Capek, Kerl, maunya dipimpin." "Aku juga capek, seharian berdiri, sekarang lebih baik kita tidur, besok-besok saja lanjutin oke?" ujar Kerl menatapnya degan senyuman. Apa ini cuma perasaan Re saja, kalau Kerl sudah mulai bersikap manis terhadap dirinya. Semoga sampai seterusnya perlukan Kerl akan semaanis ini. "Kerl, aku boleh tidur sambil peluk kamu?" tanya Re takut-takut, ia takut kalau suaminya ini marah. Kerl langsung mematilan lampu utamanya dan hanya lampu tidur yang menyala, ia memeluk Re dengan erat. "Kalau di atas ranjang kita itu suami dan istri, kalau di tempat lain, aku mencintai Elleana, maafkan aku, Re, aku masih sangat mencintai mantan istriku itu. Dari awal pertemuan kita aku menyukaimu, tetapi hanya sebagai sekretaris, tidak lebih. Kamu itu perempuan baik, tapi malah terjebak sama pria berengsek yang tidak bisa mencintaimu." Re mengangguk. "Tapi, aku boleh minta satu hal? Perlakukan aku sebagai seorang istri walau perasaan kamu bukan untuk aku, setidaknya ingat di perutku ada anakmu. Dan jangan pernah larang aku untuk mencintai kamu. Oke?" "Hm, Re, sejak kapan kamu mencintaiku?" Akhirnya Kerl penasaran dengan itu semua. "Tiga tahun yang lalu, awal pertemuan kita, aku kira rasa itu cuma rasa biasa karena kamu ganteng, bule, oriental, tapi aku salah, rasa itu semakin tumbuh, sampai akhirnya aku sadar aku jatuh cinta sama bosku sendiri, tapi aku enggak punya keberanian untuk mengatakan hal itu, terus pas aku tahu kamu pacaran sama perempuan lain dan bahkan memutuskan untuk menikah sama dia, aku hancur, Kerl, aku sedih, aku kecewa, tetapi aki sadar diri, aku hanya sekadar bawahan, dan entah setan dari mana yang buat aku berani jujur akan perasaanku sama kamu, sampai akhirnya kamu murkan sama aku." Kerl terdiam sejenak, ia tidak tahu kalau Re menyimpan perasaan itu sendirian, dan dulu saat persiapan pernikahannya dengan Elleana pun, Re banyak membantunya, ternyata dia menyimpan luka yang hanya sendiri yang tahu. Kerl semakin merasa menjadi pria berengsek. "Lebih baik sekarang kita tidur. Oke?" Re menenggelamkan kepalanya ke d**a Kerl. "Aku mencintaimu, semoga suatu saat nanti kamu juga bisa mencintaiku." ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD