5. Lagi-lagi Bercinta

1390 Words
Gianna dibawa masuk ke dalam gang untuk bersembunyi di sana. Gianna mendongakkan kepalanya, walau keadaan cukup gelap, tapi ia masih bisa melihat siapa yang saat ini bersamanya karena jaraknya yang begitu dekat. Dylan, itulah orangnya. Gianna bisa merasakan tubuh bagian depannya yang menempel dengan tubuh Dylan, sekaligus bisa merasakan hembusan napas Dylan di wajahnya ketika ia menundukan kepalanya. "Kenapa kau di sini?" tanya Gianna, tapi Dylan langsung menutup mulutnya dengan tangan karena kedua penagih utang tadi masih ada di sekitar mereka. Gianna menatap Dylan dalam diam. Ia sama sekali tidak berontak ketika Dylan menutup mulutnya. Ketika pandangan Dylan kembali mengarah padanya dalam jarak yang begitu dekat, Gianna seolah dibuat membeku oleh tatapan matanya. Gianna bahkan tidak mampu mengalihkan pandangannya. "Siapa mereka?" tanya Dylan dengan nada pelan ketika suara kedua pria tadi tidak terdengar lagi. Dylan juga menyingkirkan tangannya dari mulut Gianna, agar ia bisa bicara. "Aku tidak mengenal mereka. Mereka tiba-tiba datang untuk menagih utang Ethan padaku. Aku dijadikan jaminan tanpa sepengetahuanku," jawab Gianna setelah bisa bisa mengendalikan dirinya. "Benar-benar pria gila!" "Bagaimana denganmu? Kenapa kau tiba-tiba ada di sini? Ini tidak seperti tempat yang biasa didatangi oleh orang sepertimu." Gianna kembali bertanya pada Dylan. "Aku datang mencarimu. Rumahmu kosong dan kau tidak menjawab teleponku. Jadi, aku pergi berjalan-jalan sebentar." "Kau mencariku? Untuk apa?" tanya Gianna lagi. "Apa kau lupa apa yang kita bicarakan sebelumnya? Aku bisa meneleponmu, atau datang mencarimu kapan saja aku mau. Aku ingin melakukannya." Dylan melingkarkan tangannya di pinggang Gianna, kemudian menariknya mendekat seolah jarak saat ini belum cukup dekat baginya. Gianna benar-benar dibuat terkejut oleh segala tindakan Dylan sejak pertemuan pertama mereka. Gianna tentu berharap kalau pria kaya seperti Dylan benar-benar akan memanggilnya lagi, tapi ia tidak menduga kalau Dylan sampai datang ke sini untuknya. Gianna pernah mencoba mencari tahu beberapa hal tentang Dylan di internet, tapi tidak ada banyak hal yang didapatkan, selain fakta bahwa ia adalah seorang pengusaha kaya raya. Dylan adalah pemilik sebuah perusahaan yang bergerak dibidang IT dan perusahaan itu telah ia bangun sejak masih kuliah. Seseorang yang cerdas, seperti itulah Dylan ditulis dalam artikel yang Gianna baca. "Apa kau tergila-gila padaku sekarang?" Gianna mulai menggoda Dylan dengan membelai pahanya, kemudian perlahan naik ke titik sensitif Dylan. Dylan menyeringai dan mendekatkan bibirnya ke telinga Gianna. Dylan memberikan lumatan kecil, kemudian berbisik, "Kau adalah p*****r terbaikku saat ini. Aku akan membuatmu meneriakan namaku sampai aku mendapatkan kebahagiaan dan ketenangan." Dylan yang memerlukan luapan kenikmatan untuk menjernihkan pikirannya, sekaligus sebagai bentuk pelampiasan rasa sakitnya, kini menarik Gianna keluar dari gang sempit tempat mereka bersembunyi. Dylan akan mengajak Gianna ke tempat terbaik untuk kegiatan panas mereka. Saat Gianna pergi bersama Dylan dengan menaiki sebuah mobil, ada Risa yang terus menatap kepergian Gianna. "Apa kau tahu pria yang dekat dengan Gianna akhir-akhir ini? Apa dia hanya seorang pelanggan biasa?" Risa kembali mengingat pertanyaan Ethan sebelumnya. Risa tidak yakin apakah pria yang saat ini bersama Gianna adalah pria yang dimaksud oleh Ethan, sebab akhir-akhir ini ia jarang bertemu dengan Gianna. *** Pak Dylan: Kau pulanglah dengan mobilku. Besok, aku akan kembali dengan taksi. Henry membaca pesan dari Dylan dengan begitu seksama. Henry tidak mengerti, kenapa Dylan meminta diantarkan ke tempat tinggal Gianna? Sebelumnya, Henry sempat melihat Gianna masuk ke klub malam tempat Dylan mengadakan pesta. Siapa sebenarnya Gianna? Apa pekerjaannya? Apa pun itu, Henry tidak boleh bertanya atau mengulik lebih jauh sebelum Dylan memintanya melakukannya. Sekarang, Henry hanya ingin istirahat karena seharian ini sudah menyelesaikan pekerjaan yang Dylan tinggalkan, belum lagi ia harus mengawasi Dylan yang sedang menghadapi kekacauan dalam hidupnya. "Kesenangan apa yang Pak Dylan dapatkan dari Gianna? Apa Gianna wanita seperti yang aku pikirkan?" gumam Henry setelah ia berada di dalam mobil milik Dylan. Sementara itu, di sebuah hotel, Dylan dan Gianna kembali melakukan kegiatan panas yang seolah telah menjadi kegiatan favorit mereka. Gianna adalah nama pertama yang terlintas di benak Dylan ketika ia mulai kesulitan mengatur emosinya. Gianna bagaikan tetesan air yang memberikan penyegaran ketika ia lelah berjalan di atas penderitaannya. Dylan ingin lari dari semua penderitaan ini dan pelukan Gianna adalah tempat pelarian terbaik yang bisa ia temukan. Gianna bisa bersikap selayaknya kekasih untuknya saat berada di atas ranjang. Dylan juga tidak takut jika Gianna akan meninggalkannya, sebab ia memiliki uang yang bisa membuat Gianna selalu bisa bersamanya kapan saja ia mau. Jadi, Dylan tidak mengkhawatirkan apa-apa karena dirinya yang memiliki kuasa untuk bertahan atau memilih pergi. "Jangan pernah lagi kau tidur dengan pria lain. Aku akan memberikanmu sesuatu yang lebih dari yang bisa mereka berikan padamu," bisik Dylan tanpa menghentikan gerakan panasnya. Gianna tersenyum mendengar ucapan Dylan, kemudian membalikan posisi menjadi dirinya yang ada di atas Dylan. "Mari kita lihat dulu apa yang bisa kau berikan padaku." Gianna tersenyum pada Dylan dan mulai memimpin permainan panas ini. Kulit yang basah karena keringat terus bergesekan satu sama lain. Desahan dan erangan memecah keheningan kamar ini. Tidak ada status atau cinta. Ini hanya memperlihatkan dua anak manusia yang telah terjebak dalam lingkaran takdir yang akan membawa mereka jauh lebih dalam dari yang bisa mereka pikirkan. Setelah menyelesaikan permainan mereka, makanan kini telah tersaji di depan Dylan dan Gianna. Masih di kamar yang sama, Dylan dan Gianna menikmati makanan mereka dengan ditemani sebotol wine kualitas terbaik. Makanan enak dan minuman terbaik, ini adalah hal terbaik yang Gianna dapatkan hari ini. Gianna belum pernah makan atau minum setelah melakukan hubungan dengan pria yang sebelumnya menjadi pelanggannya. Gianna hanya akan membersihkan dirinya, kemudian pergi setelah mendapatkan uangnya. Gianna merasa muak jika terlalu lama bersama pria-pria yang pernah menjadi pelanggannya, tapi entah kenapa dengan Dylan rasanya berbeda. Gianna belum tahu seperti apa kisah cinta Dylan, tapi jika Dylan sampai mabuk di bawah hujan dan memeluknya yang bahkan tidak ia kenal, maka kisah cinta itu pasti sangat menyakiti hatinya. Dylan terlihat seperti orang yang kehilangan arah saat ini. Dylan bahagia saat di ranjang, tapi setelahnya ia lebih banyak diam. "Kenapa kau terus menatapku?" tanya Dylan. "Tidak apa-apa," jawab Gianna. Gianna meraih gelasnya dan meneguk minuman yang ada di dalamnya sampai habis. "Besok, mari bertemu lagi di sini, di jam yang sama." Kunyahan dan gerakan tangan Gianna seketika terhenti setelah mendengar ucapan Dylan. Benar-benar peluang besar, pikir Gianna. "Tentu saja. Aku pasti akan datang." Gianna tentu tidak menyia-nyiakan kesempatan emas yang datang padanya. Jika ini berjalan baik, maka Gianna pikir ia bisa berhenti dari pekerjaannya sebagai pelayan di sebuah restoran dan hanya fokus pada Dylan. "Namun, aku bisa saja datang terlambat, atau tidak datang karena orang-orang itu sepertinya masih mengejarku. Apa lagi aku dijadikan jaminan." Gianna bicara sembari melirik Dylan, berharap ada sesuatu yang ia dapatkan untuk menyelesaikan masalah yang dibuat oleh Ethan. "Aku akan mengurusnya. Aku jamin, mereka tidak akan pernah muncul lagi di hadapanmu," ucap Dylan, kemudian menenggak minumannya. "Terima kasih." Gianna tersenyum mendengarnya. "Itu tidak gratis." Dylan menatap lekat Gianna. Dylan meletakan gelasnya, kemudian melepaskan bathrobenya. "Kau tahu harus melakukan apa, 'kan?" ucap Dylan lagi. *** Seperti yang sudah disepakati, Gianna datang ke tempat yang sama, pada jam yang sama, dan kamar yang sama. Gianna pikir, Dylan belum ada di sana, tapi pintu langsung terbuka begitu ia tiba di depan kamar hotel dan Dylan langsung menariknya masuk. Tangan Dylan melingkar begitu erat di pinggang Gianna. Sementara bibir Dylan mencium bibir Gianna dengan begitu agresif. Pertemuan yang awalnya kurang menyenangkan, kini menjadi sebuah hubungan yang bisa dikatakan saling memanfaatkan satu sama lain. Gianna sadar betul bahwa Dylan menggunakan tubuhnya sebagai alat pelarian atas sakit hatinya, tapi ia tidak masalah selama ada imbalan yang setimpal untuknya. Dalam benak Gianna saat ini adalah ia harus mendapatkan uang dalam waktu yang cepat karena harga obat jantung neneknya tidaklah murah. Bagi Gianna, neneknya lebih penting dari hidupnya sendiri. Jadi, ia akan melakukan apa saja untuk neneknya, apa lagi ini menyangkut kesehatannya. Namun, tentu saja Gianna tidak akan membiarkan orang-orang dari kampung halamannya tahu apa yang sebenarnya ia kerjakan di sini. "Selain bercinta denganku, berikan aku solusi untuk melupakan sebuah masalahku. Setidaknya, untuk membuatku sedikit lega." Gianna menoleh pada Dylan yang duduk bersandar di ranjang. Dylan yang sebelumnya tidak mau membahas masalahnya, kini tiba-tiba meminta sebuah solusi. Apa itu pertanda bahwa Dylan mulai kehilangan batas kemampuannya dalam mengendalikan rasa sakit? Gianna ikut duduk seperti Dylan. Ia menerima dengan baik ketika Dylan memberikan rokok yang tadi dihisapnya. "Masalah tidak bisa dilupakan begitu saja, tapi aku mungkin bisa membuatmu merasa sedikit lega. Apa kau mau mencobanya?" tanya Gianna setelah menyemburkan asap rokoknya ke udara.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD