1. Pria Mabuk Yang Menyebalkan
Jam 12 malam, di sebuah kamar mandi hotel yang terasa begitu dingin, seorang wanita berdiri di depan cermin dengan tubuh yang tidak ditutupi sehelai benang pun. Rambut panjang bergelombangnya terlihat cukup berantakan. Wanita itu memiliki beberapa luka di pipi, dekat bibir, sekitar matanya, dan memar di tubuhnya. Luka itu masih baru, sebab baru ia dapatkan dari pria yang tidur dengannya malam ini.
Gianna, itulah nama dari wanita bertubuh kurus dan berkulit putih pucat. Seorang wanita berusia 25 tahun yang harus melakukan pekerjaan yang bahkan baginya sangat menyedihkan dan orang-orang akan menyebutnya sebagai wanita yang menjijikan. p*****r, seperti itulah para pria memanggil, sebelum akhirnya tidur dengannya.
Tangan Gianna perlahan meraih bathrobe yang tergeletak di sebelah wastafel, lalu ia mulai mengenakan untuk menutupi semua luka di tubuhnya. Gianna keluar dari dalam kamar mandi, kemudian memakai semua pakaian dan pergi setelah mengambil sejumlah uang yang ada di atas nakas tepat di samping ranjang. Gianna meninggalkan seorang pria yang masih tertidur lelap. Sekalipun ia merasa lelah dan sakit di sekujur tubuh karena permainan kasar pria itu, Gianna tetap tidak ingin beristirahat lebih lama di sana.
Walaupun waktu sudah lewat tengah malam, tapi kota bernama Seoul itu seolah tidak pernah tidur. Terlihat sebuah tempat makan yang masih buka dan cukup banyak orang terlihat di sana. Gianna pun sengaja memakai topi untuk menutupi wajahnya sebelum pergi ke tempat makan itu.
Tidak hanya makan, tapi di sana juga banyak orang yang minum minuman beralkohol. Gianna pun mulai menatap orang-orang di sana sembari menunggu makanannya datang, lalu bertanya-tanya di dalam hati, bagaimana hidup orang-orang itu? Adakah yang sama sepertinya? Apa hanya dirinya yang menjalani hidup seburuk ini?
Di tengah lamunannya, tiba-tiba pandangan Gianna mengarah pada seorang pria yang duduk sendirian yang tidak jauh darinya. Beberapa botol minuman kosong ada di atas mejanya. Gianna bisa melihat kalau pria itu sudah mabuk, tapi dia masih saja meminta minuman lagi.
"Ini pesanan Anda." Suara dari pemilik tempat makan itu membuyarkan lamunan Gianna.
Semangkuk jajangmyeon dan satu botol soju kini ada di hadapan Gianna. Gianna mengambil sebotol soju itu, lalu membukanya dan menuangkan isinya ke dalam gelas kecil. Namun, ketika akan meminumnya, Gianna dibuat terkejut mendengar keributan yang berasal dari tempat duduk pria mabuk itu.
Pria yang memakai kemeja putih dan celana hitam panjang itu mengamuk sampai memecahkan botol minumannya ketika pemilik tempat makan menolak memberikan minuman lagi karena melihat pria itu sudah terlalu mabuk.
"Pergi kau dari tempat ini!" Pemilik tempat makan bahkan sampai menyeret pria itu agar pergi, lalu meninggalkannya begitu saja.
Di saat bersamaan, Gianna menerima pesan dari seseorang pria.
Ethan: Jawab teleponku. Aku sungguh akan membunuhmu jika kau berani putus denganku.
Tiba-tiba Ethan menghubunginya setelah ia selesai membaca pesan itu.
"Berengsek!" Gianna terlihat semakin kesal dan langsung memblokir nomor Ethan, lalu meneguk minuman sojunya.
Setelah meninggalkan tempat tadi, hujan tiba-tiba turun dengan cukup deras. Gianna keluar dari tempatnya, membeli payung dan ingin langsung pulang. Namun, langkah Gianna seketika terhenti ketika melihat pria mabuk yang tadi dilihatnya kini sedang duduk bersandar di depan sebuah toko buku yang sudah tutup. Gianna terdiam sesaat karena berpikir kalau pria itu tidak sadarkan diri, tapi dia bangun setelah air hujan mengenai tubuhnya.
"Apa aku belum cukup menyedihkan sampai mengkhawatirkan orang lain? Bodoh!" Gianna menggerutu pada dirinya sendiri dan setelah itu kembali melanjutkan langkahnya.
Gianna mempercepat langkahnya agar cepat sampai di rumah untuk beristirahat. Namun, hal tidak terduga terjadi, Gianna tiba-tiba dipeluk oleh seorang pria dari belakang dan ia bisa mendengar pria itu tengah memohon agar ia tidak pergi, padahal ia saja tidak mengenal siapa pria itu.
Merasa tidak nyaman, Gianna pun berontak sampai membuat pria itu jatuh ke jalanan yang basah. Payung Gianna juga ikut jatuh yang membuatnya basah terguyur air hujan. Gianna menoleh pada pria yang memeluknya tadi dan ia melihat kalau pria itu ternyata adalah pria yang mabuk di tempat makan tadi.
"Apa kau sudah gila?!" bentak Gianna begitu marah.
Gianna pun langsung mengambil payungnya dan kembali melangkah karena tidak ingin berurusan dengan pria mabuk yang tidak ia kenal. Namun, Gianna kembali dibuat kesal oleh orang yang sama karena tiba-tiba pria itu kembali memeluknya, bahkan sekarang menangis dan meminta agar tidak pergi.
"Aku akan bersikap lebih baik padamu. Aku akan melakukan apa pun. Aku akan memberikan apa pun yang diberikan oleh pria itu padamu. Jadi, tolong jangan tinggalkan aku! Aku mohon." Tangisannya semakin terdengar keras, begitu juga pelukannya pada Gianna, bertambah erat.
"Aku bilang lepaskan!" Gianna kembali berontak. Namun, kali ini, Gianna tidak berhasil melepaskan pelukan pria itu. Pria mabuk itu kini memeluknya dari depan dengan sangat erat sampai membuat Gianna merasa sesak.
"Jangan tinggalkan aku! Aku benar-benar mencintaimu." Pria itu kembali bicara tanpa peduli pada Gianna yang terus menyebutnya berengsek.
Tidak lama, Gianna merasakan bebannya semakin berat dan suara pria itu tidak terdengar lagi. Gianna mendorong pria itu dan dia jatuh tergeletak di jalanan. "Apa yang terjadi padanya?" gumam Gianna yang tampak ketakutan.
***
Keesokan paginya, Gianna sudah terlihat duduk di sofa. Menatap seorang pria yang terbaring di sana dengan memakai kaos berwarna hitam dan celana panjang dengan motif tartan. Ya, Gianna memang sengaja menggantikan pakaian basah pria itu dengan pakaian mantannya yang memang masih tertinggal di rumahnya.
Pria itu adalah pria yang semalam memeluknya di tengah hujan deras. Gianna sebenarnya ingin meninggalkannya karena dia adalah orang asing dan hidupnya sudah cukup menyedihkan untuk mengkhawatirkan orang lain. Namun, sialnya ada seorang pria paruh baya yang melihat Gianna saat bersama pria itu hingga membuatnya tak punya pilihan. Berkat bantuan pria paruh baya itu, pria asing yang tak dikenalnya itu pun berhasil ia bawa ke rumah.
"Kapan dia akan bangun? Sangat merepotkan," kesal Gianna. Gianna bahkan tidak bisa tidur dengan nyenyak karena ada orang asing di rumahnya.
Beberapa saat setelahnya, pria itu mulai membuka matanya dan pandangannya langsung tertuju pada Gianna yang terduduk tidak jauh darinya dan hanya sebuah meja kecil yang menjadi pembatasnya. Pria itu seketika terduduk, walau kepalanya terasa cukup berat karena pengaruh minuman semalam.
"Siapa kau?" tanyanya pada Gianna.
"Aku yang seharusnya bertanya padamu. Kau siapa? Semalam, kau tiba-tiba memelukku, lalu tidak sadarkan diri. Aku bahkan sampai harus membawamu ke sini, kalau tidak mungkin kau akan mati kedinginan di jalan," ucap Gianna dan ia melihat pria itu tampak terdiam setelahnya. Mungkin pria itu sedang mencoba mengingat kejadian semalam, pikir Gianna.
"Lalu, bagaimana dengan bajuku? Apa kau yang menggantinya? Bagaimana kau bisa melakukan itu pada seorang pria?" ucapnya setelah sempat terdiam.
"Dasar tidak tahu terima kasih. Kau pasti sudah masuk rumah sakit jika aku tidak mengganti pakaianmu. Kau sebenarnya siapa?" Gianna kembali bertanya setelah sempat menggerutu.
"Aku Dylan. Kau siapa? Apa kau benar-benar melihat tubuhku?" Pria bernama Dylan itu benar-benar tidak bisa membayangkan bagaimana bisa seorang wanita asing melihat tubuhnya tanpa izin?
"Entah namaku penting atau tidak sekarang, tapi aku Gianna. Jangan datang padaku dan menggangguku, maka aku tidak akan melihat tubuhmu!" Gianna berdiri setelah bicara, lalu menunjuk ke arah pintu keluar. "Pergi dari sini!" perintah Gianna lagi.
Dylan pun ikut berdiri sambil menatap lekat Gianna. Pria itu coba mengingat kejadian semalam, tapi semakin ia mencoba, usahanya selalu gagal. Namun, ada satu hal yang berhasil Dylan ingat, semalam dia memang minum cukup banyak hingga membuatnya mabuk.
Di tengah usahanya untuk terus mengingat, Dylan melihat beberapa luka di wajah Gianna dan mengkhawatirkan tentang itu. "Luka di wajahmu, apa aku yang melakukannya saat mabuk?"
Gianna menyentuh wajahnya dan cepat memalingkan wajahnya dari Dylan. "Ini bukan karenamu. Lebih baik kau cepat pergi dari sini!" ujar Gianna memberi perintah.
"Tapi–"
"Aku bilang pergi!" Gianna menyela kalimat Dylan.
"Aku tidak tahu bagaimana cerita yang sebenarnya, tapi terima kasih jika ceritamu memang benar adanya." Dylan pun buru-buru pergi setelah merasa cukup bicara dengan Gianna.
"Pria berengsek!" kesal Gianna, berniat kembali tidur. Namun, baru akan melangkah ke kamar, Gianna mendengar seseorang mengetuk pintu rumahnya. Gianna berpikir kalau itu adalah Dylan yang kembali karena ia baru ingat kalau pakaian yang semalam Dylan pakai masih tertinggal.
"Pakaianmu baru aku cuci dan belum …." Gianna bicara sembari membuka pintu, tapi kalimatnya seketika terhenti karena melihat kalau yang datang ternyata bukanlah Dylan, melainkan Ethan – mantan pacarnya.
"Pakaian siapa yang kau maksud? Apa kau sudah berani membawa pria lain ke sini?" Ethan bertanya dengan wajah yang terlihat marah.
"Bahkan jika aku memang melakukannya, apa urusannya denganmu? Kita tidak ada hubungan apa-apa lagi, jadi jangan datang lagi!" Dengan raut wajah yang malas, Gianna mengatakannya. Wanita itu sebenarnya ingin menutup pintu, tapi Ethan menahan pintu itu agar tak bisa ia tutup.
"Hubungan kita tidak pernah berakhir. Aku hanya selingkuh sekali, lalu apa masalahnya?" Ethan mendekati Gianna yang bergerak mundur untuk menghindarinya.
"Jangan berani-berani menghindariku! Apa yang terjadi pada wajahmu? Siapa yang berani melakukannya?" Ethan meraih dagu Gianna dan mencengkeramnya dengan kuat.
"Semua ini bukan urusanmu. Lepaskan aku, Berengsek!"
"Aku peduli padamu, tapi kau malah menyebutku berengsek. Aku tidak ingin putus darimu. Apa kau mengerti?" Ethan menjadi semakin kasar dengan menampar Gianna hingga membuat wanita itu jatuh ke lantai.
Tidak berhenti sampai di sana, Ethan kini naik ke atas tubuh Gianna dan mencekik lehernya. "Tarik kembali kata-kata putusmu atau aku akan membunuhmu! Aku sangat mencintaimu dan kau hanya akan menjadi milikku. Jadi, cepat tarik kembali kata-katamu!" bentak Ethan dengan penuh penekanan, tanpa peduli pada Gianna yang meringis kesakitan, bahkan wanita itu kini mulai kehabisan napas.