10. Hanya Dimanfaatkan

1359 Words
Pesta ulang tahun yang seharusnya mengejutkan untuk Dylan, kini malah menjadi mengejutkan untuk Gianna. Pengakuan cinta dan ajakan menikah Dylan berhasil membuat Gianna kehilangan kata-kata. Gianna bertanya-tanya, apakah ini nyata? Namun, kenapa sebelumnya Dylan bahkan tidak pernah membahas hubungan serius dengannya? "Gianna ...." Dylan meraih tangan Gianna dan menggenggamnya dengan erat. Dylan juga sudah berlutut di sebelah Gianna saat ini. "Aku bersungguh-sungguh. Aku mencintaimu dan ingin hidup bersamamu. Ini mungkin terkesan tiba-tiba, tapi inilah yang aku rasakan selama ini. Aku tidak ingin pacaran terlalu lama dan berakhir seperti sebelumnya. Aku ingin langsung menikah denganmu." Dylan terus berusaha meyakinkan Gianna. "Dylan, kau tahu aku siapa, 'kan? Latar belakangku dan pekerjaanku. Aku adalah wanita–" "Aku tidak peduli dengan semua itu! Semua orang punya masa lalu mereka sendiri dan kita akan bergerak maju, bukan kembali ke masa lalu. Bagiku, kau adalah wanita yang hangat, penuh perhatian dan yang terpenting kau berhasil membawaku melewati badai dalam hidupku. Aku ingin terus bersamamu." Dylan mencium punggung tangan Gianna dan menatapnya dengan begitu dalam. Mendapat balasan cinta dari Dylan membuat Gianna merasa bunga yang telah layu di hatinya baru saja disiram dengan air yang sejuk sampai membuat bunga itu segar kembali. Hanya saja, Gianna masih ragu dengan semua ini. Namun, untuk apa Dylan bermain-main dengam hal semacam ini? "Gianna, apa kau mau menikah denganku?" Sekali lagi, Dylan kembali menanyakan hal yang sama pada Gianna. Dylan masih menggenggam erat tangan Gianna dan terus menatapnya. "Kau tidak akan meninggalkanku, 'kan?" "Tentu saja tidak! Kenapa aku akan meninggalkanmu?" Dylan mempererat genggaman tangannya pada tangan Gianna. "Aku mau menikah denganmu." Sebelumnya, Gianna bahkan tidak pernah berani untuk sekadar membayangkan hal ini terjadi padanya, tapi takdir malah membuatnya menjadi kenyataan. Apakah ini adalah awal dari kebahagiaan yang selama ini ia impikan? Dylan tersenyum lebar mendengar jawaban Gianna. Dylan kini berdiri bersama Gianna, kemudian memberikan ciuman hangat di bibirnya. Dylan sadar betul akan perasaan Gianna padanya, tapi itu juga pasti karena uangnya. Jadi, Dylan rasa tidak terlalu jahat jika ia memanfaatkan perasaan Gianna untuk membuatnya terlihat telah bangkit dari keterpurukannya karena ditinggalkan oleh Anna. *** "Apa yang baru saja Anda katakan? Mempersiapkan pernikahan dengan Gianna?" Henry terlihat begitu terkejut mendengar kabar yang Dylan sampaikan untuknya. Selama ini, Henry tahu kalau hubungan Dylan dan Gianna tidak lebih dari sekadar kebutuhan ranjang, tapi sekarang malah tiba-tiba akan terjadi pernikahan. "Apa pendengaranmu tiba-tiba terganggu?" kesal Dylan sembari duduk di kursi kebesarannya dan menatap Henry dengan sorot mata yang dingin. "Acaranya akan diadakan tanggal 30 bulan depan, lebih dari sebulan lagi, tapi sebaiknya kau mulai persiapkannya dari sekarang. Undang semua rekan kerjaku, tapi jangan pernah beritahu pria itu tentang pernikahanku, atau bersiaplah meninggalkan tempat ini," ucap Dylan dengan ditambahkan ancaman untuk Henry. "Apa ini karena kabar pernikahan Nona Anna?" Henry memberanikan diri untuk bertanya pada Dylan dan sudah bisa dipastikan kalau ia mendapatkan tatapan tajam. "Saya tidak sengaja melihatnya setelah Anda pergi saat itu." Henry melanjutkan kalimatnya untuk mencegah masalah yang lebih besar. "Anna seperti sedang menghinaku. Tidakkah menurutmu aku harus menunjukkan kalau aku juga bisa baik-baik saja tanpa dirinya?" Dylan membalas ucapan Henry. "Jadi, Anda hanya memanfaatkan Gianna?" tanya Henry. "Apa bisa dikatakan seperti itu? Aku yakin Gianna memang menyukaiku, tapi aku lebih yakin kalau dia menyukai uangku dan aku tidak masalah dengan hal itu. Uang memang bisa menyelesaikan segalanya, kecuali memberikan jawaban kenapa Anna memilih pergi dariku." Sampai detik ini, pertanyaan itu masih begitu mengganjal hati Dylan. Kalau saja ada jawaban pasti, maka Dylan yakin bisa memperbaiki segalanya. "Kalau begitu, kenapa harus Gianna? Bukankah Anda lebih tahu tentang latar belakangnya? Dia adalah–" "Karena aku sudah memilihnya, maka tentu harus dia. Aku juga sudah mengenalnya. Jadi, ini akan lebih mudah dan nyaman. Masa lalu dan latar belakangnya akan menjadi urusanku. Pergilah sekarang juga atau aku akan benar-benar mengusirmu dari sini!" Dylan menekankan kalimatnya. "Saya akan menghubungi wedding planner sekarang juga." Henry langsung keluar dari ruangan Dylan sebelum karirnya benar-benar tamat, sebab suasana hati Dylan kembali menjadi tidak menentu setelah mendapat email tentang pernikahan Anna. Dylan menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi, kemudian menutup matanya selama beberapa saat. Ketika mata Dylan terbuka, ia mengingat lagi ketika dirinya menyematkan cincin di jari manis Gianna. Sebenarnya, Dylan tidak mempersiapkan cincin untuk Gianna, tapi itu adalah cincin yang Anna kembalikan padanya. "Kenapa aku harus memberikan cincin bekas Anna? Seharusnya aku memberikan cincin baru bahkan jika aku tidak bersungguh-sungguh melakukannya," gumam Dylan. Namun, semuanya sudah terjadi dan tidak mungkin untuk mengganti cincinnya sekarang. "Gianna juga tidak akan tahu kalau itu cincin Anna, 'kan?" gumam Dylan lagi. *** Di rumah Gianna, ia tampak sedang berbaring di ranjang dengan tangan yang di angkat ke atas. Gianna terus menatap cincin yamg Dylan sematkan di jari manisnya, kemudian tersenyum. Gianna sudah menyampaikan kabar ini pada neneknya dan tentu saja neneknya senang, tapi Gianna juga untuk pertama kalinya mendengar kalau bibinya ikut berbahagia untuknya. Tidak perlu dikatakan, Gianna tahu kenapa bibinya bisa sebahagia itu, tentu saja karena uang. "Aku tidak menduga kita akan menjadi sejauh ini." Gianna bicara sendirian dan masih terus tersenyum karena mengingat bagaimana cara Dylan melamarnya. Beberapa saat setelahnya, Gianna mendengar seseorang menekan bel rumahnya. Gianna tidak memiliki janji dengan Dylan hari ini. Jadi, ia bertanya-tanya siapa yang datang ke rumahnya? Gianna pergi membuka pintu dan ia melihat dua wanita yang salah satunya berdiri paling depan sembari menenteng tas edisi terbatas dari sebuah merk fashion ternama. "Selamat siang, Bu Gianna. Saya Celine yang akan membantu Anda dan Pak Dylan dalam semua keperluan pernikahan kalian." Wanita yang berdiri paling depan memperkenalkan dirinya pada Gianna dengan nada yang begitu anggun dan sopan. "Ya, aku sudah mendengar tentang persiapan itu dari Dylan. Lalu, apa yang membawamu ke sini?" tanya Gianna. "Hari ini, jadwal Anda melakukan perawatan. Perawatan terbaik kami akan menjaga kesehatan seluruh bagian tubuh Anda. Silahkan, ikut dengan saya." Celina menunjuk jalan pada Gianna dan terlihat sudah ada mobil yang terparkir di depan rumahnya. "Ada bagian seperti ini juga?" Gianna kembali bertanya karena belum pernah mengalami ini sebelumnya. "Tentu saja! Saya berserta tim akan memastikan bahwa Anda dan Pak Dylan mendapatkan pernikahan yang terbaik." "Aku akan mengambil tas dulu. Sebentar saja." Gianna kembali masuk dan buru-buru mengambil ponsel serta sebuah tas kecil yang memuat beberapa barangnya. Ketika kembali keluar, wanita yang berdiri di belakang Celine dengan sigap mengambil alih barang bawaan Gianna dan mengatakan kalau Gianna bisa mengambil barangnya kapan saja ia perlu. Gianna merasa seperti memiliki asisten pribadi sekarang dan itu terasa aneh karena selama ini ia melakukan semuanya seorang diri. *** Karena Celine bertanggjungjawab atas pernikahannya dan Dylan, maka Gianna mengira kalau Dylan akan melakukan kegiatan yang sama dengannya hari ini, tapi ternyata tidak. Celine mengatakan kalau Dylan telah mengatur kegiatan ini ke hari yang lain karena hari ini ia memiliki rapat penting. Gianna juga diberitahu tentang hal itu oleh Dylan sebelumnya, maka tidak masalah untuknya. Gianna hanya berharap mungkin rapatnya selesai lebih awal dan Dylan bisa di sini bersamanya. Hari ini, Gianna benar-benar dibuat tenang dalam menikmati waktunya dengan ditemani oleh minyak aromaterapi yang memanjakan indra penciumannya. Gianna pikir, ini adalah bagian terbaik hari ini, tapi yang lebih baik baru saja datang, yaitu Dylan yang tiba-tiba datang dan ikut berendam dengannya. "Kenapa kau di sini?" tanya Gianna ketika Dylan telah duduk tepat di sebelahnya. "Apa kau tidak senang aku ada di sini?" Dylan balik bertanya pada Dylan. "Tentu saja aku senang! Namun, sebelumnya, kau bilang tidak akan datang." "Aku menyelesaikan rapatnya dengan cepat. Aku akan berusaha tidak melewatkan apa pun." Dylan tersenyum pada Gianna. "Kenapa kau duduk jauh sekali?" ujar Dylan lagi. "Jauh apanya? Aku ada tepat di sebelahmu." Dylan mengangkat tubuh Gianna, kemudian mendudukan Gianna tepat di atas pangkuannya, bersentuhan langsung dengan miliknya yang ada di bawah sana. "Seperti ini baru namanya dekat," ucap Dylan setelahnya. "Benarkah? Namun, aku takut akan sesuatu yang mengeras nantinya." Gianna terdengar seperti sedang menggoda Dylan. "Khawatirkan dirimu sendiri. Pastikan kau pelankan suaramu." Dylan berbisik di telinga Gianna, kemudian memberikan kecupan kecil secara berulang kali di lehernya. "Apa maksudmu?" "Kau tahu pasti apa maksudku," jawab Dylan dan tangannya mulai meraba paha Gianna yang perlahan masuk ke paha bagian dalamnya. Walau pernikahan ini bisa dikatakan sandiwara saja, tapi Dylan merasa cukup menikmati prosesnya sampai membuatnya meninggalkan pekerjaannya pada Henry demi bisa bersama Gianna.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD