Prof. Danar

1036 Words
Setelah bangun dari tidur yang panjang semalam, dengan ditingkahi mimpi yang aneh, aku bangun dengan kepala berat yang diisi dengan banyak pertanyaan, di satu sisi, aku ingin menanyakan apa yang sebenarnya sedang terjadi, di sisi lain, Ayah sudah menentukan sikap, dia tidak ingin masalah mimpi semalam diperpanjang, tapi aku merasa bahwa apa yang aku rasakan semalam itu bukan mimpi, banyak banget pertanyaan yang ada di kepala. Maka, aku bergegas mandi, membasahi kepala, dan mulai memijatnya, berharap rasa berat yang sedang aku alami ini berkurang, dan berhasil. Mandi dan keramas memang tidak pernah salah menghilangkan sakit kepala dan penat. Lalu bergegas untuk mempersiapkan semua perlengkapan untuk ke kampus, dan turun untuk sarapan, tidak lupa aku membawa contoh kapsul yang aku buat kemarin untuk didiskusikan dengan Prof. Danar, aku merasa ada sesuatu yang harus ditambahkan untuk melengkapi dan menyempurnakan isi kapsul ini, karena setelah meminumnya beberapa kali, memang aku langsung ingin buang hajat dan kurang napsu untuk makan, hanya ada rasa yang kurang nyaman seperti begah yang aku rasakan. Ketika aku turun, Ayah dan Ibu sedang ngobrol, mereka tertawa, ya ampun iri banget aku sama pasangan ini, gak pernah bertengkar, selalu bercanda dan tertawa, jika ada masalah, selalu mereka selesaikan di dalam kamar atau di tempat tertutup yang di mana anak-anak dan orang di sekitarnya tidak akan mendengar. Sudah sebesar ini, bisa dihitung pakai jari, aku melihat Ayah dan Ibu adu argument di depan umum, sisanya, hanya menampilkan kemesraan, tawa, dan kebahagiaan. “Ya ampuun, love bird lagi ngobrol banget nih, ah, jadi iri deh aku. Kapan, ya, aku bisa seperti Ibu dan Ayah?” lalu Ibu menjawil hidungku, “Masih muda, puas-puasin dulu menikmati masa muda, belajar, main, menikmati ini dan itu, nanti ketika sudah menikah, maka duniamu hanya akan berputar sejauh masak, belanja, ngurus anak, ngurus suami, ya, kalo bisa bisnis ato belajar sambilan, oke juga, tapi, mau diputar bagaimana pun, wanita tetap akan terbatas geraknya jika sudah menikah.” Aku mengangguk, setuju untuk hal ini, karena memang, menjadi wanita adalah hal yang sangat kompleks dan gak bisa main-main. Sambil mengoles roti panggang dengan selai kacang dan selai keju plus selai stroberi, Ayah menatap ke arahku, aku yang merasa dilihat, melihat ke arah Ayah, dan bertanya, “Kenapa, Yah?” lalu Ayah menggeleng, seperti ada yang hendak dikatakan, tapi beliau ragu. Selesai sarapan, aku berpamitan ke Ayah dan Ibu. Ketika sudah sampai di luar dan mau buka gerbang, Ayah memanggilku, “Di, mimpimu semalam itu, bukan mimpi, itu nyata. Obrolan yang kamu dengar, antara Ayah dan Om Gazi itu nyata. Ayah tidak menyangka, bahwa kamu punya kemampuan yang Ayah miliki. Nak, hati-hati, ya. Jangan membicarakan apa pun yang berkaitan dengan mimpimu pada siapa pun. Nanti, setelah pulang dari kampus, temui Ayah, ya. ada hal yang ingin Ayah bicarakan, ingat, jangan mudah percaya dengan siapa pun, ya.” Aku mengangguk, sebenarnya, aku rela untuk tidak masuk kuliah hari ini, demi mendengar penjelasan dari Ayah, tapi di lain sisi, aku juga perlu membicarakan pengembangan kapsul diet ini ke Prof. Danar, maka, setelah selesai bicara dengan Ayah, aku memacu mobilku membelah jalanan Garuntang, menuju kampus di kawasan Pagar Alam, untuk gak macet-macet banget nih jalanan, karena memang sedang dibatasi pergerakan kami, kecuali yang berkepentingan tidak diperbolehkan berkumpul dan berkerumun, sehingga sekolah-sekolah dibuat pembelajaran online. Kantor juga dibatasi jam operasionalnya, hanya boleh maksimal sampai jam 5 sore, setelah itu, jalanan akan lengang, karena ada polisi yang berpatroli. Kondisi ini sudah berjalan sejak ditemukannya penyakit aneh yang sampai saat ini belum diketahui penyebabnya. Awalnya penyakit ini muncul ketika siang hari, panas terik dan menjangkiti seorang penyapu jalanan. Di beritakan bahwa yang bersangkutan suhu tubuhnya sedang tinggi dan panas, lalu menyerang rekan kerjanya. Setelah dari berita tersebut, bermunculan berita dengan kasus yang sama. Maka, disarankan, orang-orang tetap menjaga suhu tubuhnya, tidak lebih dari 30 derajat selsius. Aneh, memang, di saat musim panas begini, kita disuruh diam di rumah gak boleh kepanasan. Sunggu penyakit yang aneh. Ketika sampai di kampus, aku langsung menuju ruang dosen dan mencari Prof. Danar, seperti janji kami semalam, aku akan mampir pagi ini, sebelum jam kuliah dimulai, menyerahkan sample dari kapsul diet yang coba aku kembangkan, dan Prof. Danar akan membantuku menemukan di mana kekuarngan dan masalahnya. Semua hasil penelitian dan observasiku, sudah aku kirim lewat email ke beliau. Mulai dari awal aku minum obat tersebut, reaksinya setelah dua jam, lalu mual, begah, dan sebagainya. Prof. Danar memang selalu bisa diandalkan. “Nanti, saya kabarin kalo sudah ada hasil evaluasi saya. Gimana reaksinya, pagi ini, apa masih mengalami begah?” Aku mengangguk, “Hanya saja, begahnya tidak terlalu seperti semalam. Sejak tiga hari ini, saya perhatikan dan catat, ketika saya makan tepung atau karbo, maka begahnya luar biasa. Tapi ketika sarapan dan hanya makan buah atau roti gandum, begah yang saya rasakan sedikit saja, lebih ke rasa kenyang yang cepat terasa. Jadi hanya makan dua potong semangka ukuran sedang, roti 1 lembar, dan selai kacang setengah sendok kecil, selai keju setengah sendok kecil, selai stoberi setengah sendok kecil, dan 350 ml air mineral, yang saya rasakan adalah kenyang. Biasanya, untuk sarapan, saya akan menghabiskan sepiring nasi goreng, telor ceplok, dan kopi 1 gelas, masih aman, tidak terlalu begah. Menurut Prof. apa yang kurang, ya?” Prof. Danar mencoba membuka isi kapsul yang berupa bubuk, menaruhnya dalam kaca untuk dicek kandungan yang ada di dalam serbuk tadi, “Saya coba untuk cek dulu, ya. Saya menduga, kandungan karbo cair yang kamu masukkan terlalu banyak, nanti setelah keluar hasilnya, dan sudah saya ketahui apa yang harus diperbaiki, yang harus dikurangi, dan apa yang harus ditambah atau bahannya diganti, saya kabarin. Setelah pulang kuliah atau jam istirahat, temu saya lagi, ya, tapi di lab. Nanti saya kasih tau, di mana bisa temui saya.” Aku mengangguk dan bergegas ke kelas. Kelas pertama mata kuliah public speaking. Ilmu yang sangat berguna untukku membuat iklan-iklan dan copy writing untuk produk-produk yang aku jual di laman media sosialku. Setelah hampir tiga jam di dalam kelas, karena kuliah dimulai jam 9, tadi. Aku merasa sedikit lapar, tidak terlalu lapar, karena efek kapsul diet yang sedang aku minum, maka aku bergegas ke kantin dan membeli roti dengan air mineral. Lalu setelah itu, aku mencoba menghubungi Prof. Danar, bertanya, di mana bisa bertemu untuk membahas kapsul ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD