Radolf yang Bersikap Aneh

1033 Words
Hari ini Rudi memintaku untuk menemaninya ke perpustakaan, dia bilang mau mencari bahan untuk penelitian kimia, tugas dari dosen di kampusnya. By the way, Rudi adalah kekasihku. Iya, dia yang hampir tiga tahun ini menemaniku, dia juga tau kalo aku sedang mengembangkan kapsul yang bisa dipakai untuk mengenyangkan perut ketika lapar dan dalam keadaan darurat. Sebenarnya, pada awal aku menceritakan apa yang selalu jadi mimpiku setiap malam, dia meledekku, “Ah … kamu mah suka banget berkhayal begitu. Makanya kalo tidur tuh baca doa, Non.” Candanya sambil menjawil pipiku. Tapi, ketika aku memberitahu bahwa sahabat Ayah, Om Gazilian, mengalami sakit seperti yang ada di mimpiku, dia mulai percaya dan mulai membantuku demi menyukseskan penelitian ini. Aku hanya berpesan padanya, “Tolong jangan bocorkan rencana dan penelitian ini kepada siapa pun. Aku menceritakan ini, karena aku percaya padamu, ya, Rud.” Dia mengangguk. Pada mulanya, Rudi menerka jika penyakit ini disebabkan oleh binatang atau serangga. Tapi, aku membantahnya, “Penyakit Om Gazi, kata Ayah disebabkan jika Om Gazi berdekatan atau mencium aroma sampah yang sudah sangat menyengat dan bau. Juga jika Om Gazi terlalu panas dan berada di bawah terik matahari langsung. Jadi selama ini, Om Gazi tidak bisa hidup dalam udara panas dan tidak bisa menyimpan sampah terlalu lama di rumahnya. Harus bersih-sih-sih. Semacam OCD tanpa sengaja.” Setelah ngobrol dan menemani Rudi di perpustakaan, Prof. Danar menghubungiku. Ini berkaitan dengan penelitian yang kemarin aku ajukan, kapsul penghilang lapar. Maka aku pamit ke Rudi untuk menemui Prof. Danar, “Rud, sorry, Prof. Danar barusan menghubungiku. Tadi aku meminta beliau untuk menemukan di mana kekurangan kapsul penghilang lapar yang aku buat. Gak apa-apa, ya, kamu di sini sendirian?” Rudi mengangguk, maka dengan cepat aku bergegas ke parkiran dan melajukan motorku ke kampus. Sampai di kampus aku langsung menuju ke ruangan Prof. Danar, beliau langsung membuka beberapa hasil penelitian yang dilakukan seharian ini, “Saya menemukan ini perbandingan air, saripati makanan, dan pewarna makanan. Perbandingan yang Diandra lakukan, air dua puluh persen, saripati makanan enam puluh persen, penyedap rasa sepuluh persen dan sepuluh persennya lagi pewarna makanan. Harusnya kadar air dikurangi, tambahkan saripati makanan agar efek kenyangnya lebih lama. Kamu juga memasukkan penyedap rasa di sini. Menurutku itu tidak perlu, penyedap rasa ini, tidak bertahan lama, ini yang menyebabkan kamu keracunan. Jadi, saran saya, air jadi sepuluh persen saja, saripati makanan Sembilan puluh persen, pewarna makanan cukup sepuluh persen saja.” Aku mengangguk. Rupanya penyedap makanan ini yang membuat kapsul makananku jadi kurang bisa bertahan lama. Setelah ngobrol dengan Prof. Danar sebentar, aku langsung mengambil sisa kapsul yang tadi aku berikan ke beliau dan merapikan catatan hasil penelitiannya terhadap kapsulku. Sesampainya di rumah, aku mendengar Ayah sedang ngobrol dengan Ibu, sepertinya ada sesuatu yang tidak beres terjadi, “Aku juga tidak mengerti, bagaimana Radolf bisa mengalami penyakit yang sama dengan Gazilian. Sudah beberapa lama ini, aku memang sering mengamati Radolf. Ketika terik matahari, dia akan langsung masuk ke kamar dan menyalakan pendingin ruangan. Dan juga, aku melihat banyak botol minyak kayu putih di kamarnya. Aku menduga, dia sudah tau bahwa dia mengalami penyakit ini juga seperti Gazilian, tapi dia gak mau jujur dengan kita, Bu.” Aku terkejut, Radolf mengalami sakit yang sama dengan Om Gazilian? Berarti, mimpiku ketika duduk di sekolah dasar kelas tiga dulu, benar-benar terjadi. Saat itu, aku bermimpi melihat Radolf sedang berusaha menyerang Ayah yang sedang berada satu ruangan. Aku dan Ibu bersembunyi di kamar, Ibu bilang padaku bahwa Radolf sedang tidak enak badan dan Ayah sedang memberikan obat kepadanya. Aku bergidik, ada apa denganku. Kelebatan-kelebatan kejadian di masa depan sepertinya sering kali mampir di mimpiku. Ini bukan hanya mimpi, seperti pancaran kejadian nyata yang aku lihat terlebih dahulu. Sayangnya, aku tidak pernah tau, kapan kejadian tersebut akan terjadi. Ini buktinya, kelas tiga SD aku bermimpi Radolf mengalami sakit aneh, ternyata, bertahun-tahun kemudian, kejadian ini baru terjadi, Radolf benar-benar mengalami sakit aneh yang sama dengan Om Gazilian. Aku pura-pura tidak mendengar percakapan Ibu dan Ayah, jadi aku berpura-pura membuka dan menutup kembali pintu depan lalu mengucapkan salam, “Halooo … Love bird kesayangan aku. Ibu masak apa hari ini? Ayah, tadi dapat salam dari Prof. Danar. Katanya kapan Ayah main ke kampus, oh iya, Bu, Radolf mana? Biasanya kalo siang gini dia keliaran aja nih, di dapur dan meja makan.” Aku nyengir. Aku berusaha untuk bersikap biasa saja. Lalu Ibu menyahuti pertanyaanku, “Ya ampun, Non. Banyak amat itu pertanyaan. Ibu masak sop ayam, tempe goreng, dan sambel goreng kentang kesukaanmu. Radolf sedang kurang sehat, dia ada di kamarnya, jangan diganggu dulu, ya, Nak.” Aku mengangguk, tidak mau banyak bertanya tentang hal yang tadi aku dengar. Ayah tidak akan memberitahu apa pun, jika beliau rasa aku tidak perlu tau, dan Ayah akan memberitahu semuanya, jika ada hal penting yang memang harus aku ketahui. Setelah ngobrol sebentar dengan Ayah dan Ibu, aku naik ke kamar dan mau ganti baju, maka aku pamitan dengan Ayah dan Ibu, “Ayah, Ibu, aku naek dulu ya, ke kamar, mau ganti baju dan ngadem. Nanti kalo udah laper aku turun lagi ke sini, oke.” Sambil jari telunjuk dan jari jempolku membentuk bulatan. Ayah dan Ibu mengangguk lalu tertawa. Bahagia banget aku melihat mereka, tidak pernah menampakkan kesusahan atau gurat kesedihan di wajah mereka di depan kami anak-anaknya. Jika ada hal yang kurang baik terjadi, Ayah atau Ibu selalu mencoba untuk menyampaikannya dengan pelan, hati-hati, dan sangat memilih kata-kata untuk menyampaikan apa yang mau mereka bicarakan. Setelah sampai di kamar, aku langsung mengeluarkan catatan-catatan yang aku dapat dari Prof. Danar tadi, menyimpannya dalam lemari khusus yang kuncinya hanya aku yang tau, lalu bergegas ke kamar mandi dan berganti pakaian, lalu merebahkan diri di kasur. Sambil mencari ide, besok, saripati makanan apa lagi, ya, yang mau aku buat untuk kapsul. Aku harus segera mencoba lagi formula yang tadi formulasinya sudah diberikan oleh Prof, Danar. Entahlah, aku berkejaran dengan apa, yang pasti, aku merasa, waktuku semakin sedikit. Dalam bayanganku, sebentar lagi bumi akan mengalami sesuatu yang tidak biasa, dan beberapa orang harus bertindak melakukan sesuatu untuk menyelamatkan umat manusia. Iya, aku terdengar seperti anggota power puff girl, jika sedang bicara seperti ini, tapi, sungguh, jauh di dasar hatiku, kegelisahan akan masa depan terus mengganggu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD