Ayah dan Anak Perempuan yang Berusaha kuat

1075 Words
20 tahun kemudian Setelah kejadian beberapa puluh tahun kemarin, Radolf akhirnya bisa menerima kondisi tubuhnya. Hari ini, dia akan melangsungkan pernikahan dengan wanita yang sudah mengenalnya dengan baik, yang sudah mengetahui bagaimana kondisi tubuh dan keadaan istimewa Radolf. Ranatan, wanita dengan tubuh kecil mungil, rambut pirang, dan suaranya yang selalu terdengar ceria. Sebelum akhirnya memberi restu Radolf dan Ranatan menikah, Danur berkali-kali menanyakan keseriusan Ranatan terhadap Radolf. “Kalo nanti dia berubah jadi manusia jahat, seperti yang sudah kamu lihat beberapa kali dan tidak ada yang bisa menolongmu, sementara kamu sendirian, bagaimana?” Ranatan tersenyum dan menjawab pertanyaan itu dengan riang, “Aku mencintai Radolf seperti saos tomat yang akan dengan rela dipanggang di atas pizza demi melengkapi rasa nikmatnya, Bu. Tenang saja, aku yang hidup sebatang kara ini, lebih baik bersuamikan manusia setengah jadi seperti Radolf, daripada mati mengenaskan seorang diri.” Iya, Ranatan adalah yatim piatu yang tidak memiliki satu orang kerabat pun. Orang tuanya pindah ke Pulau Alamandra ini karena ayanya tersandung kasus korupsi. Dituduh menggelapkan uang perusahaan yang harus ditanggungnya. Merasa tidak pernah melakukan kesalahan tersebut, sang bapak membawa dia beserta ibunya ke pulau ini. Malang tak dapat dihindari, hanya bertahan sekitar dua tahun pelarian tersebut tercium oleh pihak perusahaan. Kali ini, bukan lagi penjara yang menunggu orang tua Ranatan, tapi dibunuh secara diam-diam. Meninggalkan Ranatan yang masih berusia sebelas tahun seorang diri. Beruntung ada seorang janda baik hati yang mau merawat Ranatan. Dan ketika Ranatan sudah berusia dua puluh tahun, tepat setahun lalu, orang yang merawatnya meninggal. Pernikahan Radolf dan Ranatan berlangsung sederhana saja, mengingat Radolf yang tidak bisa berada di kondisi yang ramai, berisik, dan juga udara yang panas dan pengap. Acara berlangsung sejak pagi pukul delapan hingga pukul dua belas siang saja. Setelahnya acara selesai. Jika ada tetangga atau kerabat yang belum sempat datang ketika acara, maka akan menemui pengantin di rumah seperti bertamu saja biasa. Pernikahan ini juga, membuat Danur akhirnya lega dan bisa meninggalkan Radolf dengan aman di tangan sang istri. Setelah sejak Radolf kecil hingga Radolf berumur tiga puluh dua tahun Danur menemani Radolf di Pulau Alamandra ini. Maka keesokan harinya Danur, Rahmat, Diandra, Gazi, dan Riamizard berpamitan ke Radolf dan Ranata. “Kabarin ya, jika ada apa-apa. Kami akan berkunjung ke sini sesering mungkin. Jaga makanmu, jangan sampai kamu kelelahan.” Radolf tersenyum melihat ulah ibunya. “Iya, Bu. Aku ini udah gede, udah tua malah. Jangan khawatir dan di sini juga sudah ada Ranatan yang menjaga dan merawatku. Ibu sekarang tugasnya hanya beristirahat dan mengurus Ayah.” Dan begitulah, perpisahan anak dan ibu hati itu berlangsung seperti drama di sinetron-sinetron. Saat Ayah yang menjabat tangan Radolf, dia berpesan, “Tanam kebutuhan makanan, sayur, berternak, dan buat saluran air, ya, Nak. Ayah merasa bahwa entah kapan, cepat atau lambat dunia akan benar-benar kacau. Jangan lupa untuk tetap berusaha menetralkan suhu tubuhmu. Nanti, Ayah akan ke sini dan membawa beberapa bahan bangunan yang gak ada di sini, untuk memagari rumah ini dan entah gimana caranya, nanti ayah pikirkan untuk membuat rumah ini tidak terdeteksi. Jangan menanam di luar rumah, ya. Manfaatkan halaman dan lahan yang ada di dalam rumah kaca.” Radolf menganggukkan kepalanya. Rumah yang ada di Pulau Alamandra seperti sengaja didesain oleh Gazi dan Rahmat seperti rumah persembunyian untuk mereka. Rumah itu tampak biasa saja dari luar, tapi memiliki ruang bawah tanah yang sudah dilengkapi dengan bermacam-macam peralatan. Mulai dari ranjang, dapur kecil, saluran udara, saluran air, bahkan kamar mandi. Hal ini dilakukan oleh Gazi dan Rahmat karena Gazi beberapa kali mendapatkan pengelihatan ke masa depan, “Dunia akan kacau, Rahmat. Kita harus mempersiapkan rumah persembunyian, jika waktunya tiba.” Rahmat yang awalnya tidak mengerti ucapan Gazi, hanya menganggukkan kepala. Tapi semakin ke sini, sudah banyak kabar beredar bahwa penyakit yang diderita Radolf sudah mulai menjangkiti beberapa orang dan hal ini tersebar tidak hanya di Kota Dagra, tapi juga kota-kota yang berada di sekitar Kota Dagra. Sejak saat itulah, Rahmat akhirnya paham dengan apa yang diucapkan Gazi. Mulai saat itulah, Gazi dan Rahmat membangun rumah di Pulau Alamandra dan didesain strukturnya untuk rumah perlindungan dan persembunyian. Selain rumah bawah tanah, Rahmat dan Gazi juga membuat rumah kaca di tengah-tengah rumah yang berfungsi untuk menanam berbagai sayuran, bahkan umbi-umbian pengganti nasi. Rumah kaca ini juga yang dijadikan Rahmat sebagai laboratorium untuknya mengadakan berbagai macam percobaan. Kapsul untuk membantu si penderita virus aneh ini agar bisa bertahan hidup, kapsul yang di dalamnya ada ekstrak pati sayuran, vitamin, mineral, dan zat-zat penting yang dibutuhkan tubuh. Juga cairan yang akan digunakan sebagai penenang bagi mereka yang sudah parah banget efek dari virus ini. Radolf sebagai pasien pertama yang dijadikan uji coba juga Gazi, merasa bahwa tubuh mereka akan lebih tahan terhadap cuaca panas dan tidak mudah kambuh jika di dalam tubuh mereka terdapat mineral yang cukup dan mengonsumsi buah manggis yang bisa menurunkan suhu tubuh. Sayangnya, Rahmat belum bisa membuat ekstrak dari buah manggis yang bisa bertahan lama. Percobaan terakhir dari kapsul yang dikerjakan Rahmat, dengan komposisi air, manggis, umbi ungu, dan sayur bayam yang diekstrak, berhasil dan sukses membuat Gazi dan Radolf saling berebut kamar mandi. “Ayah kayaknya ada yang salah, deh, sama kapsul yang Ayah buat. Komposisinya kali ini, bukan bikin aku dan Paman Gazi lebih tenang tapi bikin kami sukses turun berat badan.” Selorohan Radolf akhirnya membuat Danur, Gazi, dan Rahmat tertawa. Bukan ratusan kali, bahkan ribuan kali Rahmat mencoba menemukan formula yang cocok untuk membaut kapsul makan dan cairan penenang untuk kedua pasien spesialnya ini. Tapi memang, belum ada yang bisa membuat kapsul ini bertahan lama. *** “Yah. Kemarin aku konsultasi sama Prof. Danar mengenai komposisi kapsul Ayah itu. Prof. Danar bilang, mungkin Ayah harus menambahkan pengawet makanan. Kemarin, aku coba untuk menambahkan pengawet makanan sekitar nol koma dua puluh lima persen. Ini kapsulnya. Nanti, semoga saja gak dalam waktu dekat, kita bisa memberikan pil ini ke salah satu dari mereka.” Rahmat terlihat hanya menganggukkan kepalanya. “Di rumah sakit, Ayah juga sedang mencoba untuk meneliti semua kandungan-kandungan pengawet makanan yang paling kuat tapi juga paling aman untuk dikonsumsi. Ada satu zat, yang bisa dijadikan pengawet makanan, tapi ketika Ayah memasukkannya ke ekstrak sayuran ini, sayurannya justru berbau busuk. Sepertinya, jika terlalu banyak di masukkan pengawet, keaslian dan kandungan baik dari ekstrak-ekstrak sayuran dan air ini justru rusak.” Ya, Diandra dan Rahmat, anak dan bapak ini seperti sedang berlomba dengan waktu untuk berusaha menemukan kapsul makan dan cairan penenang. Karena semakin ke sini, dunia sedang tidak baik-baik saja.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD