Kebenaran Terungkap

1250 Words
Kota Dagra yang menjadi saksi bahwa anak kedua dan ketiga Rahmat lahir ke dunia. Beruntung, Diandra, anak kedua Rahmat dan Riamizard, anak ketiga yang merupakan anak bungsu terakhir yang hadir melengkapi kehidupan keluarga kecil tersebut tidak memiliki gejala seperti yang ditunjukkan Radolf. *** “Kenapa aku harus diasingkan ke sini, Bu, Pak? Aku juga mau ke kota, di sana ada Paman Gazi, Diandra dan juga Riamuzard.” Pertanyaan itu berkali-kali dilontarkan oleh Radolf kepada Rahmat dan Danur, “Kenapa Diandra dan Riamizard boleh tinggal dan bersekolah di kota sementara aku harus menghabiskan waktuku di desa terpencil begini?” Rahmat dan Danur sepakat untuk tidak memberitahukan masalah kesehatan yang diderita Radolf sebelum dia mencapai usia dewasa atau minimal remaja, hingga dia bisa mengerti keadaan tubuhnya yang “Istimewa” ini. Tapi, baru menginjak usia yang ke lima belas tahun, Radolf sudah sering mendesak kedua orang tuanya, sering melontarkan pertanyaan yang kadang membuat Danur dan Rahmat sampai bingung mengelak untuk tidak menjelaskan dulu keadaan yang sebenarnya. Namun hari itu, setelah Radolf pulang dari sekolahnya, dia berubah lagi menjadi ganas. Danur sampe bingung, kenapa Radolf tiba-tiba begini. “Segera masuk ke kamarmu, ya, Nak.” Ucap Danur sambil mengiringi Radolf masuk ke dalam kamar menuju ke ruangan yang sudah disediakan. Dan Radolf hanya menganggukkan kepalanya. Radolf sudah paham, jika tubuhnya sudah mulai panas, dengan wajah memerah, maka dia harus masuk ke dalam ruangan yang ada di kamarnya, meminum pil yang sudah disediakan oleh ayahnya, dan setelah itu, dia akan benar-benar hilang ingatan dan hilang kendali. Dia tidak mengetahui apa yang terjadi setelahnya. Danur yang akan bolak balik mengawasi keadaan Radolf. Hanya pintu ruangan tambahan itu saja yang dikunci oleh Danur, sementara pintu kamar Radolf akan dia biarkan saja untuk memudahkan Danur memeriksa keadaan Radolf. Satu minggu Radolf berada di dalam ruangan tersebut dan setelah berubah menjadi normal lagi, Radolf keluar dari ruangan itu, berjalan ke arah Danur, lalu menangis sejadi-jadinya, “Aku ini monster, ya, Bu? Kenapa setiap beberapa waktu aku pasti berubah menjadi jahat dan aku tiba-tiba tidak ingat apa pun?” Danur merangkul putra pertamanya, berusaha menenangkannya. “Kamu bukan monster, Nak. Keadaanmu yang istimewa karena kesalahan Ibu. Ibu yang membuatmu menjadi begini, seandainya saja ayahmu tidak menikahi Ibu, kamu pasti tidak akan jadi seperti ini.” Akhirnya air mata Danur juga menetes. Anak dan Ibu itu menangis berpelukan berdua. Rahmat yang memang hari ini memiliki jadwal kunjungan ke rumah ini merasa sedih melihat pemandangan yang ada di depan matanya. Dia menaruh barang-barang keperluan Danur dan Radolf di meja makan, lalu berjalan ke arah Danur juga Radolf lalu merangkul mereka berdua. “Tidak ada yang perlu disalahkan. Ibu gak salah, Radolf juga gak salah.” Setelah tangisan keduanya mereda, Rahmat bicara ke Danur bahwa sekarang, mungkin sudah saatnya kalo Radolf mengetahui kondisi yang sebenarnya, “Mungkin sekarang sudah waktunya, Bu. Kita menjelaskan kondisi sebenarnya Radolf.” Danur menggeleng keras, dia melotot ke arah Rahmat, agar tidak menceritakan apa pun. “Tidak! Tidak ada yang perlu dijelaskan sekarang. Radolf baik-baik saja. Dia akan beraktivitas seperti biasanya.” Rahmat menggenggam tangan Danur, meyakinkan bahwa Radolf sudah siap untuk menerima kabar ini. “Menurutku, lebih cepat akan semakin lebih baik untuk Radolf mengetahui kondisi tubuhnya, Bu.” Meskipun Danur tidak setuju sepenuhnya, tapi Rahmat sudah bulat hatinya untuk menjelaskan. “Duduk sini, Nak.” Rahmat memanggil Radolf untuk mendekat ke arahnya. “Saat Ibu dan Ayah bertemu. Selain cantik dan juga baik, Ibu memiliki sesuatu yang istimewa. Ketika panas, mencium aroma tidak sedap dari sampah, kena polusi udara, kena asap rokok atau asap kendaraan, maka Ibu akan berubah menjadi manusia yang tidak bisa mengontrol emosinya. Dulu, di kamar Ibu dan Ayah juga ada ruangan khusus seperti yang ada di ruangan kamu sekarang.” Radolf mendengarkan dengan seksama penjelasan ayahnya, melihat Rahmat yang sedang menarik napas panjang, Radolf memahami bahwa mungkin ayahnya sedang mencari dan memilih kalimat yang tepat untuk disampaikan. “Begitu menikah dengan Ayah lalu melahirkanmu, ternyata kamu menuruni penyakit dan virus itu juga. Sejak kecil, jika udara panas atau ada kondisi yang membuatmu tidak nyaman, maka kamu akan berubah juga menjadi manusia istimewa tersebut.” Radolf menatap ayahnya, “Manusia jelmaan maksud Ayah? Atau monster lebih tepatnya.” Ucap Radolf sinis. Ayahnya menggelengkan kepala, “Ayah lebih suka memanggil kalian manusia istimewa. Jadi, itulah kenapa jika kamu sedang kepanasan, marah, tidak nyaman dengan kondisi di lingkunganmu atau mencium aroma busuk sampah, maka kamu akan berubah. Itu pula alasan kenapa kamu dan Ibu ada di desa ini. Karena di Pulau ini udaranya masih sejuk, polusi udara juga sangat sedikit sekali. Pertama kali kamu di bawa ke Pulau Alamandra ini, reaksimu adalah tertawa. Satu minggu kita ada di pulau ini, satu minggu itu pula kamu tidak berubah. Jadi Ibu, Ayah, dan Paman Gazi sepakat untuk memindahkanmu dan Ibu, ke sini. Harapannya agar tingkat seringnya kamu berubah berkurang atau bahkan hilang sama sekali.” Radolf masih belum memberikan reaksi apa pun. “Jadi bisa disimpulkan bahwa aku memang harus hidup sampai mati di pulau ini, ya, Yah, Bu?” Danur dan Rahmat saling berpandangan. Lalu menit berikutnya Rahmat menggelengkan kepalanya, “Tidak. Kamu boleh ke mana saja yang kamu mau, hanya saja, kamu harus waspada. Ketika udara sudah mulai panas, aroma sampah sudah mulai santer tercium atau asap rokok dan asap kendaraan sudah mulai banyak, kamu harus siaga, karena kemungkinan besar kamu akan berubah.” Radolf menundukkan kepalanya. Rahmat memahami betapa mungkin hati Radolf terpukul, “Jangan sedih, ya. Ayah dan Paman Gazi sedang dan terus berusaha untuk menemukan formula yang tepat untuk membuat virus itu tidak membuatmu kambuh dengan mudah. Kalaupun kamu kambuh, minimal tidak parah dan tidak sampai hilang ingatan dan kesadaran lalu tidak menyadari apa pun.” Radolf yang mendengar hal ini menepis pelukan Rahmat. “Harusnya, sebelum aku lahir, kalian itu, orang-orang yang sudah dewasa, harus sudah menemukan penangkalnya. Bukan cuma bisa produksi anak tanpa ada dan tanpa tau obat pencegah agar generasi-generasi yang lahir kemudian tidak ikut menanggung deritanya.” Radolf berteriak. “Tuhan juga nggak adil sama aku. Kenapa hanya aku saja yang mengalami hal ini, sementara Diandra dan Riamizard tidak ikut terjangkit, KENAPA?” teriakan Radolf seolah memukul kesadaran Danur. Dia baru menyadari bahwa anak pertamanya ini, mungkin iri atau tidak bisa menerima keadaannya yang beda dengan orang lain apalagi adik-adiknya lahir dengan normal tanpa ada kelainan seperti dirinya. “Siapa orang tua yang mau anaknya mengidap penyakit aneh? Aku sudah bilang, kan, Mas. Jangan dulu menyampaikan ini ke Radolf, mental dan jiwanya belum siap menerima semua informasi ini.” Danur melihat ke arah Rahmat yang sekarang sedang duduk dengan rasa serba salah. Sementara Radolf sudah masuk ke kamarnya dan menguncinya dari dalam. Terdengar raungan dari dalam kamar tersebut. Rupanya amarah dan kekesalan berakibat dia berubah sehingga membuatnya harus diam di dalam kamar tersebut beberapa waktu. “Beri dia ruang. Jangan dulu tanya mengenai apa pun. Dia butuh waktu untuk mencerna semuanya.” Danur kembali terisak. “Tapi pintu kamarnya dikunci, Mas. Aku gak bisa memeriksa dia seperti biasanya. Entah dia minum atau enggak kapsul yang ada di ruangan itu. Anak itu sedang marah besar. Aku khawatir dia tidak minum kapsul tersebut. Kalo satu minggu lagi dia baru sadar, berarti dia tidak makan dan tidak minum selama itu, Mas.” Rahmat yang memahami kekhawatiran Danur memeluk Danur, "Nanti, setelah beberapa jam, aku akan mendobrak kamar Radolf. Agar kita bisa memeriksanya, ya. Sudah jangan nangis lagi. Kamu harus kuat, kita harus kuat. Radolf membutuhkan semangat dari kita.” Danur menganggukkan kepalanya, setuju dengan ide Rahmat, lalu menyusut air matanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD