"Eh!" Alena terkejut saat melihat sosok pria yang entah muncul dari mana datangnya dan kini, dia sudah berdiri di sampingnya dan dia juga sama seperti dirinya yang sedang menunggu di depan pintu lift.
Secara spontan, Alena pun langsung menutup wajahnya dengan telapak tangannya, agar pria itu tidak mengenali dirinya.
Namun, semuanya telah terlambat.
Pria itu sudah melihat wajahnya dan benar saja, dia masih mengenal wajah Alena walaupun sudah enam tahun tidak bertemu tak membuat dirinya bisa melupakan wajahnya.
"Nyonya muda!" Ucapnya sambil menutup mulutnya dengan telapak tangan.
"Maaf! Maksud saya ... Mbak Alena! Apakah ini betul anda?" Tanyanya yang terus menatap wajah Alena tanpa berkedip sama sekali.
Alena tidak mau melihat ke arahnya dan masih memalingkan wajahnya.
"Maaf! Sepertinya anda salah orang! Saya ... Saya permisi pergi dulu!" Jawab Alena yang langsung berlari pergi meninggalkan pria yang tidak lain adalah Rico.
Rico pun terkejut dengan sikap Alena yang sedang menghindari dirinya.
"Eh! Tunggu sebentar! Mbak Alena! Tunggu dulu!" Panggilnya yang ikut berlari mengejar Alena.
"Mbak! Tunggu dulu! Saya ingin bicara ...." Panggil Rico yang tidak menyerah dan terus mengejar Alena.
Karena rasa penasaran nya, Rico terus mengejarnya dan ingin benar-benar membuktikan jika itu adalah mantan istri bos nya.
"Mbak! Tunggu dulu! Saya ingin bicara!" Teriak Rico yang terus memanggil Alena, sampai dia hampir bisa mengejarnya dan saat itu pula, Rico langsung tersenyum cerah karena bisa mengejar Alena.
"Mbak! Jangan lari lagi! Percuma anda lari dari saya! Anda juga tidak bisa menghindar lagi. Jadi mbak ... Saya mohon agar anda ...." Belum Rico selesai bicara, seorang pria yang memakai seragam yang sama pun segera menarik tangan Alena dan dia langsung memeluknya untuk menyembunyikan wajahnya.
Membuat Rico langsung terkejut dan segera menghentikan langkah kakinya.
"Eh!" Rico menatap pria itu dengan mata melotot terkejut.
Sedangkan Alena, dia juga terkejut dengan yang terjadi saat ini, lalu Alena mengangkat kepalanya dan melihat wajah pria yang memeluknya itu.
"Eh! Kamu ...." Alena langsung ingin melepaskan pelukannya tapi pria itu malah mengeratkan pelukannya.
"Jangan bergerak dulu! Bukankah kamu sedang menghindari pria itu?" Ucapnya dengan suara pelan.
Alena pun menoleh ke belakang dan melihat Rico yang masih berdiri di belakang nya.
Membuat Alena kembali melihat ke arah pria yang sedang memeluknya itu.
"Emmm ... Kamu benar! Aku memang sedang menghindari dia dan ... Aku akan mengikuti ucapan kamu Van, tapi ... Bisakah kamu jangan memeluk aku terlalu erat seperti ini?" Ucap Alena yang merasakan pelukan pria yang bernama Revan itu terlalu erat dan tubuh keduanya menempel satu sama lainnya.
Revan pun langsung mengendurkan pelukannya dan dia merasa canggung sendiri.
"Ahem! Maafkan aku! Tadi aku terlalu panik, jadi aku tidak sadar kalau pelukan aku ini terlalu erat. Tapi ... Apa rencana kamu untuk mengusir pria itu?" Tanya Revan kepadanya.
Alena pun terdiam sejenak dan dia juga tidak tahu harus melakukan apa saat ini.
"Aku ... Aku tidak tahu! Aku bingung ...." Jawab Alena.
Revan menatap ke arah Rico dan dia melihat penampilan Rico yang rapi dan juga terlihat sangat berkelas, membuat Revan sangat yakin jika dia bukanlah orang biasa.
"Emmm ... Apa hubungan kamu dengan dia? Apakah dia ... Kekasih kamu?" Tanya Revan.
Alena langsung menggelengkan kepalanya.
"Bukan! Kami tidak memiliki hubungan seperti yang kamu katakan itu. Dia hanya ... Hanya seseorang yang tidak mau aku temui. Jadi ... Aku minta tolong padamu, bisakah kamu membuat dia pergi sekarang juga?" Ucap Alena dengan tatapan memohon pada Revan, pria yang baru satu bulan bekerja di perusahaan itu dan sebenarnya mereka tidak akrab sama sekali, karena Revan adalah pria yang dingin dan sulit di dekati. Walaupun dia berkerja di bagian yang sama seperti Alena, tapi dengan wajah tampannya banyak wanita di dalam perusahaan itu menyukai dirinya, tapi Revan tidak menggubris sama sekali dan dia selalu serius dengan pekerjaan yang dia jalani, walaupun Alena sempat tidak percaya jika pria seperti Revan mau bekerja kasar seperti dirinya, karena dari aura, tampang dan segalanya dia tidak cocok dengan pekerjaan itu jika dibandingkan dengan rekan yang lainnya.
Sehingga, saat ini.
Alena hanya bisa meminta tolong padanya dan berharap Revan mau membantu dirinya.
Sedangkan Revan.
Dia yang pertama kali memeluk seorang wanita dan bisa sedekat itu, membuat detak jantungnya berdetak sangat cepat dan perasaannya mulai terasa aneh, tatkala dia bisa menatap wajah cantik Alena yang sangat dekat dengannya. Serta sesuatu yang lembut menempel di dadanya, membuat banyak desiran terus melintasi otaknya yang selama ini bersih dari hal-hal semacam itu.
Sampai, untuk sejenak, Revan tertegun menatap wajah Alena yang sedang kebingungan dan itu terlihat semakin menarik baginya.
"Wanita ini ... Ternyata dilihat dari dekat, dia cantik sekali! Matanya ... Hidungny dan ... Bibirnya terlihat sangat indah sekali!" Gumam Revan sambil menelan ludah berkali-kali dan Alena tidak menyadari jika pria dingin yang ada didepannya telah memiliki pikiran aneh terhadap dirinya dan Alena masih dengan polosnya bertanya kepadanya.
"Van, apakah kamu punya ide?" Tanyanya.
Revan langsung tersentak dan tersadar kembali.
"Ah ... Itu! Aku ada ide, tapi kamu ... Apakah kamu akan setuju? Karena ide ini ... Mungkin sedikit aneh," jawab Revan dengan wajah memerah, karena merasa malu sendiri.
Alena yang sudah tidak tahan ingin mengusir Rico pun segera menjawab.
"Apa itu? Cepatlah katakan? Aku sudah tidak tahan jika terus seperti ini," jawab Alena dengan tergesa-gesa.
Membuat Revan semakin canggung sendiri.
"Ini ... Mungkin ide ini cukup berat, tapi aku jamin pasti dia akan langsung pergi. Tapi ...." Belum Revan selesai bicara, Alena segera menyelanya.
"Cepat katakan! Aku sungguh tidak mau bertemu dengan dia!" Ucap Alena yang sudah tidak sabar lagi.
Revan pun menarik napas panjang mencoba menenangkan hatinya saat ini.
"Baiklah! Kalau begitu aku akan mengatakannya. Aku ... Aku akan mengatakan padanya, jika kamu adalah
... Kekasihku! Agar dia menyerah dan tak mengejar kamu lagi, bagaimana? Apakah kamu setuju?" Tanya Revan dengan wajahnya semakin memerah dari sebelumnya.
Alena yang tidak memiliki pilihan lain pun segera menjawabnya.
"Baiklah! Katakan saja! Asalkan dia pergi, aku tidak keberatan sama sekali!" Jawabnya dengan enteng.
Membuat Revan pun tersenyum lega.
"Baiklah kalau begitu! Aku akan mengatakan itu padanya, kalau begitu ... Kamu tetap diam dan biarkan aku yang bicara," pinta Revan.
"Ya!" Jawab Alena dengan patuhnya.
Lalu setelah itu, karena keduanya sudah sepakat.
Akhirnya Revan pun memberanikan diri menatap Rico yang kini, masih berdiri tak mau pergi sebelum dia berhasil bicara dengan Alena.
Sehingga, Rico yang mulai hilang kesabaran pun, kembali membuka mulutnya untuk bicara.
"Mbak Alena! Saya tahu jika itu anda! Walaupun kita tidak pernah bertemu lagi setelah enam tahun, tapi saya tidak akan pernah melupakan wajah anda sedikitpun. Walaupun saat itu anda masih muda dan sekarang anda sudah dewasa, tapi saya tetap bisa mengenali anda. Jadi ... Mbak Alena! Bisakah anda jangan terus menghindari saya dan juga ...." Rico menatap sinis ke arah Revan saat itu juga.
"Kamu siapa? Berani sekali kamu memeluk Mbak Alena di depan umum seperti ini? Apakah kamu sedang mencari kesempatan agar bisa menyentuh nya?!" Bentak Rico dengan tatapan kesal kepada Revan.
Mendengar itu, Revan malah tersenyum sinis dan tatapannya mirip dengan bos nya yang dingin itu.
"Eh! Dia ... Kenapa saat dia tersenyum seperti itu, terlihat seperti bos!" Gumam Rico dengan tatapan tidak percaya bahkan dia menggosok matanya berkali-kali.
"Tidak benar! Bukankah yang seperti itu hanyalah bos! Tidak mungkin ada orang lain yang memiliki sifat seperti dia dan ... Mungkinkah pria semacam ini adalah selera Mbak Alena?" Ucap Rico dengan tatapan tidak percaya dan tiba-tiba saja, muncul pikiran aneh di dalam benaknya ketika melihat Alena malah membalas pelukan pria di depannya saat ini.