"Bos!" Sambut Rico yang langsung datang menghampiri Arkana yang baru saja keluar dari dalam mobilnya.
Arkana menganggukkan kepalanya dan memberikan kunci mobil miliknya kepada Rico.
"Ini!" Ucapnya sambil melihat ke semua orang yang sudah berbaris menyambut kedatangannya dan semua itu, adalah petinggi yang ada di dalam perusahaan itu yang kini, sudah berada di bawah kendalinya.
"Selamat datang pak Arkana!" Ucap semuanya dengan penuh hormat dan Arkana hanya mengangguk.
Lalu, setelah itu Arkana melihat ke Rico kembali.
"Saya ingin melihat semuanya, apakah sudah kamu siapkan dan ... Sekalian berikan semua daftar karyawan yang ada di perusahaan ini," perintah Arkana.
Mendengar itu, Rico langsung terkejut, karena itu, bukanlah kebiasaan yang dilakukan oleh bos nya, sehingga Rico sedikit ragu dan merasa tidak yakin
"Semua berkas tentang akuisisi serta pengalihan jabatan dan lainnya sudah saya siapkan, juga ... ruang kerja anda sudah saya siapkan dan letaknya ada di lantai paling atas di gedung ini, seperti yang anda inginkan. Tapi untuk daftar nama karyawan yang bekerja di perusahaan ini. Saya ...." Rico menatap ke arah salah satu ketua divisi bagian personalia.
"Maafkan saya bos! Saya belum menyiapkannya. Karena tidak biasanya anda memintanya dan selama saya menjadi asisten anda, saya belum pernah mendengar anda meminta daftar nama karyawan semua perusahaan yang anda miliki. Jadi ...." Rico mendekati telinga Arkana, lalu berbisik kepadanya.
"Bos! Anda yakin ingin meminta daftar nama semua karyawan di perusahaan ini? Saya ... Tidak salah dalam pendengaran saya ini kan?" Bisik Rico dengan suara pelan.
Arkana pun memutar bola matanya dan menatap Rico dengan tatapan tegas.
"Telinga kamu memang tidak salah mendengar! Cepat siapkan berkas itu dan saya tunggu dalam waktu setengah jam, berkas itu sudah harus ada diatas meja kerja saya!" Perintah Arkana yang kemudian berjalan melewati Rico dan semua orang yang berjajar memberi sambutan kepadanya.
"Rico! Antar ke ruangan saya, sekarang juga!" Perintah Arkana.
"Baik bos!" Jawab Rico yang kemudian memimpin jalan untuk memberitahu Arkana letak ruang kerjanya dan sepanjang jalan, Rico terus memberitahu letak semua divisi serta tata ruang di dalam gedung perusahaan itu.
Dari bagian paling rendah sampai bagian dengan jabatan yang tertinggi tidak ada yang terlewat sama sekali.
Sedangkan Arkana, dia diam dan mendengarkan semua ucapan Rico yang terus berbicara.
Namun, jauh di dalam lubuk hatinya. Dia kembali teringat dengan pertemuannya bersama Alena, sang mantan istri yang sudah berpisah selama enam tahun dan tak pernah bertemu sama sekali.
Tapi, hari ini tanpa sengaja dia bertemu dan saat melihatnya kembali.
Alena sudah berubah dari segi penampilan, sikap dan segalanya yang membuat Arkana terkejut sekaligus pangling secara bersamaan.
Ditambah ada rasa penasaran saat dia melihat Alena masuk ke dalam gedung perusahaan yang saat ini baru saja menjadi miliknya.
"Mengapa dia ada di sini? Mungkinkah dia bekerja di sini?" Gumam Arkana yang terus bertanya-tanya di dalam hatinya.
Membuat perasaan Arkana terasa kacau serta pikiran nya terus tertuju kepada sang mantan istri yang entah kenapa, dia merasa sangat penasaran itu.
Sehingga, Arkana yang sibuk dengan pikirannya pun tanpa sadar sudah sampai di lantai paling atas tempat ruang kerja pribadinya berada saat ini.
Lalu, Arkana pun kembali tersadar dan melanjutkan rutinitas dunia nyatanya untuk melupakan sang mantan istri yang sempat mengganggu pikirannya saat ini.
***
Sementara itu.
Di tempat lain.
Alena yang sudah masuk lebih dulu dari Arkana sebelumnya.
Dia segera masuk ke ruangan tempat dia biasa bekerja. Yaitu di dekat dapur perusahaan yang di sana tempat berkumpulnya semua petugas kebersihan di dalam perusahaan itu.
"Selamat siang!" Sapa Alena saat dia masuk, dia sudah melihat atasannya pak Ridwan, sang senior yang umurnya sudah hampir kepala lima, juga ada Asep yang menjadi teman akrabnya selama dia berkerja serta ada Santi, satu-satunya teman wanita yang juga paling akrab serta sudah dia anggap seperti saudaranya sendiri.
Sedang berada di dalam ruangan itu dan bersiap untuk pergi beristirahat, karena sudah masuk jam makan siang.
"Lena! Akhirnya kamu datang juga," ucap Santi yang segera berjalan ke arah Alena dan langsung menghampirinya.
"Hehehehe ... Maaf kalau aku datang sedikit terlambat. Tadi ada sedikit kecelakaan di depan pintu masuk ke dalam gedung kantor. Tapi untung saja, semuanya baik-baik saja. Hanya saja ...." Alena menghela napas panjang dan berusaha melupakan wajah tampan sang mantan suami yang sempat dia cintai di masa lalu.
Tapi kini, rasa itu sudah tidak ada dan Alena tidak mau lagi memikirkan tentang pria yang sudah menghancurkan perasaan nya itu.
Sehingga, Alena pun kembali tersenyum sambil melanjutkan ucapannya.
"Hah! Hanya saja ... Aku sempat mengalami sedikit kecelakaan di depan tadi, tapi semuanya sudah baik-baik saja! Hahaha ... Ya baik-baik saja!" Ucap Alena yang berusaha tertawa menutupi rasa aneh di dalam hatinya.
Mendengar itu, Santi langsung panik dan segera memegang kedua bahu Alena dan memeriksanya dari ujung kepala hingga ujung kaki.
"Lena, apakah kamu terluka? Mana ... Mana coba aku lihat! Aku lihat dulu!" Ucapnya yang terus memeriksa tubuh Alena dan itu membuat Alena merasa geli sendiri.
"Eh ... San! Aku baik-baik saja! Tidak terluka sama sekali! Hanya terkejut saja dan sedikit ada kerusakan di bagian depan sepeda motor aku. Tapi itu ... Ya tidak masalah, karena jauh lebih buruk mobil itu daripada sepeda motor milikku," jawab Alena yang tertawa agar Santi tidak mengkhawatirkan dirinya lagi.
Santi pun menghela napas lega saat mendengarnya dan akhirnya melepaskan tangannya dari tubuh Alena.
"Syukurlah, kalau kamu baik-baik saja! Tapi ... Apakah si pemilik mobil yang membuat rusak sepeda motor kamu ... Dia mau bertanggung jawab?" Tanya Santi.
Alena menggelengkan kepalanya
Membuat Santi kembali marah.
"Apa! Dia tidak mau tanggung jawab setelah merugikan kamu? Di mana mobilnya? Aku akan menemui orangnya, biarkan aku berteriak meminta ganti rugi untuk orang yang tidak bertanggung jawab padamu!" Ucap Santi yang berteriak marah, karena dia yang malah jauh lebih kesal daripada Alena itu sendiri.
"Sudah! Jangan diperpanjang lagi! Aku juga baik-baik saja! Jadi jangan dipikirkan lagi. Lebih baik, kamu istirahat makan siang dulu sana! Ini kan sudah masuk jam makan siang juga. Ya kan?" Ucap Alena sambil mendorong Santi untuk segera pergi.
"Ayolah pergi! Cepatlah pergi ke kantin! Nanti kita ketemu lagi setelah kamu selesai makan."
Alena terus mendorong Santi untuk pergi dan dia pun tak bisa menolaknya lagi.
"Baiklah ... Baiklah! Aku pergi dulu! Nanti kita bertemu lagi dan ... Oh ya! Si Asep juga tadi mencari kamu, nanti kamu juga temui dia ya!" Ucap Santi.
Alena menganggukkan kepalanya.
"Baik! Baiklah! Aku mengerti! Sudahlah cepat pergi! Nanti keburu habis waktunya!" Jawab Alena.
Akhirnya, Santi pun pergi bersama atasannya pak Ridwan dan kini, sisa Alena sendirian di tempat itu dan secepatnya Alena menaruh semua barangnya ke dalam loker milik nya.
"Baiklah! Tinggal menunggu tugas selanjutnya. Lebih baik aku sekarang ... Pergi mencari Asep dulu saja!" Ucap Alena yang setelah itu, bergegas pergi mencari Asep sahabatnya di semua sudut dk beberapa lantai tempat sahabatnya itu berada.
Sampai.
Saat Alena sedang berdiri di depan lift, menunggu pintu lift itu terbuka.
Tiba-tiba saja.
Alena langsung terkejut saat melihat sosok pria yang entah darimana datangnya, dia sudah berdiri di sampingnya saat ini dan pria itu adalah orang kedua yang dia kenali.