STR 3. Cemburu?

1044 Words
Hal yang paling sering tidak bisa Sarren tolak adalah permintaan dari Delano, sekalipun harus membatalkan janji penting bersama Jack. Sarren juga tahu bahwa jika bertemu dengan Jack itu percuma karena dia pasti akan membawa Wisca bersamanya dan Wisca akan memamerkan perutnya yang buncit karena hamil anak Jack, jadi Sarren memilih untuk tetap berada di sini sesuai permintaan Delano. Karena tertidur akhirnya mereka terbangun pukul dua siang, Delano dan Sarren sengaja menonaktifkan ponsel mereka agar tidak ada yang mengganggu mereka. Bahkan Sarren tidak mengatakan kepada suaminya, alasannya tidak bertemu hari ini. Suara perut terdengar halus dari Sarren membuat Delano tertampar dengan suara tersebut karena perintahnya Sarren begitu lapar dan mereka memang tidak sarapan pagi dan saat ini sudah pukul 2,jam makan Siang pun terlewatkan. Delano meraih telepon Hotel dan berbicara dengan seseorang setelah itu Delano mengakhiri telepon dan bangun dari pembaringannya. “Aku sudah memesan layanan kamar.” Sarren mengangguk. “Apa kamu tidak bertemu dengan Anne?” tanya Sarren. Wajah Delano berubah serius. “Kamu selalu saja lupa dengan kesepakatan kita, aku sudah bilang jangan bahas orang lain di saat kita bersama.” “Semalam Anne meneleponku dan menanyakanmu. Dan, aku dengar dia ke kantor.” “Terus kenapa kalau dia ke kantor? Apa kita harus membahasnya?” Delano menatap Sarren. “Aku hanya kaget pagi ini kamu bangun disampingku, bukannya Anne baru tiba dari California?” “Lalu kenapa kalau dia baru tiba dari California? Aku tidak berkewajiban untuk menemaninya, bukannya seharusnya yang dia temui adalah orang tuanya bukan aku,” geleng Delano. “Apa hubungan kalian tidak baik-baik saja?” Wajah Delano semakin kesal. “Sudahlah aku malas membahas orang lain ketika kita bersama dan itu sudah menjadi kesepakatan kita.” “Delano, aku berharap kamu tidak pernah lupa hubungan kita seperti apa.” Lagi dan lagi Sarren membuat amarah Delano memuncak. “Aku sudah katakan kepadamu diam dan jangan pernah membahas tentang hubungan kita. Aku tidak suka mendengarnya.” “Aku hanya mengingatkan agar kamu tidak pernah lupa hubungan seperti apa yang kita jalani saat ini.” “Diamlah saat ini aku sedang lapar, tapi mendengar mau bicara aku menjadi kenyang.” Sebenarnya Sarren sangat senang ia bisa memiliki hubungan ini. Yang membuatnya bahagia dan melayang setiap kali bertemu, perasaan itu selalu hadir, berbeda ketika ia bersama Jack hatinya seolah sudah mati rasa, hatinya seolah sudah tak lagi bisa menerima Jack, namun Sarren Masih menghargai hubungan itu. Setelah beres-beres mandi dan berpakaian lengkap, keduanya lalu sarapan bersama, sementara itu ponsel Sarren terus bergetar, tanda seseorang sedang memanggilnya, namun Sarren tidak bisa mengangkat telepon tersebut ketika bersama Delano. Seperti itulah hubungan yang sedang dia jalani. Delano memang pria yang kasar berbicara apa adanya tidak pernah menyembunyikan perasaan tidak enak. Dia akan selalu mengatakan apa yang ada di dalam hatinya dan pikirannya, dan ia selalu blak-blakan, tapi hal itulah yang membuat Sarren merasa nyaman, merasa aman dan bahagia. Sebagai seorang wanita, seharusnya seharian bisa menjaga harga dirinya bisa menjadi istri yang baik bisa menjadi istri yang lunak pada suaminya namun seakan waktu bisa mematahkan segalanya. Sarren mendongak lalu menatap wajah pria tampan di hadapannya, lalu berkata, “Kamu marah?” “Menurut kamu?” “Ya menurut aku … kamu marah.” “Kalau memang menurut kamu aku marah berarti aku memang sedang marah.” Delano menyesap air putih dari gelas berleher tinggi. “Bisa tidak setiap bertemu denganku, kamu bisa mengalah sedikit?” “Apa kamu mengira aku bisa mengalah? Maksudnya aku tidak akan pernah bisa mengalah, kamu tidak bahagia kan aku bisa membuat kamu bahagia, jadi tetaplah bersamaku dan aku tahu hubunganmu dan Jack sudah hancur jauh sebelum mengenalku.” Delano membuat Sarren terkejut. Sarren menatap Delano, pria itu benar-benar bisa menebak apa yang ada di dalam hatinya, sementara itu Sarren tidak pernah mengatakan tentang perasaannya kepada Delano. “Malam ini aku tidak bisa bertemu dengan kamu,” kata Sarren. “Iya aku juga harus menemani Anne. Karena dia akan berangkat lagi.” “Kamu tidak coba menahan Anne untuk tetap ada di sini?” tanya Sarren. “Buat apa? Jika bahagianya saja bukan denganku.” “Apa kamu akan terus mendiamkan Anne seperti ini dan tidak menanyakan hubungannya dengan Enji?” “Buat apa? Aku tidak perlu menanyakannya, aku hanya harus mengikuti permainannya. Bukankah kamu juga seperti itu?” “Ya. Kamu dan aku berbeda. Kamu dan Anne masih sekedar bertunangan, sementara aku sudah bersuami. Walaupun hubunganku dengan suamiku sudah tidak baik-baik saja jauh sebelum mengenalmu,” kata Sarren. “Dan, itu artinya kamu mengakui bahwa hanya aku yang membuatmu nyaman saat ini. Sudah aku ingatkan kepadamu, Sarren, jangan bermain denganku, karena jika aku sudah memiliki orang itu, aku tidak akan pernah melepaskannya, sekalipun yang memintanya adalah pemiliknya.” Delano menatap Sarren. Sarren terdiam sebelum menjalani hubungan terlarang ini, Sarren sadar betul apa yang ia lakukan dan dengan keadaaan sadar, ia masuk dan terjebak perasaaan hingga saat ini. “Aku tidak salah, kan? Jika aku menyuruhmu untuk menjaga mentalmu sendiri dan membahagiakan dirimu sendiri? Jika aku bisa membahagiakan kamu, kenapa kamu harus berpura-pura bahagia dengan Jack?” Sareen tidak bisa lagi mengatakan apa yang ingin dia katakan, seolah-olah Delano menyihirnya hanya dengan beberapa kalimat saja, selama ini Sarren memang sudah tidak bahagia sejak mengetahui semua kebusukan suaminya. Sarren menjadi liar dan mengikuti permainan yang dilakukan suami dan selingkuhannya itu. “Kenapa kamu diam?” Delano menyadarkan lamunan Sarren. Sarren bangkit dari duduknya dan berkata, “Aku sudah tidak lapar, aku kenyang dengan semua kalimat yang kamu keluarkan, aku tahu saat ini kamu menilaiku sebagai wanita yang buruk, wanita yang hanya bermain dengan pria lain yang bukan siapa-siapa, tapi kamu harus tahu kamu tidak akan pernah tahu hatiku dan pikiranku untuk siapa.” “Jadi kamu tersinggung dengan kata-kataku?” Delano mendongak. “Aku tidak tersinggung, aku hanya ingin menghindari pertengkaran, dan aku berharap ketika bertemu lain kali, jangan mengajakku bertengkar. Bukankah aku dan kamu sedang mencari kesenangan dan bukannya setiap bertemu kita harus bersenang-senang?” Sarren semakin kesal. “Aku tidak tahu apa yang ada di pikiranmu. Sebagai wanita setidaknya kamu masih punya malu sedikit.” Delano sebenarnya hanya cemburu. “Sebenarnya ada apa denganmu? Kenapa kamu marah padaku? Kamu selalu saja mencari masalah setiap aku akan pulang.” “Dan sampai sekarang kamu tidak tahu artinya itu apa?”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD