06. KESATRIA PEMBELA

1067 Words
"Aku bersedia menjadi tameng untuk seseorang yang mempunyai aura seperti dirimu." *** Dengan ragu, Sia mulai membuka matanya sedikit. Namun, ia begitu shock, buru-buru ia membulatkan matanya lebar-lebar. Tidak percaya apa yang kini dilihatnya. Spontan Sia menelan salivanya dengan getir, kemudian perasaannya bersalah kini menyerangnya bertubi-tubi. Pantas saja Sia tidak merasakan bagian tubuhnya basah, lantaran kini Sia dilindungi oleh seorang cowok bertubuh jangkung. Es teh itu sudah menggenangi seluruh seragam cowok yang Sia rasa belum mengenalinya. Reaksi yang ditunjukan Sashi tidak kalah terkejut dari Sia, ia langsung membulatkan matanya lebar-lebar saat es teh itu malah mengenai lengan Elgo, cowok terganteng seantero sekolah. Perlu diingat hal itu, kalau perlu digaris bawahi. Berulang kali Sashi melotot, tidak percaya apa yang dilakukannya sekarang, mendadak ia menjadi takut diiringi degup jantung yang semakin bertambah kencang seiring bertambahnya detik dalam waktu. "Eh Elgo, gue nggak sengaja. Maaf, sini gue bersihin." Sashi bangkit dari duduknya, kedua tangannya terulur menuju lengan baju Elgo, ia berinisiatif membersihkan tumpahan es yang masih menggenangi seragam Elgo. Baru saja Sashi menyentuh, Elgo buru-buru menepis tangan Sashi dengan gerakan tangan kilat, hunusan mata tajamnya menghujam Sashi tanpa henti. Sashi yang merasa bersalah seketika langsung meminta maaf, menggigit bibir bawahnya. Sekarang, ia kehilangan satu nilai di mata Elgo. Sepertinya, cowok itu marah besar kepadanya. "Elgo, gue minta maaf. Sori banget ya," mohon Sashi, air mukanya mendadak cemberut. Ia sangat kelimpungan. Takut alih-alih Elgo malah marah besar. "Gue nggak masalah sama seragam gue, tapi gue masalah sama tindakan lo itu." Elgo berujar ketus, matanya masih saja menyorot ke arah Sashi penuh kilatan api kemarahan. "Go, gue sori banget, plis ... maafin gue ya?" Sashi masih saja merengek, ia berpindah mendekati Elgo seraya menggelayuti lengan tangan Elgo. "Lo nggak perlu minta maaf sama gue, lo harus minta maaf sama nih cewek." Elgo kembali menepis tangan Sashi, lalu tatapannya berpaling pada Sia. Seketika Sia langsung membuang muka ketika tatapannya terkunci dengan Elgo. Ia merasa gugup setengah mati. Sashi ikut-ikutan melirik Sia, tetapi pancaran matanya menatap ketidaksukaan pada cewek itu. Sashi mencebikan bibirnya, ia benar-benar merutuki nasibnya. Sashi tidak sudi minta maaf, itu bukan salah satu tipikal sifat dari dirinya. "Lha, tapi gue kan, nggak salah sama dia, gue kan nyiram seragam elo." Sashi tidak terima jika Elgo menyuruh dirinya untuk meminta maaf pada Sia. "Tapi tujuan awal lo numpahin minuman ini untuk apa kalo seumpama nggak kena seragam gue? Bukannya semua air yang ada di gelas ini malah mengguyur cewek ini, kan?" Elgo kembali menunjuk Sia dengan jarinya. Sashi memutar bola mata, bibirnya kembali ia cibirkan. "Tapi lo nggak marah sama gue, kan, Go?" tanya Sashi parau, mulutnya mengerucut ke depan, berusaha semaksimal mungkin memasang ekspresi memelas. "Gue nggak marah sama lo." "Beneran?" Sashi melotot penuh kegirangan, ia mengangkat sudut bibirnya tinggi-tinggi. "Iya, Sashi." Elgo berujar dengan volume lirih, sebenarnya malas menanggapi ucapan cewek dihadapannya ini. "Asik, makasih Elgo. Jadi makin sayang," gumam Sashi penuh keceriaan. Elgo menatap Sashi dengan mimik wajah sinis, "ya udah buruan minta maaf sekarang." Dalam kejapan mata, air muka Sashi langsung berubah. Dahinya nampak berkerut, "buruan apa? Lo mau ngajak gue pacaran?" Dengan pede tingkat akut, Sashi kembali berujar dengan riang. Menghela napas frustrasi, Elgo mengedarkan pandangan sekitar sebelum menatap Sashi. "Minta maaf sama nih cewek, lo kan emang sengaja mau ngguyur dia pakai es itu, jangan ngelak lagi. Gue udah lihat semua," ujar Elgo sambil melipat kedua tangannya. Dengan malas dan terpaksa, Sashi pun akhirnya menuruti ucapan Elgo. "Gue minta maaf sama lo." Sashi menjulurkan tangannya, tepat di depan Sia, tetapi arah pandangannya menatap ke objek lain. Sia tidak langsung menjabat tangan Sashi, cewek itu malah memandangi wajah Sashi untuk beberapa detik. "Udah aku maafin kok kak," ucap Sia seraya menampilkan sepasang senyum lebarnya. "Bagus deh kalo gitu, emang gue nggak salah juga," ujar Sashi sambil menatap Sia dengan sinis. "Yuk gaes kita cabut, udah panas gue di sini," raung Sashi sembari mengipasi dirinya dengan telapat tangan yang dinaik turunkan. Seketika Selly dan Rena langsung bangkit dari duduknya. "Dadah Elgo!" Sashi memicingkan satu matanya pada Elgo sebelum melesat pergi dari kantin. Yang langsung diikuti kedua temannya dari belakang. Tak ada gubrisan dari Elgo, Sashi mengerucutkan bibirnya hingga maju beberapa senti ke depan. Lalu, dengan hentakan kaki kesal, ia mulai menjejalkan langkah panjang-panjang keluar dari sana. "Lo nggak, pa-pa?" "Eh?" Sia langsung gugup dan salah tingkah ketika ucapan dari Elgo menyadari lamuannya. Sia bingung mau mersepons bagaimana, nyalinya tidak cukup. Berulang kali Sia meremas-remas roknya hingga sskarang terlihat sangat kusut. "Iya kak, nggak pa-pa, kok," ucap Sia seraya tersenyum malu-malu. Sia tidak berani menatap Elgo lama-lama. Elgo lalu menganggukkan kepala, "ya udah, gue cabut dulu kalo gitu." "Makasih kak, maaf gara-gara aku seragam kakak jadi basah," sesal Sia. Elgo tersenyum manis, "nggak pa-pa, nanti juga kering sendiri." "Oh iya, nama lo siapa?" tanya Elgo, ia menjulurkan tangan kanannya, berniat untuk menjabat tangan Sia. "Jessia, kak," jawab Sia sembari menyibakkan anak rambutnya ke belakang telinga. Tidak lupa ia turut membalas jabatan tangan dari Elgo. Elin yang melihat itu langsug tercengang, mulutnya ia buka lebar-lebar, tatapan matanya terus saja menatap mereka berdua. "Gue balik ke kelas dulu, ada urusan soalnya," pamit Elgo, lalu ia tersenyum kecil. Tak lama setelahnya, Elgo langsung beranjak dari kantin. Sorot mata Sia dan Elin masih saja menghunus pada Elgo, cowok jangkung yang paling ganteng seantero sekolah. Dari cara berjalannya saja, aura dari Elgo sungguh mempesona dan sukses menyihir kaum hawa. "Astaga, kak Elgo so sweet banget!" Elin berujar histeris, berulang kali ia menghentakkan kakinya ke lantai. "Dia cuma nolongin gue aja kali Lin," ucap Sia, lalu ia mengambil minuman miliknya dan menenggaknya sedikit. Buru-buru Elin melotot tajam ke arah Sia, sementara Sia yang mendapati perlakuan seperti itu hanya menyipitkan matanya. "Lo nggak tau kak Elgo? Dia ganteng banget tauk. Makanya, tadi lo beruntung banget asli," jelas Elin dalam satu tarikan napas. "Ya udah, terus gue mau ngapain lagi?" Sia membuang napasnya sejenak, lalu manik matanya kembali menyoroti Elin dengan malas. Seketika Elin langsung tersenyum miring, "gue mau lo supaya jadian sama kak Elgo!" Ucapan Elin membuat bola mata Sia terbelalak lebar. Apa-apaan itu? Rasanya Sia ingin menampol pipi Elin yang berbicara ngasal seperti itu. "Nggak jelas lo Lin. Nggak mungkin mau lah gue, kita kan nggak saling kenal." "Nggak usah sok-sokan nggak mau, pasti dalam hati lo mau juga, kan? Nggak mungkin nggak ada cewek yang nggak mau sama kak Elgo!" "Udahlah Lin, yuk lah kita balik ke kelas aja." "Dih, ngalahin pembicaraan aja lo."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD