“Kamu mandi sana,” usir Ezra pada Alma yang baru saja didorongnya ke atas ranjang itu sehingga membuat wanita itu berbaring dan Ezra berada di sampingnya.
Alma merasa kesal lalu memukul Ezra yang ada di sampingnya. Pria itu tertawa karena berhasil mengerjai Alma. Wanita itu segera bangkit mengambil pakaiannya lalu masuk ke dalam kamar mandi. Setelah membersihkan diri cukup lama, Alma keluar dari kamar mandi dan melihat Ezra masih berada di dalam kamarnya.
“Kamu nggak pulang Mas? Emang kamu nggak dicariin?” tanya Alma kesal.
“Enggak,” jawab Ezra cepat. Alma duduk di depan meja rias dan Ezra melihat Alma yang sedang menggunakan skincare itu. Senyum mengembang menghiasi wajah Ezra melihat Alma yang terlihat sangat cantik menurutnya.
“Kenapa lihat-lihat kayak gitu?” tanya Alma tak suka.
“Kamu cantik, Mas suka. Mas semakin jatuh cinta sama kamu,” puji Ezra membuat Alma berdecak.
“Kalau Mas nggak mau pulang lebih baik Mas keluar. Mas Ezra tidur di luar, jangan di sini,” usir Alma.
“Mas mau di sini sama kamu, Mas benar-benar kangen sama kamu. Mas hanya mau peluk kamu, Mas janji nggak akan ngapain-ngapain kamu kalau itu yang kamu takutkan,” kata Ezra mencoba meyakinkan.
“Emang apa yang aku takutkan?” tanya Alma berani.
“b******a?” goda Ezra membuat Alma langsung saja melempar bantak pada pria itu membuat Ezra tertawa dengan keras.
Sedangkan Alma berusaha menahan dirinya untuk tidak bereaksi berlebihan karena perkataan Ezra itu. Alma akhirnya naik ke tempat tidur, menarik selimut menutupi tubuhnya sampai ke d**a. Alma melihat langit-langit kamarnya dan Ezra mengikuti jejak Alma.
“Katanya kamu mau akhiri hubungan kamu sama pacar kamu itu, kenapa masih berhubungan sama dia?” tanya Ezra tiba-tiba. Namun kali ini nada bicara pria itu biasa saja.
“Dia terlalu baik sampai aku bingung cari alasan apa untuk akhiri hubunganku sama dia. Aku yang jahat karena udah selingkuh di belakang dia, padahal dia udah berusaha berjuang untuk hubungan kita. Aku serba salah, mau akhiri bingung dengan cara apa. Mau dipertahankan juga nggak mungkin, aku nggak mau buat dia kecewa,” ungkap Alma.
“Apa dia sebaik itu sampai kamu bingung mau akhirinya bagaimana?” Alma menganggukkan kepalanya dengan cepat menjawab pertanyaan Ezra.
“Dia sangat baik. Rey selalu memperjuangkan hubungan kita, dia yang paling banyak berkorban. Bahkan Rey banyak bantu aku terutama uang kuliah aku sebelumnya. Dia rela kerja dari senin sampai sabtu di tempat yang berbeda hanya untuk mengumpulkan uang supaya bisa nikah sama aku. Rey rela menahan diri untuk tidak menggunakan uangnya berlebihan hanya bisa menabung, bahkan Rey selalu menjagaku. Dia nggak pernah merusakku, untuk sekedar ciuman saja kita nggak pernah. Rey selalu sabar sama semua tingkah anehku,” jelas Alma membuat Ezra terdiam cukup lama. Pria itu jelas tak suka ketika Alma menjelaskan bagaimana baiknya pria lain.
“Kamu menyindir Mas sekarang?” tanya Ezra akhirnya.
“Menyindir?” tanya Alma bingung.
“Iya, kamu bilang untuk sekedar ciuman saja tidak. Tapi apa yang kita lakukan sudah lebih dari itu. Apa kamu sekarang menyesali apa yang terjadi?” Alma menghela napasnya kasar.
“Aku nggak ada mengatakan kalau aku menyesal, Mas Ezra bertanya bagaimana Rey. Aku menjelaskannya dan sekarang kenapa ditanya seperti ini? Kita sudah pernah membahasnya sebelumnya, aku nggak menyesalinya. Aku hanya menyesali kenapa aku begitu percaya sama kamu waktu itu Mas. Andai saja aku nggak terbuai dan mencari tahu lebih lagi tentang kamu, mungkin aku nggak akan menyesal seperti sekarang. Aku hanya kecewa dengan kamu yang bohong tentang siapa kamu dan status kamu. Aku menginginkannya, aku jelas tidak menyesalinya. Bagaimanapun aku nggak bisa bohong kalau aku juga punya perasaan yang sama kayak Mas Ezra, hanya kita nggak bisa seperti ini Mas. Mungkin aku sama Rey belum menjalin ikatan pernikahan, tapi kamu udah menikah dan punya anak Mas. Itu suatu hal yang sangat fatal,” lirih Alma membuat Ezra memiringkan tubuhnya agar bisa melihat Alma. Tangan Ezra berada di kepalanya dan sikunya menjadi penyangganya.
“Mas harus bagaimana supaya kamu bisa mau terima Mas kembali? Mas sudah menjelaskan semuanya, Mas melakukan itu karena benar-benar jatuh cinta sama kamu. Menurut kamu kenapa mau Mas datang setiap hari ke Bar sejak ketemu sama kamu waktu itu? Jelas karena Mas merasa nyaman ada di dekat kamu, semakin lama perasaan itu berkembang. Mas jatuh cinta sama kamu, alasan itu mampu membuat Mas kehilangan akal dan bohong sama kamu. Mas takut kamu akan menjauh dan nggak bisa terima Mas kalau kamu tahu siapa Mas yang sebenarnya. Jadi apa yang Mas bisa lakukan supaya kamu mau memaafkan Mas?” Alma kembali menghela napasnya kasar.
“Mas Ezra nggak perlu melakukan apapun, karena aku juga nggak tahu.”
“Mas memang tidak punya perasaan apa-apa sama Karin. Mas menikah sama Karin karena kita dijodohkan, ada Tasya saat ini di antara kita karena permintaan. Mas nggak pernah sama sekali melakukannya karena mencintai Karin. Tapi Mas menyayangi Tasya, bagaimanapun dia anak Mas. Sama seperti Papa yang menikah sama Mama karena perjodohan, tolong mengerti posisi Mas saat ini. Jujur Mas nggak benar-benar menginginkan hal ini, tapi siapa yang sangka kalau Mas akan jatuh cinta sama kamu dari sekian banyak wanita?” tanya Ezra membuat Alma terdiam. Melihat Alma yang diam membuat Ezra menghela napasnya kasar. Pria itu kembali berbaring dan melihat langit-langit kamar sambil sibuk dengan pikirannya.
“Kenapa Mas Ezra bisa ada di sini? Kenapa Mas Ezra nggak pulang? Emangnya nggak dicari? Apa alasan Mas Ezra nggak pulang?” tanya Alma beruntun ketika mereka sudah cukup lama terdiam.
“Mas bilang ada kerjaan dan Karin percaya. Karin benar-benar nggak sepeduli itu sama Mas, dia nggak akan pernah mau tahu apa yang Mas lakukan,” jawab Ezra.
“Tapi kayaknya baik, peduli juga. Waktu Mas Ezra sakit yang rawat pasti Bu Karin. Kemarin aja waktu ketemu kayaknya aja har…”
“Kelihatannya seperti itu, ‘kan? Tapi pada faktanya tidak, kamu nggak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Buktinya Mas ada di sini sama kamu, bagaimana bisa?” tanya Ezra membuat Alma kembali terdiam. “Hanya kamu yang peduli sama Mas, apa yang Mas cari selama ini ada di kamu. Mas ingin dicintai, diperhatikan, dirawat, disayang, didengarkan, dihargai, dipedulikan tapi Mas nggak dapat itu dari Karin. Mas dapat itu dari kamu, sosok wanita yang Mas harapkan kelak ada dari seseorang itu Mas temui dari kamu. Bagaimana kamu menyiapkan segala kebutuhan Mas selama ini, kamu yang khawatir sama Mas hanya karena telat makan. Kamu yang bukan hanya khawatir tapi mau membuatkan bekal karena kamu peduli. Kamu yang bisa memanjakan Mas dengan cara kamu, bahkan kamu mau mendengar walaupun nggak bisa membantu. Tapi kamu ada di saat Mas butuh, kamu menghargai Mas dan nggak pernah merendahkan Mas. Kamu benar-benar bisa mencintai Mas dengan tulus, kamu mungkin nggak sadar sama apa yang udah kamu lakukan buat Mas. Tapi Mas benar-benar merasakan itu semua dari kamu,” jelas Ezra membuat Alma kembali terdiam.
Alma bingung mau bersikap seperti apa. Ia tidak tahu bahwa Ezra bisa merasakan itu darinya, ia tak menyangka kalau pengaruhnya sebesar itu. Jantungnya berdetak dengan sangat cepat saat ini. Bukan hanya Ezra saja yang merasakan hal itu, karena ia juga merasakan hal yang sama.
Bersama Ezra ia bisa merasakan kebahagiaan yang belum bisa didapatkannya dari Rey. Bersama Ezra, ia merasa tertantang. Emosinya naik turun dan ia merasakan debaran yang begitu hebat. Bersama Rey hidupnya terlalu lurus dan nggak punya gelombang apapun.
Pria itu terlalu sibuk sampai tak mempunyai waktu untuk mendengarkannya dan menghabiskan waktu dengannya. Rey hanya mempunyai waktu setiap hari minggu untuknya sehingga mereka tak punya waktu intens walaupun Rey begitu baik padanya.
Tapi Rey tak bisa memberikan debaran dan rasa nyaman yang sama seperti yang diberikan Ezra padanya. Ezra benar-benar bisa memberikan warna yang berbeda padanya. Ezra bisa memahaminya dan mengerti keadaannya, tidak seperti Rey yang nggak bisa menerima pekerjaannya.
Bersama dengan Ezra, ia bisa menjadi dirinya sendiri. Namun saat berama Rey, ia seperti menjadi orang lain. Terlalu banyak topeng yang sedang ia pasang sehingga ia sendiri bingung dengan jati dirinya sendiri.
“Kamu mungkin merasa Mas terlalu berlebihan, padahal itu hal sederhana yang bisa dilakukan oleh siapapun. Tapi pada faktanya hal sederhana itu nggak bisa dilakukan siapapun, nggak ada yang setulus kamu. Semua orang yang mencoba melakukan itu karena menginginkan sesuatu. Mereka mempunyai niat yang lain, apa yang kamu lakukan sama seperti Ibu. Hanya kamu sama Ibu yang bisa melakukan itu, kamu mirip sama Ibu. Selain itu, Mas juga nggak tahu kenapa bisa jatuh hati sama kamu. Konon katanya seseorang tidak akan butuh alasan untuk mencintai seseorang itu. Sepertinya itu yang Mas sedang rasakan sama kamu,” ungkap Ezra membuat Alma kembali diam. Wanita itu jelas bingung mau menanggapi seperti apa.
“Mas,” panggil Alma pelan.
“Kalau kamu nggak bisa jawab sekarang gapapa, tapi Mas mau kamu coba pikirkan. Kalau kamu mau ayo kita menikah, Mas akan menikahi kamu supaya kamu percaya,” tegas Ezra membuat Alma menatap pria itu tak percaya.
Ezra menarik Alma lalu memeluknya dengan erat, kini Alma tak menolak. Ia membiarkan Ezra melakukan apa yang diinginkan pria itu. Untuk malam ini Alma membiarkan Ezra memeluknya.