Alma langsung saja menarik tangannya dengan cepat. Ezra juga sadar dan memasukkan tangannya ke dalam sakunya.
“Terima kasih atas tumpangannya Pak, saya izin masuk terlebih dahulu,” pamit Alma. Wanita itu dengan cepat pergi meninggalkan Ezra dengan pria yang tak dikenalnya itu.
“Tumben masuk pagi, biasanya masuk siang. Ada angin apa nih?” goda Ezra.
“Sial!” Pria bernama Raffi itu memukul bahu Ezra. “Ada kerjaan yang emang harus dikerjakan dengan cepat. Gimana? Semua aman?”” tanya Raffi sambil keduanya berjalan menuju lift.
“Sejauh ini aman, baru bertemu dengan beberapa investor jadi akan ada proyek baru. Keponakan gimana? Semua aman?” tanya Ezra balik.
“Baik, mereka tanya kenapa Om nya nggak pernah datang lagi bawa Tasya. Sesekali datanglah ke rumah bawa Tasya, kita juga sudah lama nggak main billiard. Sepertinya kita harus main supaya nggak lupa.” Ezra tertawa.
“Nanti diatur waktunya.” Keduanya masuk ke dalam lift.
“Tadi siapa? Karyawan baru? Belum pernah lihat sebelumnya. Kenapa kalian bisa bersana?” tanya Raffi.
“Sekretaris baru, Niken mau berhenti karena hamil. Jadi penggantinya dia, saat ini lagi diajarin sama Niken sampai paham. Ketemu tadi di depan, kasihan jalan jadi diajak bareng aja. Kak Naysila sehat?” tanya Ezra mengalihkan.
“Sehat, makanya sesekali datang ke rumah. Jangan sibuk kerja terus, sesekali liburan jugalah kita. Ajak Tasya sama Karin juga, kerjaan nggak akan pernah ada habisnya,” sindir Raffi membuat Ezra hanya bisa tertawa. Sedangkan dilain sisi Alma langsung saja ke kursi miliknya.
“Mbak, Pak Ezra nggak ada jadwal sore, ‘kan? Aku mau izin cepat pulang hari ini.”
“Nggak ada kok aman,” jawab Niken.
“Mbak, kalau aku kerja lagi di tempat lain setelah pulang kerja dari sini kira-kira memungkinkan nggak Mbak?” tanya Alma lagi.
“Kenapa kamu mau kerja lagi di tempat lain? Emang kerja di sini gajinya nggak cukup buat kamu?” tanya Niken penasaran.
“Lagi butuh uang tambahan Mbak, ada yang mau dibayar. Jadi kerjanya harus ekstra, gimana Mbak bisa nggak ya?” tanya Alma tak yakin.
“Nggak bisa, kadang jadwal Pak Ezra ada yang sampai malam. Bahkan kalau ada jadwal keluar kota bagaimana? Kamu juga harus ikut, kamu tenang aja. Akan ada bonus tambahan kalau kamu lembur. Pak Ezra baik orangnya, kalau lembur dan ada jadwal keluar kota akan dikasih bonus. Bahkan bonusnya lebih besar dari gaji pokok kamu, jadi kamu nggak perlu kerja di tempat lain. Aku yakin kalau uangnya bahkan lebih dari cukup untuk kamu, belum tentu kamu kerja tempat lain akan dapat sebanyak itu.”
“Oh ya? Syukurlah kalau memang begitu. Tapi emang harus ikut keluar kota ya Mbak?” Niken menganggukkan kepalanya.
“Iya, kamu tenang aja semua dibiayai kantor. Kerjanya lumayan berat tapi semuanya sesuai, kamu juga bakalan bisa jalan-jalan tenang aja. Minggu depan kayaknya jadwal Pak Ezra ada keluar kota,” kata Niken memberitahu. Alma hanya bisa menganggukkan kepalanya.
***
“Hai, maaf terlambat. Jalanannya macet banget,” kata Alma yang baru saja datang.
Rey memasang wajah kesalnya, pria itu sangat jarang marah. Namun kali ini Rey terlihat sangat marah, sudah tersedia dua gelas minuman yang sudah dipesan pria itu. Miliknya sudah habis setengah, namun milik Alma masih utuh. Rey memperhatikan pakaian Alma yang tak biasa, pria itu mengernyitkan keningnya bingung.
“Jangan kayak gitu, seram tahu nggak,” sindir Alma sambil duduk. Ia tahu sudah membuat kesalahan pada Rey.
“Coba jelaskan kenapa kamu pindah nggak bilang? Ke mana kamu pindah?” tanya Rey tak bersahabat. Alma menghela napasnya kasar dan meminum minumannya sampai setengah.
“Aku minta maaf,” lirih Alma. Wanita itu menggenggam tangan Rey yang ada di atas meja, pria itu tidak menolak. “Semuanya mendadak, aku dapat panggilan kerja dan diterima. Aku juga dapat fasilitas apartement dari kantor supaya aku bisa datang lebih awal, apartementnya juga dekat dari kantor. Kamu lihat pakaian aku berbeda, ‘kan? Karena aku baru pulang kerja dan langsung ke sini ketemu kamu. Maaf karena nggak bilang sama kamu, aku takut ganggu kamu. Aku tahu kamu aja juga lagi sibuk banget, jadwal kamu padat. Biasanya hanya kosong Minggu, jadi aku nggak mau ngerepotin kamu. Aku juga udah berhenti dari Bar, jadi kamu nggak perlu khawatir lagi. Aku nggak kerja di sana lagi, aku sekarang kerja sebagai sekretaris,” jelas Alma.
“Minimal kamu bilang setelah pindah, jangan diam aja. Bahkan kamu nggak ada kabar sama sekali, aku kepikiran sama kamu. Aku takut sesuatu terjadi sama kamu, kalau Ibu kamu tanya gimana? Aku harus jawab apa, ingat kamu itu udah dititipin Ibu sama aku. Jadi kalau ada apa-apa bilang oke?” Alma tersenyum lalu menganggukkan kepalanya.
“Maaf ya?”
“Iya, aku pasti maafin kamu. Mana bisa aku lama-lama marah sama kamu, kapan aku marah sama kamu. Hampir nggak pernah aku marah sama kamu, jadi gimana kerjaan yang baru? Aku ikut senang dengarnya, akhirnya kamu nggak kerja di sana lagi. Mudah-mudahan kamu cocok di tempat ini ya, tapi belum apa-apa kayaknya kantung mata kamu udah ada aja. Apa karena kerjaan?” tanya Rey perhatian sambil mengelus kantung mata milik Alma.
“Ya begitulah, aku harus banyak belajar soalnya. Kamu gimana kerjaannya? Makin banyak yang belajar sama kamu?” tanya Alma balik.
“Ya gitulah, aku sampai bingung mau ngurus jadwalnya harus gimana. Kamu tahu sendiri aku harus kerja di dua tempat yang berbeda supaya bisa kumpulkan uang yang banyak untuk kamu supaya bisa nikahi kamu secepatnya. Masih sabar nunggu aku, ‘kan?” tanya Rey tiba-tiba membuat Alma terdiam.
Rasa bersalah kini menghantui Alma, ia sangat tahu bagaimana Rey bekerja keras berjuang untuknya selama ini. Tapi yang dilakukannya malah bermain api yang ternyata sudah mempunyai istri dan anak. Alma benar-benar bodoh saat ini mengingat hal itu.
“Al, kamu kenapa? Kamu udah nggak sayang sama aku ya? Kamu mau ninggalin aku?” tanya Rey beruntun.
“Kenapa tanyanya kayak gitu?” tanya Alma balik dengan kesal.
“Habisnya kamu diam aja, aku pikir kamu berat untuk jawab.” Rey bangkit berdiri dan mendekati Alma. “Aku sayang sama kamu,” kata pria itu sambil memeluk Alma. Rey membawa Alma bersandar di dadanya dan memeluknya dari samping. “Kamu harus percaya sama aku, kalau aku bisa kumpulkan modal untuk kita nikah. Jadi kamu harus sabar oke? Aku janji akan segera nikahin kamu secepatnya,” tegas pria itu. Alma tertawa sambil mengusap lengan Rey.
“Kamu kenapa tiba-tiba kayak gini? Tumben banget, padahal kamu jarang banget kayak gini sama aku,” goda Alma. “Kamu lagi melakukan kesalahan ya?” tanya Alma sambil mendongakkan kepalanya ke atas.
“Kesalahan apa yang bisa aku lakukan di belakang kamu? Kamu kali yang menyembunyikan sesuatu dari aku, habisnya dari kemarin sikap kamu aneh. Tumben nggak neghubungi aku atau cerita apapun sama aku termasuk kepindahan kamu. Gimana?” tanya Rey balik membuat Alma tertawa lalu menepuk lengan pria itu.
“Aku bohong apa sama kamu? Kamu jelas tahu semuanya tentang aku, mana bisa aku bohong sama kamu. Jadi kenapa kamu tumben mau peluk kayak gini?” tanya Alma lagi membuat pria itu tertawa.
“Aku kangen sama kamu, kita pergi yuk. Kita nonton?” tanya Rey.
“Boleh, ada film yang bagus?” tanya Alma balik.
“Nanti kita lihat di sana, udah lama nggak nonton,” kata Rey sambil mengusap puncak kepala Alma.
“Aku ganti pakaian dulu ya, kebetulan aku bawa gantinya. Aku tahu kamu bakalan ajak jalan, makanya aku bawa ganti supaya nggak susah naik motor.”
“Oke, aku tunggu.” Alma langsung saja berjalan menuju kamar mandi.
Setelah mengganti pakaiannya, Rey menggenggam tangan Alma menuju parkiran. Pria itu memakaikan helm di kepala Alma, setelah itu membantu Alma naik ke atas motornya dengan menggenggam tangan kekasihnya itu. Mereka segera pergi menuju salah satu mall untuk menonton.
***
“Kamu habis dari mana?” tanya Ezra tak suka begitu melihat Alma baru saja pulang pukul setengah dua belas malam. Tangan Ezra terlipat di depan dadanya dan menatap Alma tak suka. Alma terkejut melihat Ezra ada di apartement dengan pakaian santai milik pria itu. Alma sampai mengelus dadanya karena terkejut.
“Buat Apa Mas Ezra ada di sini? Bukan urusan Mas Ezra aku habis dari mana. Harusnya Mas Ezra nggak di sini, harusnya Mas Ezra pulang ke rumah Mas Ezra,” ejek Alma sambil melalui Ezra dan hendak masuk ke kamar. Namun dengan cepat Ezra menahan Alma.
“Ini tempatku pulang, ada kamu di sini jelas ini rumahku karena ada kamu yang menjadi alasanku untuk pulang,” tegas Ezra membuat Alma terdiam sejenak. “Kamu habis ketemu sama pacar kamu itu?” tanya Ezra tak suka.
“Bukan urusan Mas Ezra,” jawab Alma ketus dan hendak masuk ke dalam kamar lagi. Namun Ezra kembali menahannya.
“Jelas, ini akan menjadi urusanku. Kamu milikku,” tegas Ezra.
“Aku bukan barang yang bisa dimiliki. Aku bukan milik Mas Ezra, lebih baik Mas Ezra pulang sekarang. Aku nggak mau Mas Ezra ada di…” Ezra langsung saja mengangkat Alma membuat wanita itu berteriak. “Mas, lepas!” teriak Alma. Ezra tak peduli, pria itu membawa Alma ke dalam kamar. Alma langsung saja ketakutan, ketika Ezra mengunci pintu kamar. “Kamu mau ngapain?” tanya Alma panik.
“Menurut kamu mau ngapain?” tanya Ezra sambil menaik turunkan alisnya.
“Mas, jangan. Aku nggak mau, kita nggak bisa kayak gini. Kamu pun… arghhh Mas Ezra!”