Part 04

1082 Words
Ferran menatap layar ponselnya dengan tatapan linglung. Sudah seminggu lebih semenjak kejadian Sarah menciumnya, dan semenjak itupula jantung Ferran selalu berdetak kencnag mengingat ciuman sekilas Sarah sangat berpengaruh padanya. Sekarang Ferran semakin memikirkan Sarah yang fotonya terus ditatap oleh Ferran di layar ponselnya. Foto cantik Ferran, menghiasi wallpaper ponsel Ferran dengan senyuman manis gadis itu yang terpatri dibibir cantiknya. Ferran mendesah kasar, perasaannya pada Sarah sekarang seperti orang yang meraba-raba tentang perasaannya sendiri. Josh dan Andra memasuki ruangan Ferran, menatap sahabat mereka yang terus memandangi layar ponsel. Membuat Josh dan Andra, penasaran apa yang dilihat oleh Ferran di layar ponsel, sehingga Ferran tidak menyadari kalau mereka memasuki ruangan pria itu. Dengan langkah pelan, Josh dan Andra berdiri di belakang Ferran. Mereka terkejut melihat Ferran yang terus menatap foto Sarah—gadis yang sudah dirawat oleh Ferran selama 10 tahun ini. Josh dan Andra menduga kalau sahabat mereka, sedang jatuh cinta pada Sarah. "Kau suka dengan Sarah?" Ferran terkejut mendengar suara sahabatnya, pria itu langsung duduk dan mendengkus melihat Josh dan Andra, yang menatap Ferran dengan tatapan jenaka kedua pria itu. Ferran berdiri dan berjalan menuju meja kerjanya, mulai kembali berkas-berkas yang tidak diperiksanya sedari sampai di perusahannyaini. Ferran dari tadi hanya tiduran di kursi dan menatap foto Sarah dengan tatapan memujanya, dan bingung dengan perasaannya pada Sarah. Apakah benar dirinya menyukai atau mencintai Sarah? Rasanya tidak mungkin sekali dirinya menyukai atau mencintai Sarah. Ferran hanya menganggap Sarah sebagai adiknya, atau anaknya sekarang. Karena Ferran sudah menjadi wali asuh Sarah. Dan menjadi tanggungjawab untuk gadis cantik—yang sekarang seringkali memenuhi pikirannya. "Kalian mau ngapain ke sini?" tanya Ferran tidak suka melihat kedua sahabatnya kemari, dan sebentar lagi pasti kedua pria itu mengoloknya. Josh dan Andra menggeleng, mereka mengambil duduk di depan Ferran, dan menahan tawanya. Ferran ternyata jatuh cinta pada anak asuhnya sendiri, yang sekarang sudah dewasa dan sangat cantik. Tak memungkiri banyak orang menyukai Sarah dan berharap menjadi kekasih Sarah. Namun, para pria itu akan mundur melihat Ferran yang tidak suka pria-pria itu mendekati Sarah. "Kau sugguh menyukai Sarah? Ah, atau kau mencintai gadis itu?" tanya Josh, mengambil minuman kaleng di atas meja tamu diruangan Ferran. Josh bias melihat kalau sahabatnya itu, memang sungguh mencintai Sarah. Hanya saja, Ferran masih ragu dengan perasaannya sendiri yang terus meraba. "Mana mungkin aku mencintai Sarah. Aku hanya menganggap dia adikku sendiri dan sekarang Sarah sudah menjadi anak angkatku," ucap Ferran. Andra dan Josh menggeleng, tidak ada yang tidak mungkin di atas dunia ini. Kalau Tuhan berkehendak, apa yang tidak terjadi. Apalagi ini tentang perasaan manusia. Pasti bias mmebolak-balikan sebuah perasaan, memang Ferran tidak mengatakan cinta pada Sarah. Tapi, melihat tatapan pria itu pada Sarah, sudah menjelaskan kalau Ferran mencintai Sarah. "Tidak ada yang tidak mungkin. Kau memang tidak mengatakan cinta pada Sarah, tapi, melihat tatapan matamu yang melihat foto Sarah, sudah menjelaskan kalau kau mencintai Sarah," ucap Andra memainkan gelas minumannya. Ferran tertawa pelan. Kedua sahabatnya ini sangat sok tahu sekali, padahal mereka berdua belum pernah jatuh cinta dan tidak pernah berpacaran. Bagaimana bisa mereka sok mengetahui kalau Ferran mencintai Sarah. Ferran yakin kalau dirinya tidak pernah mencintai Sarah. Ferran menyayangi Sarah layaknya ia menyayangi adiknya sendiri. "Kalian tidak pernah jatuh cinta. Tapi, kalian dengan sok tahunya tentang perasaan orang lain," ucap Ferran. Josh dan Andra mengangguk, membenarkan ucapan Ferran untuk mereka berdua. Mereka memang tidak pernah jatuh cinta, tapi, setidaknya mereka pandai menilai perasaan orang. Bak kata orang-orang, menilai orang lebih baik daripada menilai diri sendiri. Sekarang mereka sedang menilai perasaan Ferran pada Sarah, dan mereka melihat kalau Ferran benar-benar mencinti Sarah. "Kami memang tidak pernah jatuh cinta. Tapi, kami jagonya untuk menilai orang lain, apalagi menilai keburukan orang lain." Josh dan Andra tertawa, mengingat mereka berdua selalu membicarakan keburukan orang lain. Mereka dengan senang hati membicarakan keburukan orang lain, dan keburukan mereka sendiri mereka tidak tahu. Sifat itu sudah alami melekat pada manusia, melihat keburukan orang lain, tapi, tak melihat keburukan sendiri. Ferran mendengkus mendengar ucapan kedua sahabatnya itu. Ferran lebih baik, melanjutkan pekerjaannya kembali. Namun, baru ingin fokus pada pekerjaannya, Ferran sudah mendengar suara gadis yang mengganggu pikirannya beberapa hari ini, memanggilnya. "Papi!" Sarah memasuki ruangan kerja Ferran diikuti oleh Terri dan Parrie dari belakang, ketiga gadis itu berjalan menuju tempat duduk yang sudah Josh dan Andra di situ. Ketiga pria dalam ruangan itu, mempunyai pemikiran yang berbeda menatap ketiga gadis yang sangat cantik itu. Josh menatap Terri dengan tatapan memujanya, melihat lekukan tubuh Terri yang sangat sempurna, dan kulit eksotis milik gadis itu mampu membuat Josh, merasa tegang dibagian bawahnya dan ingin memasuki lubang kenikmatan milik Terri, namun, Josh juga tidak memungkiri kalau dirinya tertarik dengan Terri. Andra terpesona dengan senyuman manis yang diberikan oleh Parrie padanya, membuat pria itu tak bisa mengalihkan pandangannya dari senyuman manis yang diberikan oleh Parrie padanya. Mungkinkah ia menyukai Parrie? Ferran dengan senyuman manisnya, menghampiri Sarah dan mengecup pipi gadis itu sekilas. Walau jantung Ferran sekarang sudah berdetak sangat kencang, namun, Ferran masih tidak percaya dirinya menyukai Sarah. Ferran hanya menganggap Sarah sebagai anak atau adik angkatnya. Mana mungkin dirinya mencintai Sarah. Seperti lelucuan saja. "Sarah, kau mau apa kemari?" tanya Ferran mengambil duduk di samping Sarah. "Aku mau ke Vila bersama dengan Terri dan Parrie, apakah Papi mengizinkan?" tanya Sarah semangat. Ferran menatap pada Sarah dan beralih menatap kedua sahabat Sarah, dan sahabatnya. Ferran tahu kalau Josh dan Andra, tertarik pada kedua sahabat Sarah. Ferran akan membuat kedua sahabatnya dekat dengan kedua sahabat Sarah, mungkin saja mereka cocok dan menikah langsung. "Kalian hanya pergi bertiga?" tanya Ferran pada Sarah. Sarah mengangguk, dirinya hanya akan pergi dengan Terri dan Parrie, tidak ada yang akrab dengan Sarah kecuali Terri dan Parrie, yang selalu dekat dengannya dan menjadi sahabat baiknya. "Iya, kami hanya akan pergi bertiga. Papi mengizinkan?" tanya Sarah kembali. Ferran tampak berpikir sebentar dan mengangguk. Ferran memang mengizinkan Sarah dan kedua sahabat Sarah untuk pergi ke Vila, tapi, Ferran akan ikut dengan keempat gadis itu. Ferran juga akan membawa Andra dan Josh untuk ikut, agar kedua sahabatnya itu bisa mendekatkan diri pada Terri dan Parrie. Sarah yang melihat Ferran mengangguk, merasa sangat senang dan tidak sabar untuk pergi ke Vila bersama dengan kedua sahabatnya. Selama ini Sarah hanya pergi bersama dengan Ferran ke Vila, dan harus menahan kesal karena Ferran sibuk dengan pekerjaannya. Tanpa, mau memerhatikan Sarah. "Papi sungguh mengizinkan?" tanya Sarah masih kurang yakin. Ferran mengangguk, "iya, tapi, Papi akan ikut ke Vila dengan Josh dan Andra," jawab Ferran tersenyum pada kedua sahabatnya. Josh dan Andra yang mendengar jawaban dari Ferran, mengembangkan senyuman mereka dan sudah tidak sabar untuk mendekati gadis yang membuat mereka tertarik. Josh akan akan mendekati Terri dan menjadikan wanita itu kekasihnya. Sedangkan Andra, mendekati Parrie manatahu bisa gadis itu mau menjadi istrinya.             *olc*
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD