Sarah tersenyum menatap keindahan Vila yang tidak pernah membuat dirinya merasa bosan untuk dating kemari bersama dengan Ferran, dan sekarang dirinya bisa datang dengan kedua sahabatnya dan kedua sahabat Ferran. Sarah menarik tangan Ferran, untuk segera memasuki Vila dan menaiki tangga untuk menempati kamarnya yang berada di lantai dua, dan kamar Ferran juga di lantai dua bersebelahan dengan kamar Sarah.
Andra dan Josh yang melihat Ferran ditarik oleh Sarah tertawa kencang, melihat sahabat mereka yang terus memerhatikan punggung Sarah dan hanya diam saja. Josh dan Andra sangat yakin, kalau Ferran sekarang merasa gugup dan jantung pria itu yang berdegup sangat kencang.
“Aku jamin Ferran sedang gugup,” ucap Josh membawa tas Terri, ia sedikit memaksa gadis itu untuk menyerahkan tas gadis itu padanya. Padahal Josh sangat berharap Terri mau sekamar dengannya, tapi, mengingat kalau ia baru mengenal Terri beberapa bulan yang lalu, saat Ferran membawa mereka berdua makan malam bersama dengan Sarah dan kedua sahabat gadis itu.
Josh dan Andra, baru tertarik dengan sahabat-sahabat Sarah saat mereka datang ke kantor Ferran kemarin, dan mereka bertekad untuk memiliki sahabat-sahabat Sarah.
Andra mengangguk membenarkan ucapan Josh, melihat bagaimana Ferran yang tampak gugup dan tidak tahu harus berbuat apa, itu adalah sebuah hiburan yang sangat menyenangkan untuk mereka berdua. Mereka akan membuat Ferran menyadari perasaannya pada Sarah. Dan harus bertindak dengan cepat, sebelum Sarah diambil oleh orang lain.
Sarah itu sangat cantik. Banyak pria yang ingin menjadi kekasih Sarah atau berharap menikah dengan Sarah, makanya Ferran harus cepat bertindak sebelum Sarah yang katanya anak angkat Ferran diambil oleh orang lain. Ferran dan Sarah juga tidak sedarah, buat apa harus ragu. Ferran menikah dengan Sarah tidak akan ada masalah sama sekali.
“Iya, Ferran sangat bodoh sekali. Kalau aku jadi dia, aku tidak akan mengelak mencintai Sarah,” ucap Andra.
“Sayangnya, kau bukan Ferran.”
Andra mengangguk, ia memang bukan Ferran. Untung saja dirinya tidak ikut dengan kebodohan yang dilakukan oleh sahabatnya itu. Andra masih bisa mengenali perasaannya yang jatuh hati pada Parrie—sahabat Sarah yang sangat cantik dan menggoda. Semoga saja Parrie mau menerimanya dan menjadi kekasihnya.
“Iya, dan aku tidak bodoh seperti dia!” Andra tertawa diikuti oleh Josh.
Terri dan Parrie, menatap kedua pria yang membawa tas mereka dengan tatapan kesal. Mereka sudah ingin memasuki kamar mereka dan kedua lelaki itu malah asik mengobrol di depan pintu Vila. Sudah sepuluh menit Terri dan Parrie menunggu mereka, namun, mereka tidak ada tampak untuk berjalan dan mengakhiri obrolan mereka.
“Kalian bisa cepat!” teriak Terri, membuat Andra dan Josh menatap kedua gadis itu dengan tatapan bersalah mereka.
Andra dan Josh segera menghampiri kedua gadis itu, mereka tersenyum manis pada kedua gadis yang sudah merebut hati mereka masing-masing. Andra memberikan tas Parrie dengan menatap Parrie penuh harap, manatahu Parrie tidak berani tidur sendirian dan mau dirinya menemani gadis itu. Tentu saja Andra tidak akan menolak bila Parrie mau mengajaknya tidur bersama.
Josh yang berdiri di depan Terri menatap gadisnya, gadisnya? Josh sangat suka mengatakan Terri sebagai gadisnya, dengan tatapan nakal, berharap bisa tidur bersama dengan Terri dan menikmati malam bersama penuh desahan panjang.
Terri mendengkus dan langsung masuk ke dalam kamarnya yang berdampingan dengan kamar Parrie dan Josh. Terri berharap kalau pria m***m itu tidak masuk ke kamarnya tengah malam, dengan meminta kunci cadangan pada Ferran. Terri akan menendang benda pusaka pria itu, kalau berani berbuat macam dengannya.
Josh yang diabaikan oleh Terri, mendesah kasar. Ia tidak akan menyerah mendapatkan gadis itu. Gadis yang sudah membuat dirinya sangat tertarik dan ingin memiliki gadis itu untuk dirinya seorang.
Parrie tersenyum manis pada Andra dan mengambil tasnya dari tangan Andra, gadis itu sudah mulai menyukai Andra. Walaupun jarak usianya dengan Andra sangat jauh, tidak membuat Parrie melepaskan rasa tertariknya pada Andra yang sangat tampan.
“Terima kasih,” ucap Parrie dan memasuki kamarnya yang bersebelahan dengan kamar Andra dan Terri.
Andra mengembangkan senyumannya, mendapat kata terima kasih dari gadis yang mampu merebut hatinya secara perlahan. Andra memasuki kamarnya dengan senyuman yang terus mengembang dan bersiul.
Josh yang melihat Parrie yang sangat merespon Andra, merasa iri dan memasuki kamarnya dengan harapan kalau Terri akan seperti Parrie yang juga tampak menyukai Andra.
*olc*
Sarah yang sudah menaruh semua barangnya ke dalam lemari, langsung menuju balkon kamarnya. Melihat pemandangan halaman belakang Vila yang terdapat sungai buatan, tanaman bunga, dan kebun buah. Sarah akan ke kebun buah nanti sore memetik semua buah yang sudah matang.
Sarah selalu suka ketika datang kemari dengan Ferran, karena di sini dirinya sangat merasa damai dan tentram. Walau di mansion juga terdapat halaman belakang yang sangat luas, namun, di sini Sarah merasa memang damai dan tidak ada ditemani oleh beberapa pelayan yang menganggapnya puteri senjak kecil sampai sekarang.
“Ah, aku ingin lama di sini,” ucap Sarah merentangkan tangannya dan menghirup udara yang menyegarkan dan menyejukkan untuknya. Sarah tidak ingin pulang dengan cepat, ia ingin berlama-lama di sini menikmati keindahan di Vila ini. Nanti Sarah akan mengajak kedua sahabatnya, untuk berjalan ke tebing yang menampilkan hamparan laut sangat indah. Sarah selalu pergi ke tebing itu, untuk melihat bagaimana ombak menerjang dan terlihat sangat indah bagi Sarah.
Sarah memang sangat menyukai pemandangan alam sedari kecil. Ia masih ingat, ayahnya pernah membawanya ke air terjun dan mereka akan tersenyum manis melihat air terjun yang begitu indah dan menyejukkan. Sarah tersenyum getir, rasa rindunya kepada orangtuanya sampai sekarang masih ada.
Sarah selalu berdoa setiap malamnya, agar orangtuanya bahagia di surga dan melihat Sarah di sini baik-baik saja. Sarah yang sangat beruntung Ferran mau merawatnya dan menjadi wali Sarah. Ferran memang pantas menjadi ayah sangat baik, kalau pria itu menikah dan mempunyai anak. Pria itu akan menjadi ayah paling terbaik untuk anaknya.
*olc*
Ferran memerhatikan Sarah sedari gadis itu memasuki balkon dan tersenyum melihat halaman belakang Vila. Ferran ikut tersenyum dan bahagia melihat Sarah yang bahagia. Ferran selalu mengutamakan kebahagiaan Sarah dan ingin Sarah selalu merasa bahagia dan tidak teringat dengan kepergian orangtuanya sepuluh tahun yang lalu.
Ferran mendesah kasar, ketika melihat Sarah yang tersenyum getir dan pasti gadis itu mengingat orangtuanya. Ferran berjalan keluar dari kamarnya, memasuki kamar Sarah. Tidak mau gadis yang sudah ia rawat selama sepuluh tahun ini merasa sedih.
“Sarah,” panggil Ferran dengan nada lembutnya.
Sarah yang mendengar suara Ferran memanggil dirinya, membalikkan badannya, dan tersenyum pada Ferran. Tidak ingin Ferran mengetahui, kalau dirinya sedih ketika mengingat orangtuanya. Sarah ingin Ferran tahu, kalau Sarah sangat bahagia bersama dengan Ferran.
“Iya, Papi.”
Ferran memgakui Sarah yang sangat pandai mengubah ekspresinya dengan cepat, dan tidak terlihat sedih sama sekali. Namun, Ferran sudah melihat senyuman getir gadis itu dan langsung membawa Sarah ke dalam pelukannya.
“Orangtua kamu sudah bahagia di atas sana, kamu tidak boleh bersedih lagi,” ucap Ferran mengecup rambut Sarah berulang kali.
Sarah mengangguk, ia tidak akan bersedih lagi mengingat kepergian orangtuanya. Mungkin Tuhan sangat menyayangi orangtuanya, sehingga membuat orangtuanya berpulang dengan begitu cepat. Dan Tuhan juga sangat menyayangi dirinya, memberikan Ferran untuknya dan menjadikan Ferran sebagai ayah angkatnya yang begitu menyayangi dirinya.
“Aku tidak akan bersedih lagi Papi, karena aku sudah punya Papi yang sangat sayang padaku,” ucap Sarah tersenyum.
Ferran teersenyum mendengar ucapan Sarah dan jantungnya kembali berdebar dengan kencangnya, mendengar ucapan Sarah. Apa yang terjadi padanya, kenapa jantungnya berdebar kencang semenjak Sarah mencium bibirnya sekilas.
Ferran melepaskan pelukannya dengan Sarah, membelai wajah Sarah dengan lembut.
“Kamu tidak boleh bersedih. Kalau kamu bersedih, orangtua kamu akan merasa sedih juga, dan Papi juga akan sedih,” ucap Ferran.
Sarah menggeleng, tidak mau Ferran dan orangtuanya bersedih. “Aku tidak mau Papi, Ayah, dan Ibu sedih. Aku sudah ikhlas dengan kepergian Ayah dan Ibu, aku tidak akan pernah sedih lagi. Aku tidak mau Papi merasa bersalah karena tidak membuatku bahagia.”
Ferran tersenyum senang mendengar ucapan Sarah, pria itu kembali memeluk Sarah dan ingin selalu melihat senyuman Sarah yang baginya sangat cantik dan menawan. Sarah adalah sumber kebahagiannya, bila Sarah bahagia, maka dirinya juga akan bahagia.
*olc*