10 tahun kemudian ...
Sudah sepuluh tahun lamanya Sarah tinggal bersama Ferran, sebagai anak asuh Ferran. Gadis kecil yang dulunya begitu lucu dan imut, sekarang menjelma sebagai gadis yang begitu cantik dan beranjak dewasa.
20 tahun. Usia Sarah sekarang, Sarah sangat cantik dan seringkali dipuji oleh rekan-rekan bisnis Ferran, bila membawa Sarah ke pesta disaat Ferran tidak memiliki pasangan untuk diajak ke pesta.
Ferran keluar dari dalam lift. Mengerutkan keningnya menatap Sarah yang berada di rumah dan tidak pergi ke kampus, bukankah ini hari senen, dan kenapa Sarah masih di rumah pagi ini.
Sarah terlihat asik dengan lamunannya, menatap ke atas dan sekali-kali akan menghembuskan napas kasarnya. Sarah tidak menyadari kalau Ferran sudah berada di depannya. Duduk memerhatikan gadis itu.
"Sarah, kau kenapa melamun terus? Kau banyak pikiran atau diganggu oleh temanmu?!"
Sarah terlonjak mendengar suara Ferran, dan menatap pada pria yang sudah merawat dirinya selama sepuluh tahun ini. Sarah menatap kesal pada Ferran, selalu saja pria yang dipanggil Papi olehnya itu, membuat Sarah terkejut.
"Papi! Kau membuatku kaget!" seru Sarah kesal.
Ferran terus menatap Sarah dengan senyuman tipisnya, memasukkan tangannya di saku celananya dan menatap Sarah dengan mata teduhnya. Tidak menyangka, gadis kecilnya sudah tumbuh menjadi gadis dewasa yang cantik.
"Kau melamun terus. Kau ada masalah?" tanya Ferran kembali.
Sarah menggelengkan kepalanya, hanya dia berpikir tentang Ferran saja. Pria itu selalu saja mengganti pasangan dan tidak ada niat untuk menikahinya. Seringkali Sarah menyuruh Ferran menikah, tapi, Ferran selalu menjawab.
"Tidak ada yang cocok untukku Sarah! Mereka hanya mau uang!"
Sarah selalu mendesah kasar setelah mendengar ucapan ayah angkatnya itu. Siapa suruh Ferran menjadi orang kaya, seharusnya pria itu pura-pura menjadi miskin saja seperti drama yang ditontonnya.
"Papi, kau tidak berniat menikahi Selina? Dia sepertinya sangat cinta padamu," ucap Sarah membahas wanita yang sekarang dekat dengan Ferran.
Ferran menggeleng, sudah beberapa kali Ferran mengatakan kalau dirinya tidak mau menikah dengan wanita yang mau hartanya saja. Wanita-wanita yang dekat dengannya, hanya mau uang dan setrlah itu sebagai balasan Ferran meniduri mereka.
"Aku sudah mengatakan aku tidak mau menikah! Aku tidak mau memiliki istri yang sibuk belanja dan tidak di rumah!" ucap Ferran mulai kesal.
Sarah selalu menanyakan dirinya menikah dan kenapa tidak menikah dengan wanita yang dekat dengannya. Demi apapun Ferran tidak ada niat untuk menikah sekarang. Baginya hidup bersama Sarah sudah cukup.
"Kau jangan memikirkan tentang aku menikah atau tidak. Kau tidak berangkat ke kampus Sarah?" tanya Ferran menatap gadis itu dengan menaikkan sebelah alisnya.
Sarah menggeleng. "Hari ini libur. Dosenku sedang patah hati katanya," ucap Sarah tertawa kencang.
Ferran mendengkus kesal, Sarah selalu seperti ini. Tidak mau bicara serius dan selalu bercanda. Ferran orangnya yang selalu serius, seringkali harus menahan kesal pada Sarah. Tidak mungkin dia memarahi Sarah. Sarah adalah gadis kesayangannya sekarang sudah tumbuh dewasa.
"Sarah, kau jangan bicara sembarangan. Kau kenapa tidak ke kampus?" tanya Ferran sekali lagi.
Sarah meredakan tawanya dan menatap Ferran serius. "Aku sudah libur semester Papi. Kau selalu saja sibuk, urusan dan kegiatanku saja kau tidak tahu!" jawab Sarah bernada kesal.
Ferran terdiam, setelah itu tersenyum. Dirinya sadar kalau ia selalu sibuk dan jarang menemani Sarah dan bertanya apa kegiatan Sarah hari ini. Bagaimana sekolahnya. Ferran merasa bersalah pada Sarah, dirinya sudah jarang menemani Sarah dan mengajak Sarah untuk keluar rumah.
Ferran berdiri, menghampiri Sarah dan mengacak rambut Sarah gemas. Tingkah Sarah selalu lucu dengan wajah cemberut dan bernada kesal. Ferran akan mengajak Sarah untuk jalan-jalan dan membelikan segala keperluan Sarah.
"Maaf, aku selalu sibuk. Cepat ganti bajumu dan kita akan pergi Sarah!" perintah Ferran dengan nada tegasnya.
Sarah menegakkan badannya dan menatap Ferran dengan senyuman merekahnya. Sudah lama sekali Ferran tidak mengajak dirinya untuk jalan-jelan bersama. Sarah langsung berdiri dan ...
Cup!
Sarah mengecup bibir Ferran sekilas dan berlari menuju lift mansion. Gadis itu tidak sadar telah mencium bibir pria yang merawatnya selama sepuluh tahun ini.
Ferran merasakan debaran kuat pada jantungnya, dan mengusap bibirnya dengan tatapan tidak percaya. Efek dari ciuman Sarah begitu luar biasa, Ferran sampai harus menahan napas dan meredakan detak jantungnya sendiri.
Lelaki berusia 35 tahun itu. Tidak pernah merasakan jantungnya seperti ini, apa yang dibuat oleh Sarah padanya? Sehingga Ferran harus mengendalikan laju jantungnya.
***
Ferran tidak fokus ketika Sarah memilih-milih pakaiannya, dan menunjukkannya pada Ferran. Lelaki itu masih memikirkan reaksi tubuhnya yang dicium oleh Sarah sebelum berangkat tadi.
Ferran menggelengkan kepalanya, dirinya tidak boleh terjebak pada masalah perasaan lebih pada Sarah. Sarah adalah adiknya, walau banyak orang mengatakan kalau Sarah adalah anak angkat Ferran.
Sarah kembali kesal melihat bagaimana Ferran sedari tadi melamun dan tidak menghiraukan Sarah yang sedang bertanya. Sarah cemberut dan berteriak memanggil Ferran, sehingga menarik perhatian dari pengunjung mal.
"PAPI!!"
Ferran tersadar dan melihat pads Sarah, dirinya tersenyum merasa bersalah dan meminta maaf. Ferran memeluk Sarah agar gadis itu tidak marah padanya lagi, tapi, jantungnya kembali berdetak kencang.
Oh, selama ini dirinya selalu memeluk Sarah saat masih kecil. Dan kenapa jantungnya berdetak begitu kencang sekarang? Ferran tetap mengelak dengan perasaan yang dirasakan olehnya pada Sarah.
Demi apapun Sarah adalah adiknya. Walau bukan adik kandung dan tidak ada ikatan darah.
"Kau jangan berteriak. Malu pada pengunjung lain!" tegur Ferran membuat Sarah terkekeh.
"Maaf, kau dipanggik tidak menjawab. Papi dari tadi melamun terus!"
"Hem, maaf Sarah. Aku tadi hanya memikirkan pekerjaan," kilah Ferran. Padahal dari tadi dirinya selalu memikirkan ciuman Sarah dan jantungnya yang berdetak kencang.
Sarah mengangkat bahunya, tidak mengerti dengan pekerjaan Ferran. Perusahaan mendiang orangtua Sarah, juga sudah diambil alih oleh Ferran dan dikelola oleh orang kepercayaan Ferran di Indonesia.
Sarah merasa beruntung memiliki Ferran. Karena Ferran, harta orangtuanya masih utuh dan perusahaan orangtua Sarah tidak bangkrut.
Sarah melepaskan pelukan Ferran padanya dan kembali mengambil dua buah dress model sama, namun, beda warna. Yang satu berwarna hitam dan satu lagi berwarna ungu.
"Papi, bagimu mana yang bagus?"
Ferran menaikkan sebelah alisnya, baginya dua dress itu sama saja hanya beda warna saja. "Bukankah itu sama saja. Kalau kau suka keduanya ambil saja Sarah," jawab Ferran.
Sarah kembali kesal. Lelaki memang tidak tahu fanshion saat disuruh beli liptint malah seenaknya membeli lipbalm. Sarah sudah pernah mengalaminya. Sarah menyuruh Ferran untuk membeli liptint dan malahan pria itu membeli lipbalm.
"Aku tidak mau membeli dress serupa! Kau harus pilih salah satu!" rengek Sarah.
Ferran memegang kepalanya. Perempuan itu merepotkan dan mereka selalu membuat pusing. "Pilih warna ungu saja," ujar Ferran tidak mau membuat Sarah kesal kembali.
Sarah tersenyum mendengar ucapan Ferran, dirinya menatap kedua dress itu dan kembali meletakkan warna ungu.
"Lebih bagus warna hitam. Aku tidak suka warna ungu itu, warnanya terlalu terang!"
Ferran mengeram kesal. Kalau Sarah sudah mempunyai pilihan sendiri, buat apa bertanya pada dirinya. Gadis itu tinggal ambil dan masukkan ke dalam plastik belanjaan dan nanti tinggal menghitungnya.
Untung saja Ferran menyayangi dan mencintai Sarah, kalau tidak dirinya sudah meninggalkan Sarah sendirian di sini.
Tunggu dulu, Ferran tadi mengatakan apa?
Cinta?!
*olc*