Kembalinya sang senja mengingatkan sepenggal kejadian di masa lalu. Hanya bisa menatap lurus ke depan dengan pandangan yang kosong. Gyzell duduk diam di bangku taman di belakang rumahnya, seorang diri hanya angin yang bertiup lembut menerpa permukaan kulit pipinya. Gyzell memejamkan ke dua matanya, mencoba untuk menghilangkan beban pikiran yang selama ini ia pikul seorang diri. Sepasang tangan kekar menyentuh pundaknya membuat wanita itu terbangun dari lamunannya. Gyzell menoleh dan ia tersenyum saat melihat sang pemilik tangan tersebut. “Papa.” Gyzell menggeser tubuhnya agar Trustin bisa duduk di sampingnya. “Kamu lagi mikirin apa sih?” tanyanya, sembari menatap putrinya dengan lembut. Lelaki paruh baya itu tahu putrinya sedang menghilangkan beban dengan cara menyendiri. “Zell ng