bab 3

1071 Words
Walau malam ini adalah malam pengantin, dan kami belum bisa membobol gawang. Tapi setidaknya kegiatan tadi malam lumayan panas juga. Sebagai perkenalan dan pengalaman nanti, jika kami sudah bisa benar benar melakukanya. Kami pun terlelap hingga pagi Aku terperanjat saat jam sudah menunjukkan pukul setengah enam pagi. Kutepuk pelan tangan kekar Mas Putra yang melingkar di perut ku. Bakal cambang nya yang menusuk lengan ku yang terbuka, membuat ku geli tapi juga suka. Ditambah lagi, dengan tiupan dari deru nafas nya yang hangat, membuat bulu roma ku bergidik. Kalau boleh, aku ingin berlama lama dalam posisi ini. Namun area kewanitaan ku ini rasanya sudah tak enak. Aku nggak betah ingin ke toilet untuk buang air kecil, sekaligus bebersih. Pembalut yang sudah semalaman ku gunakan, rasanya sudah penuh sekali pagi ini. Mas Putra mengerjap pelan setelah lenganya aku tepuk. " Mas udah pagi, Mas gak solat " Tanyaku. " Jam berapa ini sayang " kata Mas Putra. " Udah jam setengah enam Mas. Masih bisa kalau mau sembahyang. Mandi dulu cepat Mas " Ucap ku. Mas putra pun mengangguk. Dia langsung menyibak selimut dan sangat terkejut saat melihat tubuhnya sendiri yang ternyata masih polos tanpa sehelai benang pun juga. Aku tertawa. Ternyata dia betulan nggak sadar bahwa semenjak semalem dia tidur dengan tubuh polos nya itu, gak pake baju sama sekali. Hanya bertutupkan satu selimut yang sama dengan aku. " Eh yang, aku gak pake baju dari semalem ya " Tanya Mas Putra kaget. " Hehhe iya. Masa Mas baru sadar, jantung ku dag dig dug seer itu Mas semaleman. Gimana nggak, aku dipelukin orang yang telanjang bulat hahahhaha " Kataku meledek Mas Putra. Mas Putra hanya nyengir saja. Wajahnya agak merona, mungkin dia pun masih malu. " Yu, boleh gak kamu merem dulu. Mas mau kekamar mandi " Aku pun mengangguk. Kami berdua masih sama sama malu. Maklum baru hari pertama tidur disatu kasur berdua. Walau Mas Putra tadi bilang suruh merem, nyatanya mataku mengintip dari sela jari ku. Hahaha dia terlihat lucu sekali, ada yang gundal gandul dibawah sana. Aku berusaha menahan tawaku. Mas Putra menengok kebelakang. Aku pun sontak kaget. " Ngintip ya yang. Awas ya nanti beneran aku kasih lihat ni habis aku mandi " Kata Mas Putra sambil tertawa lepas. " Nggak ah Mas hahhaa " Jawabku. Mas Putra segera masuk kamar mandi. Dia mandi dengan kilat. Kemudian melaksanakan solat subuh. Aku yang tadinya mau segera mandi juga dan ganti pembalut, memutuskan untuk mencopot dulu sprei yang semalem kami pakai. Ada noda disitu, bekas cairan anuan Mas Putra, kayaknya sih. Seperti lendir kental dan juga ada bekas darah haidku yang sedikit mengenai sprei. Aku mencopotnya dan menaruhnya ditempat cucian kotor. Kemudian aku segera masuk ke kamar mandi. Aku udah gak betah rasanya, pengen segera mandi. Selesai aku mandi, Mas Putra juga sudah selesai solat nya. Kami pun memutuskan untuk keluar kamar setelah itu. Kami mau bergabung sarapan pagi dengan saudara saudara ku yang masih berada di rumah ku pagi ini. Jam sudah menunjukkan pukul setengah tujuh. Aku pun membawa serta keranjang cucian kotorku. Aku mau mencucinya sendiri nanti. Jadi sengaja aku pisahin dipojokan dekat dengan mesin cuci. Ini sih harus dihilangkan dulu nodanya sebelum digiling pikirku. Segera ku ambil sabun pencuci baju. Aku mencari noda yang tadi aku temukan dikasur. Dengan sedikit mengucek, hilang deh tu noda noda membandel itu. Sepupuku yang tetiba lewat pun dengan sengaja menyorakiku. " Cie pengenten baru nih. Pagi pagi udah cuci seprei aja hahaha " Suaranya pun menggelegar kemana mana. Membuat semua orang melirik kan mata menoleh dan menatap kami. Semua orang yang tadinya sibuk, jadi memperhatikan ku. " Iih apaan sih lu keppo, berisik deh " Ujarku. Kubekap saja mulut sepupu ku yang comel itu. Namun ternyata hanya sebentar saja keluargaku melihatku. Aku merasa lega, mungkin semua sudah maklum, namanya juga pengantin baru. Padahal nyatanya aku gak begituan juga ya, cuma warmingup saja wkwkwkkwk. Mana mungkin juga kujelasin secara detail pada mereka kan. Mas Putra suamiku, terlihat sedang ikut bercengkrama dengan saudara ku yang laki laki, disanalah kumpulan bapak bapak semua. Tadinya aku mau menawarinya kopi, tapi yaudah lah, kulihat dia sudah menikmati secangkir kopi yang sudah tersedia dimeja. Aku lanjutkan aja menggiling seprei ku dimesin cuci. Kami pun lantas sarapan bersama, suara riuh menggema. Biasalah mereka meledekku dan Mas Putra habis habisan. Aku dan Mas Putra yang menjadi objek pembicaraan hanya bisa menahan malu dengan wajah yang merona. Setelah sarapan bersama, aku pun ikut membantu membereskan meja makan. Kemudian ku lanjutkan menjemur cucian ku tadi yang kini sudah selesai dicuci. Setelah itu, aku masuk rumah. Kuteliti ditengah kumpulan anggota keluargaku, tak ada Mas Putra disana. Mungkin dia ada dikamar. Aku pun beranjak menuju kamarku dan ternyata benar juga, Mas Putra sedang duduk diranjang sambil memegang ponsel. Lalu kusapa suamiku itu. " Mas lagi lihat apa.." Tanyaku penasaran. " Inii yang, lagi liat liat sosmed aja " Jawabnya. "Mas .." Ucapku " Hem..." Jawab Mas Putra. " Gimana rencana kita kedepan nanti " Tanyaku lagi. " Seperti yang sudah Mas bilang, Mas kan sudah ada rumah. Walau rumah kita kecil. Nanti kita pindah kesana ya. Emmmm... seminggu lagi boleh deh. Nanti kamu jadi dirumah aja, atau kamu punya rencana bekerja " Tanya Mas Putra kemudian. " Emh ya sebenernya pengen sih Mas kerja tapi gimana, apa Mas ijinin" Tanyaku. " Mas sih ijinin aja Yu, Silahkan kalau kamu mau bekerja, asal yang nomer satu adalah keluarga. Lagian kan skripsi kamu juga belum kelar Yu " Kata Mas Putra. " Iya mas, minggu depan nanti Ayu kekampus untuk sidang skripsi " Kataku. "Oh yaudah, nanti Mas nyusul kalau sudah wisuda aja ya sekalian sama papa mama " ucap Mas Putra " Iya Mas. yah kita LDR an lagi deh Mas..." Kataku. "Gapapa Yu, kan cuma sebentar ini. Kita aja sanggup jalanin pacaran bertahun tahun loh" Ucap Mas Putra sambil memeluk tubuhku erat. Aku mengangguk sambil menatap wajah Mas Putra. Entah mengapa perpisahanku kali ini terasa begitu berat. Sekilas aku berpikir, mungkin karena sekarang statusku adalah istri dari Mas Putra, bukan lagi sebagai pacarnya. Aku pun tak ambil pusing dengan perasaan aneh ku itu. Yang ada dibenakku sekarang ialah, bagaimana aku melanjutkan cita cita ku kedepan. Kalau dipikir pikir menjadi ibu rumah tangga yang mengurusi suami dan anak anak seru juga. Aku tersenyum, tak kusangka aku sudah sampai di fase ini. Rasanya aku sudah tak sabar menantikan saat bayi bayi itu lahir. Bayi lucu buah hatiku bersama dengan Mas Putra.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD