MY CUTEST CEO'S EPS-4

1407 Words
Tamara masih mencerna pendengarannya mengenai apa yang ditawarkan kepadanya, sebagai asisten pribadi di kantor pusat tidak pernah terlintas sama sekali di dalam pikirannya. Jabatan yang sangat tidak mungkin didapatkan oleh seseorang yang lulusan S1 sepertinya. Apalagi menurut kabar yang didengarnya, untuk masuk dan bekerja di tempat ini melalui banyak seleksi ketat. Harus menguasai bahasa asing, berpenampilan menarik tapi seimbang dengan gaji dan bonus yang didapatkannya. “Bisa bapak ulangi lagi, takut saya salah dengar,” pinta Tamara sekali lagi. “Jadi asisten pribadi saya,” ucap CEO itu lagi. Kali ini Tamara sudah yakin dirinya tidak salah dengar. Dia sudah mulai berasumsi dan berpikiran negatif, apakah mungkin CEO itu memungkinkan tubuhnya, sontak saja disilangkan tangannya di depan tubuhnya dan menggeleng-geleng “Kamu menolak?” tanya CEO itu melihat Tamara yang menggeleng. “Ah bukan itu pak, tapi kenapa saya?” “Yah terserah saya, saya kan yang punya perusahaan. Bener gak Pak Rico?” tanya CEO itu meminta persetujuan sekretarisnya. “Benar Tuan Muda,” kali ini sekretaris itu baru bersuara setelah sekian lama hanya menatap dan melihat bos dan tamunya berdebat. “Kamu gak kenal dengan papan nama ini?” kali ini CEO itu meletakkan papan namanya yang berada di sudut meja menjadi di depannya agar dilihat Tamara lebih jelas. “KENZO ALVARO BIETIO,” desis Tamara menyebut nama yang tertera di sebuah papan nama dari kaca dan bertuliskan jabatan CEO. “Kamu masih gak kenal wajah ini?” CEO itu akhirnya membuka kacamatanya, tapi wajah Tamara masih saja belum terlalu yakin dengan apa yang dilihatnya. “Kalau ini?” CEO itu mengacak-acak rambutnya. Rambut yang ditata rapi ke atas akhirnya jatuh ke bawah dan terlihat acak-acakan. Sekretarisnya hanya menghela napas dan ingin menegur atasannya tapi diurungkan niatnya karena sebelum sempat dicegahnya atasannya sudah melakukannya. “Ijo…!!!” pekik Tamara dan menunjuk ke arah CEO itu. “Tam…Tam!!!” CEO itu akhirnya bangkit dan mendekat ke Tamara dan memeluknya. “Astaga Ijo dari mana aja lo!!!” Tamara melepaskan pelukannya dan kembali menatap Kenzo. “Ehm…,” Sekretaris itu menegur perkataan Tamara. “Eh Ijo, darimana aja sih?” ulang Tamara sopan “Udah duduk dulu aku cerita panjang lebar.” “Astaga gila lo ye, bisa jadi CEO kayak gini. Lu cosplay? Gila lu, gak nyangka gua.” “Maaf bahasa anda kurang pantas di dengar, mohon nona memperbaiki perbendaharaan kata-kata Nona,” sedangkan Kenzo sang CEO hanya bisa tersenyum mendengar teguran Rico Sekretarisnya. “Astaga kurang waras lo ye, bisa jadi CEO kayak gini. Lu cosplay? Kurang waras lu, gak nyangka gua,” kali ini Tamara mencoba menggunakan kata gila dan menggantinya dengan kurang waras. “Maaf tapi itu masih sedikit kurang enak di dengar,” potong Rico sekali lagi. “Ijo, sini!” bisik Tamara menyuruh Kenzo mendekat. “Sekretaris lo se-kaku dan menyebalkan itu yah.” “Gak kok, dia baik. Tapi emang sih kaku, mungkin karena bujang lapuk,” keduanya cekikikan dan sekretaris itu yang tidak bisa mendengar pembicaraan keduanya hanya menatap dan penasaran. “Ehm…,” kali ini Rico berdehem menjeda keduanya yang tertawa cekikikan. “Jadi beneran kamu CEO?” kali ini Tamara sudah jenuh untuk ditegur dan memperbaiki kata-katanya sebelum ditegur oleh Rico ke sekian kalinya “Iya dong, kan aku udah duduk disini.” “Wah kok bisa sih. Kehidupan kamu jungkir balik kayak gini.” “Nanti aku ceritain banyak waktu kok. Terus gimana dengan penawaran aku tadi.” “Gimana yah? Gajinya gede gak?” tanya Tamara mengetes kelayakan gajinya. “Aku gaji kamu 30 juta?” “APA???” “Oh kurang, 50 juta?” “APA???” “Oh masih kurang, 100 juta?” “APA??? Eh tunggu bukan….bukan itu,” cegah Tamara sebelum Kenzo menaikkan lagi gajinya dan membuatnya jatuh pingsan. “Apa dong? Pak Rico bisa kan 100 juta?” Kali ini Kenzo meminta pendapat Rico. “Gak masalah pak, itu hanya setara gaji pak Slamet kepala pelayan di kediaman bapak.” Tamara yang mendengarkan pembicaraan keduanya hanya melongo, uang seratus juta bagi mereka seperti uang recehan saja, setara gaji pelayan? apa dia benar bangun atau masih dalam mimpi. “Tugas aku apa?” “Kamu hanya menemani saya kemanapun, bersama dengan pak Rico.” “Tapi gak tidur bersama kan?” tatap Tamara curiga. “Boleh juga, hihihi,” ucap Kenzo bercanda sambil cekikikan. Plak Tamara membalasnya memukul lengan Kenzo. “Astaga Tuan Muda tidak apa-apa. Nona tolong jaga tingkah laku anda!” Rico mendekat dan memastikan lengan atasannya baik-baik saja. “Gak apa-apa kok Pak Rico ini belum seberapa, waktu sekolah dulu malah dia sering jitakin kepala aku, piting kepala aku dan meninju perutku. Aku jadi sasaran kemarahannya. Bar-bar dia pak,” penjelasan atasannya ini malah membuat Rico semakin membelalakkan matanya dan menatap tajam ke arah Tamara. “Hmm…pak Rico boleh tinggalkan kami berdua sebentar,” pinta Kenzo yang merasa Tamara sudah tidak nyaman dengan tatapan dan keberadaan Rico. “Tapi Tuan…” “Gak kok, masa sih dia berani macam-macam. Badannya aja pendek kayak gitu,” ejek Kenzo ke arah Tamara. Tamara hanya mendegus kesal. “Baik Tuan Muda, saya akan keluar. Tuan Muda bisa memanggil saya, saya tetap di luar menunggu perintah.” “Iya oke.” Akhirnya dengan berat hati Rico keluar dari ruangan meninggalkan Kenzo dan Tamara di dalam ruangan berdua dengan perasaan was-was. Bisa-bisanya atasan mempunyai kenalan dan tidak punya sopan santun seperti Tamara. “Jadi tolong kamu ceritain, kenapa kamu bisa di posisi ini,” walaupun tanpa teguran dari Rico, Tamara berpikir sebaiknya bersikap sopan kepada Kenzo melihat dari jabatan yang disandangnya dan kemungkinan saja sebentar lagi menjadi atasannya. “Hm…Papaku ternyata anak satu-satunya dari Lucio Bietio yang mempunyai perusahaan ini. Dia kabur bersama mamaku karena mereka tidak direstui. Aku kan pernah ngasih tahu kamu, papaku meninggal saat aku belum lahir, dia ditabrak oleh supir ugal-ugalan di malam hari saat dia pulang shift.” “Iya aku tahu.” “Jadi awalnya kakekku tidak tahu keberadaanku. Dia hanya ingin mencari tahu keberadaan anaknya pewaris kerajaan bisnisnya. Tapi akhirnya dia melacak keberadaan mamaku dan dia tahu aku ada. Sebulan sebelum dia meninggal, aku menemuinya. Aku di tes DNA dan ternyata aku benar cucunya. Dua minggu lalu beliau berpulang dan sejak saat itu jabatan CEO menjadi milikku. Itu sih singkatnya.” “Karena itu, kamu saja syok dengan kondisi aku. Apalagi aku yang tidak punya apa-apa, bahkan dari SD hingga kita SMU dulu kan aku sering numpang jajan sama kamu, tapi sekarang malah menjadi pewaris bisnis dan duduk di kursi besar itu di lantai dua puluh bayangin. Makanya aku butuh kamu biar aku waras. Kamu yang tahu dari dulu aku bagaimana,” ucap Kenzo lagi. “Hmm...iya sih ini kayak gak nyata menurutku.” “Apalagi aku. Aku hanya mengenal kakekku di masa-masa kritisnya setelah itu aku hanya sendiri.” “Mama kamu?” “Beliau udah meninggal, saat kita lulus SMU dan aku pindah dari Medan ke Jakarta.” “Astaga Ijo, sori yah aku turut berdua cita.” “Gak masalah, terima kasih. Jadi gimana tawaranku? Please Tam, aku butuh kamu biar aku gak kehilangan jati diriku.” “Tapi soal tempat tinggal?” “Kamu tinggal di rumah aku. Rumahku luas kamarnya ada dua puluh.” “Kamu mau kita digrebek, dikira kumpul kebo.” “Mana bisa, sebelum saptol PP-nya nge-grebek udah capek duluan.” “Aku beliin kamu apartemen deh,” bujuk Kenzo lagi. “Hmm, aku coba omongin dulu sama kedua orangtuaku yah.” “Oh iya astaga, kangen sama Abah dan Ambu. Titip salam buat mereka yah apalagi Ambu, masakannya juara.” “Iya pasti, aku sampein. Okey aku pikirin dulu yah. Beri aku waktu seminggu.” “Okey aku tunggu kabar dari kamu. Kamu langsung dateng aja yah ke kantor kalo kamu emang setuju.” “Iya beres pak CEO.” “Ih gemes deh,” Kenzo mencubit pipi Tamara gemas. “Astaga muka aku diunyel-unyel lagi, jadi pertimbangan nih.” “Kamu belum menikah kan?” “Belum lah.” “Bagus aku masih punya peluang.” “Dih aku gak mau sama kamu, pecicilan dari dulu. Aku suka cowok cool.” “Eh aku juga bisa cool, contohnya tadi.” “Iya pencitraan doang, kita berduaan kayak gini kembali lagi. Sama aja.” “Ya udah deh, sekarang aku harus usaha kalo gitu.” Tamara hanya bisa tersenyum dan menggelengkan kpala mendengar penuturan Kenzo dari dulu, dia masih saja belum berubah.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD