Randy pun segera melepaskan kecupannya seraya menjawabnya dengan mengacungkan satu ibu jarinya. Sedangkan Tania hanya tersenyum tipis. Karena kini keduanya tengah sa7ling tersipu malu satu sama lain. Kini Tania dan Randy mulai menuruni batu besar itu dengan perlahan. Namun tanpa sengaja Tania terpeleset begitu saja. Tania memekik cukup keras namun dengan sigap Randy menangkapnya. Hingga kini Tania tengah berada didalam pelukan Randy. Mata mereka kembali saling bertemu dan keduanya kembali saling mengagumi wajah tampan juga kecantikan mereka masing-masing. Tanpa mereka sadari, kini Gery tengah memotret adegan mesra mereka.
"Ran, Tan, ayo pulang. Udah makin siang nih," pekik Gery.
Dengan segera Randy melepaskan pegangannya seraya membantu Tania untuk berdiri.
"Thanks ya Ran. Kalo gak ada lo pasti gue udah basah kuyup," ucap Tania.
"Iya Tan sama-sama. Sini lo gue gandeng, disini lumayan licin. Nanti lo jatuh lagi," tawar Randy dan kini mulai ia gandeng jemari Tania. Tania pun hanya mengangguk patuh seraya tersenyum.
Angin yang berhembus kencang membuat rambut panjang Tania yang dibiarkan tergerai berkibar-kibar, gaun Tania pun menjadi tersingkap cukup tinggi. Hal itu kembali membuat Randy begitu terpesona olehnya. Terlebih disaat wajah Tania yang merasa begitu malu dan berusaha menutupi tubuhnya. Karena Randy yang merasa tak rela jika Tubuh Tania dinikmati banyak orang, kini Randy mulai membantu Tania menutupi rok gaunnya. Ia juga melepaskan jasnya seraya memakaikannya kepada Tania.
Tania kembali merasa terkesan dengan setiap sikap baik Randy padanya. Bahkan ia tak menyangka jika Randy masih bisa bersikap peduli padanya. Kembali mereka saling bertatapan sejenak sebelum mereka kembali saling membuang pandangan mereka masing-masing.
"Thanks Ran," ucap Tania seraya tersipu malu.
"Thanks juga ya karena lo mau pakai baju ini," goda Randy.
"Ish dasar piktor lo!" ucap Tania seraya menepuk lengan Randy hingga Randy terkekeh cukup kencang.
"Apaan tuh piktor?" tanya Randy.
"Ah katrok lo! Masa piktor aja gak tahu!" ejek Tania.
"Ih serius apaan?" tanyanya lagi seraya memberhentikan langkah Tania.
"Pikiran lo itu lo kotooor.." ejek Tania lagi seraya menjulurkan lidahnya dan berlalu pergi.
"Huuuu enak aja loo.." pekik Randy namun Tania tak mengindahkannya seraya berlalu pergi.
Kembali mereka berada di satu mobil yang sama untuk kembali pulang. Karena merasa begitu lelah keduanya hanya saling diam dan fokus pada kegiatan mereka masing-masing. Randy yang fokus mengemudi dan Tania yang asyik menandangi pemandangan yang indah disekitar. Namun karena merasa lelah, akhirnya Tania tertidur disana. Randy mulai memalingkan wajahnya seraya tersenyum memandangi Tania yang mulai tertidur pulas. Karena memang terlihat begitu damai juga cantik sebab ada beberapa helai rambut yang menutupinya.
"Kalau lagi tidur begini, kelihatan cantik juga lo Tan," ucap Randy tanpa sadar.
"Ish! Ngapain juga ya gue jadi muji-muji ni cewek brutal!" lanjutnya lagi seraya menyipitkan kedua matanya.
Kini Randy mulai mengurangi kecepatan mobilnya dan hendak membenarkan posisi tidur Tania. Perlahan Randy sibak helaian Rambut Tania dengan hati-hati. Lalu ia sandarkan kepala Tania dengan baik di kursi mobilnya. Namun hal itu menbuat Tania menggeliat hingga dengan segera Randy kembali mengemudikan mobilnya karena tak mau jika Tania menjadi berpikiran yang tidak-tidak atas perhatiannya.
Kini mereka baru saja tiba didepan rumah Tania, namun Tania masih saja tetap terjaga dan tak sekalipun membuka matanya. Sebab hampir semalaman Tania tak memejamkan mata karena masih saja memikirkan tentang kehidupannya dengan Randy. Juga karena Randy yang sudah memintanya untuk bertemu dipagi buta. Sehingga tak ada waktu untuk Tania kembali tidur. Melihat Tania yang begitu pulas, membuat Randy tak tega untuk membangunkannya. Namun ia juga tak mau jika harus menggendong Tania hingga kerumahnya. Akhirnya Randy mencoba untuk membangunkannya kembali.
"Tan, kita sudah sampai. Bangun Tan.." ucap Randy seraya menggoyang-goyangkan tubuh Tania. Tania masih saja tertidur pulas dan tak sedikit pun merasa terganggu. Setelah cukup lama menunggu akhirnya Randy mencoba menggoyangkannya dengan semakin keras juga mulai meneriaki Tania tepat ditelinganya dengan cukup lantang. Sehingga membuat Tania terperanjat dan terbangun dari tidur pulasnya. Tania pandangi kesekelilingnya hingga ia dapati seorang Randy yang kini tepat berada dihadapannya.
Aaaaaaaaaaaaammmphh..
Pekik Tania yang dengan segera Randy mulai membekap mulutnya.
"Heh! Apaan sih lo pakai teriak-teriak segala!" ucap Randy dengan kedua mata yang membulat.
Dengan kasar Tania menepis lengan Randy yang kini berada dimulutnya.
"Lagian! Lo ngapain ada dikamar gue!" bentak Tania dengan lantang.
"Hahahahahahaha Kamar? Kamar lo bilang? Ini mobil gue! Dan lo itu ketiduran dimobil gue! Udah salah ngotot lo! Dasar cewek urakan!" bantah Randy sarkas.
"Urakan kata lo? Kalau gue urakan terus lo apa? Brutal? Bangunin orang udah kayak satpol pp yang lagi grebek orang aja lo!" bentak Tania seraya memutar bola matanya jengah.
"Halah udahlah. Mending sekarang juga lo turun dari mobil gue! Gue udah bosen banget lihat muka lo dari pagi!" bentak Randy lagi.
"Hahahahaha, hellooo lo pikir gue juga gak muak apa lama-lama sama lo!" jawab Tania seraya berusaha melepaskan sabuk pengamannya.
"Yaudah-yaudah sana-sana.. hiii sana-sana," ejek Randy dengan Nada yang begitu menyebalkan.
Dengan penuh amarah Tania mulai menuruni mobil Randy. Bagai jatuh ketiban tangga, baru saja Tania menurunkan satu kakinya juga setengah badannya, ternyata ada seorang Papa yang tengah menunggu kedatangan mereka disana. Papa Tania pun merasa cukup aneh sebab ekspressi wajah Tania yang terlihat begitu marah juga tak bersahabat.
"Tania, kenapa wajahmu ditekuk begitu? Kalian sedang bertengkar?" tanya Papa dengan satu alis yang terangkat.
Saat menyadarinya seketika Tania merubah ekspressi wajahnya. Bahkan kini ia tengah tersenyum sumringah seakan tak terjadi apa-apa. Juga dengan Randy yang dengan segera menuruni mobilnya seraya menghampiri Tania.
"Eh Papa, enggak kok Pa gak ada apa-apa," ucap Tania seraya menyalami takzim punggung tangan sang Papa. Begitu pun dengan Randy.
Kini Randy mulai merangkul bahu Tania seraya tersenyum begitu manis kepada Tania juga Papanya. "Ehehe, benar apa yang Tania bilang Pa. Tadi itu Tania ketiduran Pa, terus dia jadi terbangun karena sudah sampai. Jadi mungkin Tania masih kaget saja. Iya kan sayang?" ucap Randy seraya mengelus lembut lengan Tania. Membuat Tania semakin ingin menamparnya. Sebab ia merasa begitu geli karena Randy memanggilnya dengan sebutan sayang.
Tania pun mulai memaksakan diri untuk turut tertawa seraya mencubit pinggang Randy.
"Ehehehe, iya Pa benar apa yang Randy bilang," jawab Tania.
Kriiiing..kriiiing..kriiiing..
Sebuah telpon masuk keponsel Papa Tania. Dan dengan segera Papa Tania mengangkatnya.
"Eh Papa tinggal dulu ya. Ada yang telpon. Ran silahkan masuk kalau mau mampir dulu," ucap Papa Tania seraya berlalu.
"Oh iya Om silahkan," jawab Randy seraya tersenyum. Setelahnya Tania tepis lengan Randy yang masih berada dibahunya seraya menatapnya begitu tajam.