Akad

1040 Words
Setelah selesai semua proses periasan dirinya, senyuman Tania terbit seketika saat ia pandangi wajah ayunya yang kini sudah terlihat sempurna dengan segenap perlengkapan yang ia kenakan. Ia putar-putar tubuhnya kekiri dan kekanan mengagumi dirinya sendiri yang memang saat ini sedang tampil begitu berbeda dari sebelumnya. Membuatnya kembali berandai-andai jika hari ini adalah benar hari bahagianya yang telah lama ia nanti. Juga masih berharap jika Jack akan datang dan akan menggagalkan pernikahan Tania dengan Randy nantinya. "Ya Allah, wajahku pagi ini benar-benar terlihat cantik. Andai saja hari ini benar hari pernikahan yang sudah sejak lama aku tunggu. Pasti aku benar-benar sedang merasakan sebuah kebahagiaan dalam hidupku," monolog Tania yang kini tengah menatap Nanar wajah cantiknya. Tak lama kemudian Lily yang juga sudah berpakaian rapi dengan sebuah gaun nan indah bewarna fucia datang menghampirinya. Lily juga memandang kagum kearah Tania yang memang sudah tampak seperti seorang putri keraton kini berada dihadapannya. Lili genggam kedua tangan Tania dengan lembutnya seraya memandangi Tania dengan takjubnya. "Oh my God, this is you Tania? I swear you so beautiful now. Yo look like a prince Tania, I'm so loving Indonesian bride, it's so amazing," puji Lily dengan kagumnya. "Thanks Lily, thank you so much. And you looking so preety to Lily," jawab Tania dengan bahagianya. Meski saat ini, rasa sedih masih bersarang dihatinya. Kini Lily mulai merangkul pinggang Tania seraya mengajaknya berwefie bersama. Dan beberapa gambar yang cantik berhasil mereka dapatkan. "Wow it's so good Tania, thank you," ucap Lily. "Yes sure Lily. Your wellcome," jawab Tania. Tak lama kemudian Mama Tania pun datang menghampiri mereka. Dan kini Mama mulai mengagumi kecantikan Tania yang memang terlihat paripurna disana. Dengan lembut Mama mulai membelai lembut wajah Tania hingga airmata bahagianya memgalir begitu saja. "Subhanallah sayang, kamu cantik sekali Nak. Masyaallah, Mama sampai kagum lho Nak lihatnya. Mama pangling sama kamu," puji Mama dengan penuh kekaguman juga kebahagiaan. Melihat sang Mama yang teihat begitu bahagia. Membuat Tania semakin berusaha penuh untuk tetap terlihat bahagia juga tegar karenanya. Sebab ia yang begitu menyayangi sang Mama, tak ingin melihat sang Mama hancur hanya karena ia tak mampu menjadi seorang anak yang baik bagi mereka. Kini Tania mulai meraih jemari sang Mama yang berada dipipinya dan membelainya dengan begitu lembut. Ia juga menatapnya penuh cinta sebab rasa syukurnya memiliki seorang Mama yang sebaik dirinya. Yang selama ini selalu saja mencintai juga menyayanginya dengan tulus. "Alhamdulillah ya Ma. Mama juga anggun sekali pagi ini pakai kebaya abu lagi Ma. Tania juga gak nyangka kalau Tania bisa di make up hingga secantik ini. Makasih ya Ma. Thank you so much karena Mama selalu saja berusaha memberikan hal yang terbaik untuk Tania," ucap Tania dengan tulusnya. Mama Tania pun mulai memeluknya hangat seraya mengelus punggungnya dengan begitu lembut. Merasa begitu betsyukur karena pada akhirnya Tania terlihat bahagia pada harinya. "Mama bahagia sekali Nak jika kamu bahagia. Love you so much Tania, and you Lily Mom love you so much too honey," ucap Mama seraya memeluk hangat tubuh Lily jua. "Thanks Mom. I love yoh so much too," jawab Lily yang turut memeluk keduanya. Ketika ketiganya tengah berpelukan, Papa Tania kini mulai menghampiri mereka dengan raut wajah yang begitu sumringah. "Wah pelukannya bertiga saja nih, Papa gak diajakin?" ledek Papa seraya tersenyum. "Ehehe, sini dong Pa," jawab Mama dan mereka mulai melepaskan pelukan mereka seraya turut memeluk Papa. "Ini beneran kamu Tan? You are looking so beautiful honey," ucap Papa seraya menggenggam jemari Tania. "Tahank you so much. And youre looking so handsome Pa," jawab Tania. Mereka mulai menggandeng Tania menuruni anak tangga rumah mereka dan menaiki mobil yang telah tersedia. Bahkan ternyata, Tristan dan Renata juga sudah menunggu mereka didalam mobilnya. Jantung Tania kembali berdebar begitu kencang sebab sebenarnya ia sedang merasakan sebuah ketegangan yang tak dapat ia pungkiri. Karena pada hari ini, siap tak siap, bersedia tak bersedia. Ia harus tetap bersedia untuk menerima perjodohannya demgan seorang lelaki yang sungguh sangat menyebalkan juga ia benci dalam hidupnya. "Ya Allah aku mohon, jika memang ini adalah jalan yang terbaik untuk hamba. Maka hamba mohon bantulah hamba untuk dapat melewatinya dengan baik. Namun jika memang tidak, hamba mohon berikanlah jalan agar pernikahan ini dapat dibatalkan dengan cara apapun itu, Aaaamiiin." Do'a Tania dalam hati. *** Mereka baru saja tiba ditempat lokasi. Sebuah gedung resepsi yang sudah dihiasi sedemikian cantik. Tania beserta keluarganya sudah dipersiapkan sebuah ruangan tunggu selama pengucapan akad akan segera dilangsungkan. Dan selang beberapa waktu keluarga Randy pun tiba dan mulai menduduki tempat yang telah disediakan. Setelahnya orangtua Tania juga Tristan segera memasuki ruangan akad. Sedangkan Renata dan Lily. Tetap menemani Tania diruang tunggu sebab merekalah bridemaids pernikahan Tania. Bersama dengan Sienna juga Jennifer. Yang tak lain sahabat Tania dikantornya. Kini Randy sudah diminta untuk menduduki kursi akad yang disana sudah terdapat Pak Deri, Pak Bimo, Penghulu, juga Tristan. Dengan wajah yang begitu gugup Randy mulai mendudukinya. Setelah ayat suci Alquran selesai dilantunkan, kini jemari Randy mulai menjabat tangan penghulu. Namun saking gugupnya, saat tangan Randy mulai menjabat tangan Penghulu terlihat gemetar juga begitu berat untuk menjabatnya. Sehingga mereka yang berada dimeja akad mulai membercandainya. "Tenang saja Mas Randy. Memang awalnya gugup, tapi nanti setelah ini, pasti kebahagiaan itu akan selalu Mas Randy rasakan bersama istri Mas," ledek Penghulu yang tak lain adalah kerabat dekat dari Pak Bimo Yang sengaja ia datangkan langsung dari Indonesia. Randy hanya tersenyum getir seraya mengumpat dalam hati. 'Bahagia matamu! Aku menikah hanya karena sebuah keterpaksaan! Bukan dengan wanita yang kucintai! Bahkan aku sangat membencinya!' "Benar itu Ran. Apalagi kalau sudah malam pertama nanti," imbuh Daddy. Lagi-lagi Randy hanya dapat menelan salivanya kasar seraya kembali mengumpat. 'Tidak akan pernah ada malam pertama diantara kita. Karena kita telah membuat suatu perjanjian!' Kembali Randy yakinkan dirinya untuk menjabat tangan Penghulu. Dan kini Penghulu mulai menuntun Randy untuk mengucapkan dua kalimat syahadat. "Ashadu Anlaa Illaha Illallah Waashadu Anlaa Muhammadarrasulullah.." ucap Penghulu dan Randy mengikutinya. Tania yang mulai mendengar suara Randy mengucapkan syahadat, membuantnya tak mampu lagi menahan airmata kepedihannya hingga pipinya mulai basah. Sungguh, yang ia harapkan saat ini ialah Jack yang akan datang ke pernikahannya dan menggagalkan segalanya. Namun nyatanya, semua itu hanyalah sebuah angan semu semata. Sebab yang Tania tahu, Jack sudah berbahagia bersama dengan istrinya saat ini. Karena Jack yang sudah lebih dulu menikah satu minggu yang lalu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD